True Love(1)

223 17 3
                                    

"Maurin..."

Ah, aku paling sebal jika harus mendengar teriakan seseorang memanggil namaku sepagi ini. Aku meletakan kembali alas bedak yang belum sempat ku buka tutupnya. jangankan untuk sekedar memolesnya pada wajah, merapikan rambut lurus sebahu yang belum disisir saja rasanya tidak ada waktu.

Aku bergegas memasukan sisir dan ikat rambut kedalam tas soft pink. setelah ini, bus sekolah akan ku sulap menjadi salon pribadi. sebelum benar benar meninggalkan kamar langkahku tertahan. Aku diam sejenak, mengingat-ingat apa lagi yang perlu ku masukan kedalam tas. Rasanya seperti ada yang kurang. Tapi aku tidak bisa mengingat dengan jelas itu apa. Sudahlah apapun itu, lebih baik bagiku segera turun kebawah untuk menemui orang yang sedari tadi sudah menunggu ku di depan sana.
pasti akan bertambah kesal kalau aku tidak segera keluar dari kamar ini. Sebelum namaku di panggil lagi untuk yang kedua kalinya dengan volume yang lebih keras, aku segera beranjak turun kebawah dan meninggalkan kamar.

Rumah masih sangat sepi
Lampu di ruangan masih menyala tanda gelap masih menguasai hari.
mama dan papa belum bangun. Apalagi kak yoga. kakak kandungku itu.

"kamu mau di tinggal bus lagi?" Leon langsung saja menyemprot dengan pertanyaan itu begitu melihatku muncul dari balik pintu rumah. Meskipun tidak bisa melihat ekspresi wajahnya dengab jelas, aku tahu Mood nya sedang tidak baik. Aku memilih diam, tidak banyak bicara. Leon membalikan badannya kemudian melangkahkan kakinya dengan jalan cepat.

"Maurin Adya Putri kamu itu harus belajar bangun pagi!". ucap Leon yang masih terus menceramahiku. Entah sudah beberapa kali aku mendengar leon mengatakan hal yang sama.

"ini juga bukannya udah pagi banget?" sahutku sembari terus berusaha mengimbangi langkah leon.

"Tapi kan minggu ini kita dapat giliran di jemput awal. jadi harus ikut keliling dulu buat jemput temen-temen. jam setengah lima kita harus udah siap!" ucap leon

"Tapi kan..."

"Tapi apa?" Leon menyahuti cepat.

Aku diam. Tidak ada gunanya juga berdebat dengan leon. ujung-ujungnya pasti kalah. lelaki yang sedang bersamaku ini, egonya sangat tinggi. dia tidak akan menyerah begitu saja saat perang argumen denganku. Akan lebih terhormat lagi rasanya aku yang harus mengalah dan membenarkan ucapan leon.

Setelah kelulusan SMP, aku berencana akan memasuki sekolah yang sama dengan leon. leon yanuar pranata atau yang biasa ku sapa leon adalah sahabat karibku sejak kecil. entah kenapa persahabatan kami berdua semakin kuat hingga sekarang. leon yang bisa terbilang sosok yang sangat egois dan keras kepala jadi tak heran bagiku. Aku dan leon berhasil di terima di sekolah yang tidak biasa meskipun kami di tempatkan di kelas yang berbeda. Ada sedikit rasa kecewa saat mendengar aku dan leon tidak satu kelas tapi setidaknya kami masih satu sekolah dan masih bisa bertemu setiap hari.
Sekolahku terbilang sekolah yang memiliki fasilitas terbaik. diantaranya Ada bus sekolah yang telah di sediakan pihak sekolah untuk siap antar jemput para siswa. siangnya,seluruh siswa akan berkumpul di aula besar yang terletak di lantai dua. para siswa di arahkan untuk makan siang bersama dengan biaya yang relatif murah. dan yang lebih keren lagi di sekolah ini tidak perlu membayar SPP.

jam pelajaran di sekolah ini di mulai pada jam tujuh. dan proses belajar nya baru akan berakhir pada jam tiga sore. Sebelum memulai dan setelah mengakhiri pelajaran, kami wajib mengikuti upacara. jadi setiap pagi kami harus berada di sekolah jam setengah tujuh pas. kalau sampai terlambat, siap- siap saja jadi pajangan gratis di tengah lapangan saat apel pagi. sebenarnya sekolah ini masuk tifikal kategori sekolah idaman ku. tapi sayang satu yang tidak ku sukai dari sekolah ini yaitu para siswa di haruskan setiap hari pada saat pagi sebelum memulai pelajaran dan petang sesudah mengakhiri pelajaran harus selalu mengikuti dan mengadakan apel. sedikit heran ya melihat lihat sekolah lain melaksanakn apel pagi dan upacara hanya setiap senin tapi sekolah kami setiap hari di jadwalkan pagi pada saat pelajaran sebelum di mulai dan petang saat jam pelajaran selesai atau jam waktunya para siswa untuk pulang.

"Tuh, untung Pak Wiliam masih mau nunggu!"

Aku mengalihkan pandangan ke sebrang jalan. benar saja, sebuah bus besar bertuliskan Bus School. sudah terparkir disana. Dari kaca bus yang sedikit terbuka aku bisa melihat Pak wiliam menatap sedikit tajam ke arah ku, Aku pasti kena marah lagi. kalau bukan karena Leon penumpang kesayangan dan teladan di bus school ini, aku pasti sudah di tinggalkan.

"Maap, pak!" aku berusaha meredam amarah pak Wiliam. setidaknya aku sadar bahwa aku memang salah. dan aku memiliki jiwa pertanggung jawaban atas kesalahan ku ini mangkanya aku meminta maaf terlebih dahulu.

"Tutup pintu!" kata Pak wiliam sinis. " jangan lupa sisiran!" Tambahnya yang seketika membuatku sadar betapa berantakannya aku pagi ini. Beruntung aku dan Leon penumpang pertama di bus ini. jadi tidak ada yang melihat seberantakan ini kah penampilanku selain Leon dan pak Wiliam. Aku pasti malu bukan main, apalagi kalau sampai kaka- kaka senior melihat ku.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang