7 | Benci

562 46 1
                                    

7. Benci

"Sebenci itu lo sama gue, Hen?" - Rahelia Daisy

**

Belakang sekolah merupakan tempat favorit bagi Rahel untuk menghabiskan waktu istirahat pertama. Ditemani sebotol kopi instan, dan sebungkus kacang sukro yang ia suka sejak kecil.

Ia jadi teringat, ketika hidup susah dengan bundanya. Ketika bundanya pulang dari bekerja seharian, selalu ada kacang sukro untuk Rahel. Bundanya sengaja membelikan makanan favorit Rahel itu. Ah, ia jadi rindu.

Tanpa sadar, seseorang di belakang berjalan mendekati Rahel. Wajahnya penuh dendam, sorot mata itu yang Rahel hindari dimanapun dan kapanpun.

"Terus aja cari muka di depan Papa gue." baru saja dia berbicara Rahel sudah muak sendiri.

Rahen selalu tau dimana Rahel, saat gadis itu sendiri adalah waktu yang tepat untuk mereka berdebat.

"Jaga ucapan lo." Rahel membuang botol kopi yang sudah ia teguk habis isinya.

"Gue dari dulu gak mau terima lo di keluarga gue. Lo itu masalah, lo yang bikin keluarga gue berubah." tandas Rahen. Ya orang itu adalah Rahen.

"Keluarga lo itu juga keluarga gue, Hen." Rahel coba berbicara dengan jelas.

"Gue aja gak mau ngayal kayak gitu."

"Terserah. Lo jangan pernah cari masalah sama gue." Rahel mengingatkan, sudah cukup sikap Rahen yang menjadi bebannya jangan ditambah ia mencari masalah yang membuat mood Rahel ancur.

"Lo tetep jadi masalah, sebelum lo pergi dari keluarga gue lo tetep jadi masalah gue. Ingat itu." Rahen berbalik badan, meninggalkan cewek yang sedang rapuh itu. Bahkan setiap hari rapuh.

"Sebenci itu lo sama gue, Hen?" tanya Rahel lirih dan Rahen hanya menatapnya rendah.

"Gak perlu gue jawab elo juga udah tau, Ra."

**

Rahen mengendarai mobilnya ugal-ugalan, ia kalap dengan emosinya. Rahel yang sudah membuatnya seperti ini. Via hanya bisa diam, menunggu emosi Rahen reda.

Dan akhirnya, Rahen menepikan mobilnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya kasar. Melihat diujung jalan sana Rahel dengan Arka sedang berjalan bersampingan.

"Kenapa?" tanya Via lirih, ia paling takut jika Rahen sudah emosi seperti ini.

"Gue ada masalah."

"Sama Rahel?" Via memberanikan diri menebak. Dan Rahen tidak menjawab, ia hanya diam. Sebenci apapun dia kepada Rahel dia tidak akan menyakiti fisik perempuan itu, tidak seperti Via yang dengan keterlaluannya.

Tapi itu tidak masalah bagi Rahen, toh Rahen juga tidak butuh cewek itu.

"Jangan emosi, aku takut." kata Via lirih, tangannya suda berkeringat menggenggam erat tasnya.

Rahen menoleh ke samping, memelankan gas mobil. Kemudian tangannya terjulur mengacak halus puncak kepala Via.

"Maaf." Rahen hanya bisa mengatakan itu.

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang