11 | Siapa Rahel?

498 45 0
                                    


11. Siapa Rahel?

"Lo siapa sih, Hel? Kenapa lo bikin kacau keluarga gue?"

**

Mobil jeep hitam itu melaju sedang di jalanan kota Jakarta. Menembus terik matahari dan padatnya lalu lintas siang itu. Sudah beberapa bulan ini Rahel sibuk dan fokus terhadap nilai-nilainya, mulai dari mengejar nilai tinggi saat post test Matematika atau meminta tugas untuk melengkapi nilai mapel lain.

Kali ini Rahel menuju sebuah kafe, tempat dimana akhir-akhir ini ia menghabiskan waktu disana. Dengan lagu Shawn Mendes dan secangkir cappucino jemarinya lihai memainkan angka matriks.

Pak Aditya memberikan hadiah mobil jeep karena Rahel berhasil mendapat juara 1 pertandingan karate antar SMA se-Jakarta. Tidak terlalu kaget juga, ternyata Rahel punya bakat karate sejak kecil dan bunda-nya tau itu. Bakat itu diketahui dari piagam yang ia gunakan untuk mendaftar di SMA nya dulu, pak Mahesa yang jadi pengampu guru olahraga sudah menggladi Rahel di bidang karate kelas 11 ini, bukan pak Udin yang galak itu.

Kafe sedikit pengunjung, mungkin karena siang ini terlalu panas jadi orang-orang malas keluar. Tidak seperti Rahel, ia malah suka keluar rumah, daripada tersiksa dengan sunyi senyap rumahnya dan hanya perhatian dari ibu yang mampu memecahkan sunyi itu. Yang lainnya, tidak.

"Rahel." Rahel menoleh, terlihat Lean di bangku nomor dua belas melambaikan tangannya. Cowok itu sedang bersama Diki dan juga...Arka.

Diki ikut tersenyum dan Arka menarik bibirnya, canggung. Rahel mengangguk membalas tiga orang itu, dan kemudian melanjutkan aksi belajarnya lagi.

Tiga manusia itu sudah menuju kasir, Rahel tetap tak acuh meskipun ada Arka disana. Rahel tidak suka berharap.

"Boleh duduk?" Arka berdiri di depan cewek yang tengah mengotak-atik angka itu, dan tanpa pikir panjang Rahel mengangguk. Ia tidak melihat Lean dan Diki, jadi Rahel menyimpulkan mereka pulang duluan.

"Belajar apa?"

"Matriks." selalu seperti ini, Arka dibuat kesal dengan jawaban Rahel. Bisa nggak sedikit basa-basi sama gue? Ah, itu bukan Rahel kalau mau basa-basi duluan.

"Eum, lo sendirian aja?" tanya Arka, dan Rahel mengangguk. Ia masih bisa mendengar suara Arka meskipun di telinganya ia sumpel dengan earphone hitam.

Arka mulai jengah, ia kehabisan topik jika berada di depan Rahel. Cewek itu terlalu dingin. Ngobrol aja sulit jadinya.

"Gue ganggu ya?" akhirnya dengan hati-hati Arka bertanya.

Rahel mendongak, menatap Arka yang sedang menunggu jawaban, "Enggak." lalu Rahel melanjutkan lagi belajarnya.

Arka mendengus, mengusap wajahnya gusar. "Yaudah, gue pulang." ia bersiap berdiri, menaruh handphone-nya di saku jaket. Rahel menatap cowok itu, Arka pergi dengan muka cemberutnya dan Rahel tiba-tiba terkekeh melihat itu. Rahel mengulum senyum, lalu hatinya jadi cemas.

Kenapa Rahel merasa bersalah?

*****

Pemandangan pertama ketika Rahel membuka pintu utama yaitu Rahen yang sedang duduk di sofa, Rahel tidak salah kan? Ini masih pukul empat sore dan Rahen ada di rumah. Cowok itu masih mengenakan hodie merah maroon.

"Rahel." Ketika Rahel mulai menaiki tangga ingin menuju kamarnya, suara cowok itu memanggil. Terpaksa dan sangat terpaksa Rahel berhenti.

"Gue mau tanya." katanya lagi, ia merasakan Rahen berjalan ke arahnya. Akhirnya, Rahel memutar balik badan menghadap ke cowok itu.

"Apa? Gue gak suka basa-basi,so to the point."  Rahel tetap pada gaya khasnya, melipat kedua tangan di depan dada.

"Lo tau banyak tentang gue?" suara Rahen terdengar menginterupsi.

"Nggak. Buat apa gue tau banyak tentang lo? Nggak guna juga."

"Gue serius, Hel."

"Gue gak ngerti, dan gue gak peduli." Rahel melanjutkan menaiki tangga, menuju kamarnya.

"Lo siapa sih, Hel? Kenapa lo bikin kacau keluarga gue?"










































































**
aku lagi males nulis jadinya cuma jadi litle part huhu

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang