26 | Soto Ayam Lamongan

496 41 1
                                    

26. Soto Ayam Lamongan

"Kalau rindu, buka note di ponselmu."

**

"Heh, kancil!" Rahel mendengus kasar, menoleh ke arah Rahen di ambang pintu kelas. Suasana kelas sudah sepi karena sudah bel pulang sekolah, hanya tersisa beberapa tas saja disana.

"Pulang sama gue." katanya sambil berkacak pinggang.

Rahel mendekat, "Cukup. Gue udah kena masalah karena lo di sekolah. Nggak usah nambah masalah lagi." ucap Rahel dingin, wajah cantiknya itu selalu mendukung ekspresi Rahel biarbagaimanapun.

Emang ya, kalau cantik itu mau gimanapun ya tetep cantik.

"Ck. Gitu aja Lo dengerin." Rahen mendecak cuek.

"Yang buat gue gini itu pacar Lo. Lo ajarin apa sih? Makan boncabe?" Rahel semakin maju, menantang berdebat dengan pemuda itu.

"Iya nanti gue bilangin. Ayo pulang sama gue. Keburu hujan." Rahen berniat menarik tangan gadis itu tapi ditepis oleh Arka. Entah darimana pemuda itu datang menenteng skateboard-nya.

Rahel terlonjak kaget, Arka masih mengenakan kostum voli Nusa Bakti dan meletakkan skateboard-nya di atas meja. "Lo siapanya Rahel?" tanya Arka sama sekali tidak menganggap keberadaan Rahel disampingnya. Yang Arka fokuskan hanya Rahen.

"Emang kenapa?" Rahen mendelik.

"Ck. Gue tanya, buruan jawab." desak Arka malah membuat Rahen terkekeh.

"Bukan siapa siapanya, tapi mau pulang bareng." ucap Rahen dan langsung disahut Rahel.

"Nggak. Gue nggak mau pulang sama Lo." tekan gadis itu, secara refleks mendekatkan diri ke arah Arka.

Arka tersenyum kecil melihat itu, kemudian fokus kembali ke Rahen."Nggak perlu ganggu Rahel, gue bisa anter dia pulang." katanya dan membuat Rahel ingin memeluknya sekarang.

Anjir, agresif bener nih anak.

"Oke. Gue duluan." Rahen melenggang pergi keluar kelas.

**

Parkiran menyisakan beberapa motor saja di dalamnya. Rahel pasrah saja mengekori Arka sampai di parkiran. Gadis itu merasakan genggaman tangan Arka hangat, dan ....posesif.

Sampai di motor pun Arka belum melepas genggamannya, "Naik."

Rahel mendengus, "Lepas dulu, gimana bisa gue naik kalau gini." Rahel membawa tangannya dan tangan Arka agak ke atas, menunjukkan pada cowok itu.

Arka mendengus kemudian melepas genggamannya. Rahel naik ke motor, menatap punggung kekar Arka. Sambil diam-diam melirik ke arah spion, mengecek ekspresi Arka disana. Ck,kenapa muka datar terus sih?

"Mau makan?" tawarnya membuat Rahel segera mengalihkan pandangan dari spion.

"Boleh."

Arka tak membalas dan langsung menancap gas membawa Rahel mengitari kota Jakarta. Di sepanjang jalan tak ada suara dari keduanya, hanya memang beberapa kali Arka berdeham untuk menghindari kecanggungannya.

Sampai motor Arka berhenti di depan sebuah warung pojok, bertuliskan 'Soto Ayam Lamongan' di kain yang tertempel di plakatnya.

"Berapa mangkuk?" tanya Arka dan langsung mendapat lirikan kesal dari Rahel. Arka terkekeh kecil, mempersilakan Rahel duduk dan memesan makanan.

Keduanya menikmati minuman masing-masing, Rahel dengan es jeruk dan Arka dengan es teh. "Cerita, Ra." ucap Arka, cowok itu sibuk mengaduk es tehnya.

"Cerita apa?"

"Tentang Rahen, biar gue nggak salah paham." jelas Arka membiarkan gadis itu berpikir sebentar.

"Kenapa nggak tanya dari awal? Kenapa malah ngejauh?" balas Rahel cuek, dia masih sebal dengan adegan Arka menjauhinya selama hampir sebulan.

Arka tersenyum kecil, "Namanya juga cemburu, Ra." Arka meringis ketika cubitan Rahel mendarat di lengan kirinya.

"Makanya cerita." ucap Arka lagi, kini tangan kanan Arka menahan kepalanya yang dimiringkan ke arah Rahel.

Rahel meletakkan gelasnya, mulai menatap Arka hangat.Dan kini Rahel sudah yakin. Rahel pun mulai bercerita.









**

Arka manggut-manggut mendengar penutup dari cerita Rahel di sela makan keduanya. Gadis itu kemudian menyeruput kembali minumannya, baru menyadari bahwa dirinya mampu bercerita panjang lebar begini.

"Gitu ya?" Arka meringis kecil mendengar cerita Rahel, ternyata ia salah persepsi. Siapa Rahen di kehidupan Rahel sudah terungkap jelas, apa yang harus di buat cemburu lagi?

"Seharusnya waktu itu gue dengerin kata Abra." ucap Arka sambil menghabiskan satu sendok terakhir kuah soto.

"Salah sendiri." Rahel tetap cuek menikmati es jeruknya setelah mendorong mangkuk soto yang sudah habis agak menjauh dari badannya.

Arka tersenyum lebar melihat Rahel seperti ini, sudah tidak terlalu jaim di depannya. "Kalau nggak gitu Lo nggak mungkin kan peduli sama gue?"

Rahel mengrenyit, "Kalau gue ngejar Lo terus, Lo nggak bakalan tau gimana perasaan Lo sesungguhnya ke gue."

"Dih, emang perasaan gue ke elo apa?" tanya Rahel polos, membuat Arka jadi ingin sekali mencubit pipi gadis itu.

"Dah lah, muka Lo merah gitu." celetuk Arka yang langsung disambut amukan Rahel, ternyata gadis ini juga bringas.

"IYA IYA AMPUN! GUE MAH APA KALAU DISANDINGIN SAMA ATLIT KARATE" Rahel menyudahi pukulannya melihat Arka kewalahan menahan amukan gadis itu.

Rahel berdecak kemudian menyilakan rambutnya ke belakang dan duduk kembali.

"Ayo pulang." Arka mengulurkan tangan dan kemudian disambut oleh Rahel, meskipun pertamanya ogah-ogahan dan terpaksa.

Sampai di trotoar, Rahel ingin melepas genggaman itu tapi Arka semakin mengeratkannya membuat Rahel mengrenyit. Pandangan Arka tidak berhenti menyisir sepanjang trotoar, ada beberapa pemuda yang duduk nongkrong di dekat bengkel motor.

"Jangan di lepas." kata Arka lirih setengah berbisik, masih menatap ke arah gerombolan pemuda itu, Rahel mengikuti arah pandangan Arka.

"Kenapa?" tanya Rahel ikutan melirihkan suara, agak mendekatkan badannya ke Arka.

"Lo cantik. Mereka dari tadi ngeliatin Mulu." Arka berjalan ke arah motornya masih menggenggam posesif tangan Rahel. Rahel menurut saja.

"Biar mereka tau, Lo punya gue sekarang." kata Arka lagi, Rahel menggigit bibir bawahnya. Merasakan sesuatu baru saja meledak dalam tubuhnya. Tapi sesaat kemudian lamunan Rahel dihalau oleh celetukan Arka, "Cie ngarep ya gue tembak?"

Langsung Rahel menggeplak punggung pemuda itu, dan Arka hampir saja menjerit kalau tidak ditahannya. Tapi kemudian Rahel terkekeh, mengelus-elus punggung yang tadi ia geplak dan lekas naik ke motor Arka.

Arka belum menjalankan motornya, cowok itu menoleh ke samping, "Ra, buka ponsel Lo."

"Kenapa?" Rahel mengrenyit bingung tapi tetap menurut, mengeluarkan benda pipih itu dari saku seragam.

"Udah buka aja, terus buka aplikasi note."

Disana Rahel sibuk mengutak-atik ponsel, seperti yang di perintahkan Arka. "Hm. Udah."

"Tulis Disana.." ucapan Arka menggantung.

"Apa?"





























"Soto ayam Lamongan, disini gue dan Arka jadian."
















































**
Aku nulisnya sambil gigit jari

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang