12 | Selamat malam, Ra

482 44 0
                                    

12. Selamat malam, Ra
_________________________

***

Pintu kamar Rahel sudah tertutup sejak dua jam yang lalu. Kini gadis itu sibuk dengan laptopnya,mencari materi tugas Biologi. Akhir-akhir ini ia suka mendalami mapel, meskipun sebenarnya ia juga tertinggal jauh oleh Meddy dan Sherin yang merupakan juara kelas juga juara pararel jurusan IPA.

Rahel tidak pernah menuntut untuk juara pertama, tetapi ia ingin melihat bunda bahagia. Bunda nya bangga dengan apa yang bisa ia raih dengan tetap menutup jati dirinya. Kemenangan lomba karate kemarin, ia suguhkan kepada bunda. Bunda sangat bahagia ketika Rahel mengalungkan medali emas di leher perempuan paruh baya itu. Sampai bunda menangis dan Rahel mendekap erat wanita kuatnya.

Sebenarnya Rahel tidak butuh mobil jeep, ia lebih butuh keluarga ini utuh kembali. Rahel tidak ingin membenci Rahen, tapi keadaan semakin kesini semakin ia membenci cowok itu. Pak Aditya menyuruh Rahel mengendarai jeep itu kemanapun, Rahel merasa berhutang budi banyak terhadap pak Aditya, papanya. Yang bisa ia lakukan, hanya berterimakasih, dan mencoba mengucap itu dengan ikhlas.

"Rahel, makan dulu, Nak." suara bunda diluar memanggil, Rahel hafal ketika bundanya menyuruh makan malam pasti dengan keadaan Rahen sedang tidak ada dirumah. Bunda selalu begitu, takut mempertemukan keduanya di depan pak Aditya. Takut Rahel dan Rahel akan semakin mengacaukan keadaan, yang sudah kacau.

"Nanti, Bunda. Rahel sedang belajar." jawab Rahel setelah membuka pintu kamarnya. Bunda mengangguk, lalu menuruni tangga.

Piyama yang dikenakan Rahel tampak kebesaran, piyama itu berwarna hitam dengan gambar kucing putih. Rahel menjatuhkan badannya di pinggir kasur king size-nya. Sambil bersantai menggulir layar ponselnya.

Ada notif pesan, dari grup kelas dan satu orang. Arka Yohandar.

Arka : Ra

Senyuman kecil terbit di bibir Rahel ketika membaca pesan dari Arka. Ia merasa geli sekaligus aneh ketika Arka memanggilnya seperti itu. Tanpa ada niatan membalas pesan dari Arka, Rahel mengembalikan ponselnya ke posisi semula, di atas meja. Kemudian melanjutkan belajarnya.

*****

Sementara disana, seorang cowok mencak-mencak nggak jelas. Gadis yang ia kirimi pesan, hanya membaca pesan itu tanpa membalas. Arka menahan malu, wajahnya sudah memerah.

Andaikan saja ia menahan keinginannya untuk mengirim pesan ke Rahel, tapi dia sudah kangen berat. Sengaja Arka ke minimarket, tapi Rahel tidak ada disana.  Arka ingin Arka ke rumah Rahel, tapi ia tidak tau dimana rumahnya. Setiap Arka mengantar, Rahel menyuruhnya hanya sampai perempatan. Setelah itu, Rahel melarangnya mengikuti ke rumahnya.

Katanya sih, bapaknya Galak.

Arka jadi tersenyum sendiri, "Rahel." ucapnya tidak sadar.

"Anjir! Dari tadi ngalamunin si teteh?!" seru Alee melempar stik PS.

"Apa sih lo?!"

"Apasih apasih, lo abis mikir macem macem ya?" tuduh Alee, Arka pun tidak tau maksut cowok itu.

"Maksut lo apa sih?" kesal Arka dibuat tidak mengerti.

"Lo abis nyebut nama Rahel."

"Hah? Emang iya?" Arka terperanjat, sontak ia menutup mulutnya.

"Anjir, parah lo. Gue kira tadi lo tidur terus ngigau. Taunya senyum senyum sendiri nggak jelas."

"Udah sana lo pulang, dimarahin Selly tau rasa." Arka setengah mengusir temannya itu, kenapa juga ia jadi kelepasan?

Alee jadi senyam senyum menggoda Arka, setelah itu Alee jadi kesakitan. Karena Arka menendang tulang betis cowok itu.

Setelah kepergian Alee, Arka kembali membuka ponselnya, melihat tidak ada balasan dari Rahel. Tangannya jadi gatal sendiri, kemudian mengetik sesuatu.

Arka : Selamat malam, Ra

Setelah memencet tombol kirim, segera Arka melempar ponselnya dan tidur.









































*****
Selamat malam juga dari emak

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang