16 | Usaha Arka

472 41 0
                                    


16. Usaha Arka

"Aku tidak butuh kamu tau usahaku, aku hanya ingin kamu bahagia selama ada aku."

**

Tanpa sepengetahuan Rahel, Arka berusaha mencari info tentangnya. Lelaki itu sedari pulang sekolah belum menginjakkan kaki ke rumah, padahal ini sudah pukul delapan malam. Bunda yang khawatir, bolak-balik menelfon anaknya itu. Tapi nihil, hanya suara operator yang menjawab.

Sementara di kediaman milik Abrandon, disitu Arka berada. Cowok yang masih mengenakan seragam Nusa Bakti itu berguling di karpet kamar Keenan sambil menatap layar laptop hitam milik tuan rumah.

"Masa gak punya sosmed sih?!" dengus Arka berkali-kali, ia mengetik ulang nama Rahel tapi tidak menemui akun gadis itu.

"Kepo banget." sindir Keenan yang geli dengan tingkah Arka yang kepo tentang kehidupan Rahel.

"Lo jatuh cinta segitunya?" tanya Keenan yang sesegera mungkin membuat Arka mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Ck, apaan sih. Mendingan bantuin gue cari akun dia." elak Arka yang tidak mau ditanya macam-macam.

"Males."

Arka berdecak sebal dengan tanggapan Keenan, akhirnya ia menyerah. "Terus gimana dong? Gue curiga dia punya masalah berat. Sampai dia nangis gitu." kata Arka khawatir.

Keenan hanya membalas dengan kedikan bahu, cowok itu beranjak dari sofa mengambil keripik lalu duduk kembali dan memakannya.

"Udah malem, lo mau nginep?"

"Lo ngusir gue?!"

"Gue cuma nanya, kalau mau nginep yaudah. Ini udah malem." Keenan mendengus karena Arka jadi sensi.

"Gue punya rumah." kata Arka mengemasi barang-barangnya kemudian berdiri.

Keenan tersenyum kecil, "Suka sama dia sampe segitunya."

"Enak aja kalo ngomong." elak Arka yang masih juga tidak mau mengaku.

"Dah gue mau pulang."

Arka keluar dari kamar Keenan, menuruni tangga dan segera menuju halaman rumah cowok itu. Motornya miliknya segera melesat keluar dari rumah milik keluarga Abrandon.

Sampai sini, Arka masih kepikiran dengan Rahel.

**

Baru saja Arka memasuki ruang utama rumahnya, Bunda sudah berkacak pinggang. Arka yang melihat wajah garang bunda lalu melempar cengiran khasnya.

"Bagus ya sekolah jam segini baru pulang?!"

"Kemana aja Arkaaa?!"

"Maaf, Bun. Tadi dari rumah Keenan." jawab Arka menunduk.

Bunda menghela nafas, "Bunda kira dari rumah Rahel."

Arka tersentak, "Kok Rahel sih?!"

"Dih kok sensi, jangan jangan iya ya?" Bunda menatap curiga anak bungsunya itu.

"Arka capek. Mau tidur." Lelaki itu segera menaiki tangga, menuju kamarnya.

"Mandi dulu, Arka. Jangan langsung tidur."

"Biarin, toh Arka juga masih wangi." sahutnya ketika sampai diatas. Tapi tertahan beberapa saat, lalu berbalik lagi.

"Bunda." panggil Arka lirih.

Bunda mengrenyit, "Hm?"

"Dulu ayah nembak bunda gimana?"

"Mandi sana, kepo aja sama masa lalu orang tua." kata ayah Arka yang baru keluar dari kamar.

"Orang Arka cuma nanya," ujar cowok itu kesal, dan segera masuk ke kamarnya.

Bunda hanya geleng-geleng, kelakuan Arka yang juga mirip dengan abangnya. Juga tidak jauh berbeda dengan ayah waktu muda dulu. Ah, bunda jadi nostalgia.





















**

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang