5 | Continued

625 45 0
                                    

Setelah berbulan-bulan vacum nih akun @fosteey hari ini update kembali special sekuel dari F.O.S.T
Semoga kalian selalu penasaran💡

5. Continued

"Lo itu beda, Ra. Semakin lo cuek semakin gue penasaran." - Arka Yohandar

**

Suasana rumah keluarga Aditya sedang tidak baik-baik saja, dari dulu sampai sekarang. Bahkan Rahel sama sekali belum menemukan setitik kehangatan di dalamnya.

Meskipun begitu, Bunda selalu sabar. Selalu menyediakan sarapan bahkan makan malam untuk keluarga. Dari dulu Bunda tidak mau mempunyai pembantu, meski pak Aditnya selalu menawarinya. Kata Bunda, tugas seorang istri ya repot mengurusi pekerjaan rumah.

Rahel kerap membantu bunda nya, menyiapkan sarapan juga membersihkan rumah. Berbeda dengan Rahen, dari pagi berangkat ke sekolah pulang malam jam 8 atau bahkan tengah malam baru pulang.

Pagi ini pak Aditya berangkat sehabis shubuh, karena ada pertemuan di luar kota. Tinggal 3 orang dirumah itu, dan pak satpam di pos depan.

"Rahen sarapan dulu, Nak." kata Bunda yang sudah menyiapkan nasi untuk Rahen, tapi lelaki itu tidak menuju meja makan dan malah langsung menuju ruang depan.

"Bunda yang sabar." itu kalimat yang berulang kali Rahel katakan di depan Bunda, dan Bunda selalu menanggapinya dengan senyum tenang.

"Kamu bawa bekal nggak?" tanya Bunda ikut sarapan.

"Bawa juga nggak papa, Bun."

"Bunda udah siapkan, ada di meja."

"Kok tumbenan?"

"Gak papa, kamu bisa sekalian bawakan bekal kakakmu?" pertanyaan Bunda sebenarnya malas untuk Rahel jawab jika sudah menyangkut orang itu.

"Rahen nggak bisa, Bun. Maaf."

"Yasudah kalau gitu, tapi kamu bawa aja bekal kakak kamu. Siapa tau temanmu yang lain mau." Bunda memaklumi anak gadisnya itu.

"Iya, Bun. Rahel berangkat dulu."

**

Nusa Bakti sudah ramai, Rahel sengaja memelankan langkahnya di koridor. Tiba-tiba Arka menjajarkan langkah di sampingnya.

"Selamat pagi." sapanya selalu ramah yang terdengar hangat di telinga Rahel.

"Hm."

"Udah sarapan?" tanya Arka sambil mencoblos botol indomilk.

"Hm."

"Hm mulu jawabnya, tumben bawa bekal?" Arka semakin mendesak. Rahel hanya berusaha menghindarinya agar tidak terlalu berdekatan.

"Iya."

Dan langkah Rahel terhenti tiba-tiba, ia melihat dua kotak dalam paperbag yang ia bawa. Hatinya menyuruh untuk memberikan bekal itu ke Arka, tapi otaknya tidak. Rahel terlalu malu melakukan itu.

"Kenapa berhenti?" tanya Arka sambil menyeruput indomilk-nya.

"Buat lo." kata Rahel lirih menyerahkan kotak makan itu dan Arka terkejut bukan main.

"Lo bawain buat gue?" Arka tersenyum geli menerima kotak itu.

"Nggak."

Seketika senyuman Arka pudar, hatinya memang suka berharap berlebihan. Mana mungkin Rahel peduli padanya.

"Terus?"

"Gue bawa dua kotak, disuruh Bunda."

"Kenapa lo kasih ke gue?"

"Kebetulan gue ketemu lo."

"Oh." pupus lagi harapan yang dibangun Arka, gadis batu ini memang tantangan bagi dirinya. Arka menerima kotak bekal itu, terkesima dengan wajah tenang Rahel yang melintas di depannya. Menuju kelas terlebih dulu.

Arka memaksakan senyumnya pagi ini.

**

Arez dan Arsen susah bersiap melanjutkan nobar film di laptop Irfan, sedangkan si pemilik laptop malah nangkring nge-game bareng Diki.

"Geser dikit napa, gak bisa napas gue." keluh Arsen mendesak Arez. Karena Arsen diapit oleh Arez dan Meddy.

"Badan kecil padahal." kata Meddy sambil menggeser duduk sedikit.

"Kecil ya kecil tapi gak usah dipepet juga." ucap Arsen tidak terima.

"Eh, Rahel. Ikutan nobar yuk, lagi seru nih adegannya. Thor lagi keren kerennya." seru Yonna di belakang Arsen.

Rahel hanya memerhatikan cewek yang mengajaknya tadi, dan tersenyum simpul tapi tidak beranjak. Dirinya terlalu malas untuk melihat semacam itu, mungkin mereka perlu dipertontonkan dengan kisah hidup Rahel. Miris.

Rahen di pojok sedang berduaan dengan Via, jujur Rahel sangat benci melihat dua orang itu. Pasangan yang serasi, sama-sama jahat menurut Rahel. Andai saja kakaknya itu tidak salah paham dan mau diluruskan, dia tidak akan seperti ini. Menutup jati dirinya dengan sikap dingin yang ia bangun.

"Mau ke perpus?" tawar Arka tiba-tiba lewat di depannya. Rahel menggeleng.

"Kantin?" Rahel menggeleng lagi.

"Boleh geser duduk? Gue mau makan." pinta Arka dan segera Rahel bergeser ke kursi di sampingnya, Arka duduk kemudian membuka kotak bekal dari Rahel.

Menyuapkan nasi goreng ke mulutnya, "Hm, enak. Lo yang buat?"

"Bunda."

"Enak banget." kata Arka sambil mencomot kerupuk udang, ia lahap sekali memakan bekal dari Rahel. Hampir saja Rahel tertawa karena cowok itu tersedak makanan, tapi Rahel tahan.

"Makan pelan pelan." Rahel tidak sadar mengucapkan itu membuat Arka tersenyum dalam hati.

Arka memakan habis bekal dari Rahel dan mengembalikan kotak makan warna biru muda itu ke pemiliknya.

"Makasih."

Rahel mengangguk sambil memasukkan kotak bekal itu ke dalam paperbag.

"Gue anter pulang, tapi pake skateboard." Arka menatap Rahel.

"Gak perlu." Seperti biasa Rahel menolak.

"Cuma mau nemenin gak boleh mulu." protesnya sebal.

"Terserah kalau gitu."

Arka tersenyum lebar, seperti ada kemajuan dan peluang untuk mencairkan hati seorang Rahelia Daisy.

"Lo itu beda, Ra. Semakin lo cuek semakin gue penasaran."





















**

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang