4 | Kesengajaan

748 54 6
                                    

4. Kesengajaan

"Bahkan untuk tersenyum pun seakan aku lupa caranya" - Rahelia Daisy

**

Rahel menyesap kembali secangkir espresso-nya sambil menikmati alunan lagu dari ipod lamanya lewat earphone yang menyumpal di kedua telinga. Saat ini gadis pemilik nama belakang 'daisy' itu sedang berada di kedai kopi mas Rio, kedai yang terletak di pinggir kota ini telah menjadi tempat pilihan Rahel beberapa tahun terakhir untuk menghilangkan sesak di dadanya.

"Lo ada masalah apa gimana? Murung gitu." tanya mas Rio, sang pemilik kedai. Ia adalah seorang mahasiswa ilmu hukum, masih sangat muda dengan kulit putih, hidung mancung dan rambut yang tertata rapi.

"Rahel selalu ada masalah kali mas." jawab Rahel lalu melepas earphone-nya. Dirinya memang sudah kenal akrab dengan mas Rio.

"Bawa santai aja, Hel. Lagian lo juga nggak mau cerita." ucap mas Rio, pasalnya gadis itu memang enggan untuk berbagi cerita hidupnya. Seolah-olah terlihat baik-baik saja padahal hidupnya penuh kata mengapa.

"Pengen ngeluh sih mas, tapi percuma." kata Rahel meringis kecil membuat Rio sedikit prihatin dengan gadis di depannya itu. Sudah beberapa tahun ia mengenalnya namun ia tak mengetahui satupun tentangnya.

"Yaudah mas Rahel duluan." pamit Rahel setelah meneguk satu tegukan terakhir espresso-nya.

"Oke, hati hati ya." Saat dirasa Rahel sudah menghilang di balik pintu kedai, Rio hendak membereskan meja yang ditempati gadis tadi. Lelaki itu sedikit mengrenyit menemukan sebuah benda berbentuk persegi panjang.

"Ini ipod Rahel ketinggalan? Gue simpen aja dulu." kata Rio kembali membersihkan meja.

"BANG RIO!" Rio dikejutkan oleh suara lantang pemuda yang sedang nyengir di pintu masuk. Kemudian orang itu mendekar ke arah Rio.

"Ngapain lo kesini?"

"Santuy, Bang gue cuma main aja. Abis nongkrong sama anak-anak, mampir bentar."

Rio hanya mencibir pelan ke arah cowok itu membuat Arka terkekeh, "Gue pesen susu dong, Bang."

"Disini itu kedai kopi bukan pabrik indomilk."

"Hehe, cappucino kalo gitu."

"Ya udah sana pesen!"

"MAS CAPPUCINO SATUU!" pesannya pada salah satu barista di pojok belakang.

"Arka jangan keras keras, ini kedai gue bukan dapur rumah elo!" tegur Rio sambil menjewer telinga cowok itu.

"AW AW iya iya maaf, Bang" Arka hanya cengengesan kemudian duduk di kursi yang disediakan.

"Altar apa kabar?" tanya Rio ikut duduk di seberang Arka. Jadinya tuh dua orang berhadapan.

"Yeu lo kan temennya masa nggak tau. Baik sih, masih libur di rumah". Rio mendengus mendengar jawaban Arka.

"Itu apa, Bang?" Arka melirik benda yang dibawa Rio.

"Oh ini, ipod pelanggan gue tadi ketinggalan." jawab Rio.

"Siapa?"

"Eh lo sekolah di Nusa Bakti kan?" tanya Rio yang dibalas anggukan Arka.

"Ya udah gue nitip ini ke elo, oke?" Arka mengrenyit kebingungan.

"Gue duluan, mau ada acara soalnya." ujar Rio sambil meletakkan ipod di depan Arka dan berlari kecil ke arah pintu kedai.

"Lah ini ipod majikannya namanya siapa?!"

Rahen Rahel [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang