23 | Hitam Putih Gelap

449 43 1
                                    

23. Hitam Putih Gelap
________________________

Kenapa saat seperti ini, aku merasa kehilangan, sesuatu yang belum aku anggap ada di hitam putih gelap kehidupan. -RD-

Sudah seminggu lebih Arka seperti ini, tidak menyapa Rahel ataupun menghampiri gadis itu. Bahkan ketika kedua mata mereka bertemu, Arka dulu yang mengalihkan pandangan.

Kali ini Rahel sengaja pulang terakhir, ia ingin meminta penjelasan Arka yang dirasa menjauhinya. Rahel tidak tahan seperti ini, bahkan ia merasa seperti disiksa.

Ketika Arka beranjak hampir keluar kelas, Rahel buru-buru menahannya. "Arka." suara serak itu Arka rindukan, bibirnya kelu mendengar suara gadis yang rapuh itu.

Arka hanya diam terpaku ditempat, membiarkan Rahel mendekat. "Lo kenapa?"

Ini, seperti ini yang Arka harapkan dulu. Dulu saat ia candu dengan gadis di sampingnya ini. Tapi, sekarang terdengar beda. Seperti yang tidak Arka harapkan.

"Kenapa apanya?" Dingin. Itulah sensasi pertama yang dirasakan Rahel ketika Arka menjawab pertanyaannya.

Paras tampan itu dengan rahangnya yang ketara jelas. Rahel tidak rabun, ia tau Arka tampan. Bahkan, dulu jauh ketika Arka pertama datang menolongnya Rahel sudah terkesima.

"Kenapa lo jauhin gue?" Rahel menunduk, dia malu ketika seperti ini.

"Siapa? Gue nggak jauhin lo." jawab Arka terdengar enteng. Tapi sebenarnya ia berat mengatakan itu.

Dalam hati Arka ingin menyuarakan, "Rahel gue kangen sumpah!" Tapi tidak mungkin. Arka menjalani pilihannya sekarang.

"Tapi gue ngerasa lo jauh."

"Perasaan lo kali."

"Arka." suara parau itu kembali memanggil.

"Gue mau pulang, udah sore."

Rahel terpaku, membiarkan lelaki itu meninggalkannya, di ruangan kelas yang seolah sendu menatap gadis itu. Ini sudah jelas, Arka beda. Bukan Arka yang Rahel kenal dulu dengan segala perhatiannya, bukan lelaki yang menemainya di halte bus dan mengantarnya dengan skateboard itu.

"Arka.."






*****

Arka menatap lurus suguhan di depannya, dedaunan yang terseok angin kesana kemari dan batang yang menopang menjulang tinggi. Kedua matanya menyirat tegas isi hatinya sekarang, rapuh. Arka ingat ketika ia berkata-kata manis di samping Rahel disini, di rooftop.

Lelaki yang saat ini baju seragamnya dikeluarkan beserta jas almamater yang dibiarkan tersampir di bahunya merunduk. Setiap tempat yang ia kunjungi untuk melampiaskan perasaannya, akhirnya bermuara dan hanya fokus ke cewek itu lagi.

Sesulit itu? Apa Arka benar-benar oleh rasa nya ini?

"Gue nggak bohong, Ra. Gue belum pernah punya rasa sedalem ini."

Pemuda itu tersenyum kecut, meraih tasnya yang tergeletak sembarangan kemudian turun melewati tangga karena hujan akan turun sebentar lagi.

Menyusuri koridor dengan percikan air hujan disamping kirinya. Mata Arka menyipit, memerhatikan seorang gadis berambut panjang sebahu sedang duduk di kursi tunggu koridor. Arka tau gadis itu, gadis yang saat ini sangat ingin ia jauhi. Rahelia Daisy.






*****

Rumah sangat sepi, seperti biasanya. Rahel menggigil saat memasuki rumah, cepat-cepat menuju kamar dan ingin memgguyur tubuhnya dengan air hangat.

"Huh!" Ranselnya ia lempar sembarangan ke nakas meja.

Selesai mandi kini gadis itu telah mengganti seragamnya dengan celana training dan kaos pendek selengan warna putih. Rahel membawa tubuhnya ke balkon kamar, sambil membaca novel yang ia pinjam dark Yonna.

Hujan diluar masih terdengar, ponsel Rahel bergetar pelan. Ada pesan masuk.

X : Gue tunggu di taman belakang, ada yang mau gue omongin.

Decakan pelan keluar dari bibir Rahel, ia melangkah pelan mengambil blazer hitamnya kemudian menuruni tangga menuju taman belakang.

"To the point." Rahel menyandarkan tubuhnya ke dinding taman dengan keadaan tangan terlipat di depan dada.

"Oke. Gue juga nggak suka basa basi." Rahen berdiri, memerhatikan cewek itu.

"Hm."

"Bunda tadi bilang, lo sama gue harus berangkat sekolah bareng besok."

"Nggak." penolakan langsung keluar dari mulut Rahel.

"Ada kata harus, Rahel."

"Gue nggak mau."

"Gue paksa."

"Nggak, gue bisa berangkat sendiri."

"Lo nentang, Bunda?"

"Lo juga dulu." jawab Rahel tak habis kata. Rahen menipiskan bibir, hatinya tertusuk ketika segalanya memutar perbuatannya dulu kepada bunda.

"Lo bareng gue besok."

Rahel hanya menyeringai.

"Lo lupa kita nggak saling kenal?".

*****

Little part cicicit😓

Kangen Lean :(

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang