13. Tenang, Ra
Aku ingin menjadi penguat, saat kau rapuh seperti ini. Meski aku tidak tau apa yang terjadi. --
**
Tanpa mengubah posisi duduknya, Rahel masih setia membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan. Beberapa novel ia beli dengan uangnya sendiri, siapa sangka menjadi atlit beladiri menambah penghasilan.
Brak!
Rahel terlonjak kaget ketika mejanya di gebrak seseorang, dan orang itu adalah Via yang tengah menyeringai disana. Suasana kelas memang sudah sepi, karena bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.
"Lo udah bikin pacar gue frustasi, lo udah bikin dia sering marah marah. Lo siapa sih, Hel?!" Via melampiaskan amarahnya, menatap tajam Rahel yang menatapnya dingin.
"Kenapa lo nggak tanya aja ke PACAR lo itu?" balas Rahel menekankan kata pacar disana.
"Lo yang udah bikin dia kayak gitu, gue dulu sempet berfikir kalau lo mau ngerebut Rahen dari gue. Dan gue pikir, lo ada masa lalu sama Rahen."
"Gue gak tau apa apa, gue gak kenal sama dia dan gue juga nggak mau kenal sama dia. Ngerti lo?!" Rahel beranjak dan mendorong tubuh Via hingga terjengkang ke belakang.
Langkah Rahel tertahan, Via mencekal tangannya. "Siapa lo sebenarnya?! Dan siapa Rahen si kehidupan lo?!"
"Lo gak perlu tau, urus aja pacar lo itu."
"Gue gak suka bertele-tele, basa basi lo gak guna, Hel." ucap Via dengan suara serak dan nafas memburu.
"Kalau lo mau hancurin hubungan gue, alasannya apa?!" lanjutnya lagi.
"Gue gak berniat. Liat kalian aja gue jijik."
"Jaga mulut lo, Rahel."
"Selalu." jawab Rahel enteng, dia selalu seperti ini berdebat tanpa melibatkan perasaan.
"Jangan ganggu hubungan gue, kalau lo nggak suka cukup nggak usah ikut andil dalam hidup Rahen." Via mengatakan seperti itu, seakan-akan Rahel memang salah.
Sulit meluruskan orang yang salah paham. Tapi Rahel dari dulu tidak mau meluruskan, ia membiarkan, menjalaninya sampai sekarang.
"Lo pinter kalau ngomong. Otak lo gunain."
"Maksut lo apa?!"
"Hidup Rahen sama gue itu beda."
"Lo itu masa lalu Rahen, gue tau."
Rahel tersenyum miring, "Dia hidup aja kadang gue lupa." Setelah itu Rahel keluar kelas, menyisakan Via dengan puluhan pertanyaannya.
*****
Arka membuka helm fullface-nya, dia tidak salah, Rahel sedang duduk dan menangis di halte bus. Arka segera menghampiri gadis itu.
"Ra." tanpa mendongak Rahel sudah tau itu Arka, punggung tangan Rahel sibuk menyeka air matanya.
"Ra, kenapa?" tanya Arka lembut, tidak berani menyentuh Rahel. Cowok itu duduk berjongkok di depan Rahel, tatapan gadis itu sendu.
Rahel jadi tidak tenang, selama ini hanya bunda dan Tuhan yang menyaksikan tangisannya. Tapi kini, ia menangis dan Arka tau. "Kenapa, Ra?" tanya Arka sekali lagi, khawatir.
Rahel menggeleng lemah, ia masih menunduk. Enggan menatap Arka.
"Pulang yuk, Ra."
Lagi-lagi Rahel menggeleng pelan, ia mencengkeram roknya. Arka semakin dibuat cemas, wajah cewek itu lesu dan pucat.
"Ra, lo sakit?" Punggung tangan Arka ditempelkan di dahi Rahel, ia merasakan hangat.
"Lo demam? Gue anter ke rumah sakit ya. Atau mau pulang?"
Rahel menggeleng pelan lagi, membuat Arka gemas sendiri. "Seneng banget nyiksa diri sendiri, Ra."
Arka melepas jaketnya, menyampirkan di bahu Rahel. Rahel hanya diam menerima perlakuan Arka, cewek itu merasakan debaran hebat. Arka sangat perhatian, dan Rahel mengulum senyum dengan keadaan tetap menunduk.
Arka memberanikan diri meraih tangan cewek itu, menggenggam erat seolah bagi Rahel ada semangat hidup menjalar dari genggaman tangan kekar milik Arka. Rahel segera melepaskan genggaman itu, ia merasa canggung. Begitu juga Arka, ia merasa bersalah sekaligus malu ketika Rahel mengurai genggaman keduanya.
"Jangan nangis lagi ya, Ra."
"Arka." suara serak itu memanggil, dan Arka menatap Rahel sebagai jawaban.
"Gue selalu salah dimata siapapun."
"Jangan mikir aneh aneh." Arka bingung tetapi ia berusaha menguatkan Rahel.
Arka meraih bahu rapuh itu, membawa ke dekapannya. Membiarkan air mata Rahel luruh di dekapan Arka.
"Tenang, Ra."
Setelah ini, Arka ingin mencari tau lebih dalam tentang Rahel. Di kehidupannya yang tertutup. Yang membuat cewek ini rapuh, disaat seperti ini Arka ingin menjadi penguat seorang Rahelia Daisy.
*****
Jangan nge-judge salah satu tokoh sembarangan, karena emak mereka adalah aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahen Rahel [COMPLETED]✓
Fantasy"Yaudah, ayo jadian lagi." "Ha?" "Ayo jadian." [2019 - 2020]