True Love(19)

25 7 0
                                    

Author Pop

Aku masih ingat bagaimana Kak Yoga memandangku begitu aku tiba di rumah. Dia tidak henti-hentinya menjejaliku dengan banyak pertanyaan karena melihat wajahku yang sedikit pun tidak diliputi kebahagiaan setelah pulang jalan dengan Kak Bintang. Secara Fisik Kak Bintang memang bersamaku. tapi hati dan pikirannya belum bisa lepas dari Kak Khanza. Meskipun Kak Yoga terus mendesakku. aku memilih bungkam.

Sejak kemarin, aku tidak bisa menemui Leon. pesan tidak dibalas, telepon tidak di angkat. Aku sudah kerumahnya tapi dia tidak ada. Bahkan hari ini, dia tidak naik bus sekolah. Aku tidak bisa menceritakan semua yang terjadi.

Dan Kak bintang melintas dalam benakku. ini seperti sebuah perintah untuk menyerah. Tapi, begitu aku melihat kalender, aku teringat waktu yang telah ku lewatkan hanya untuknya. Tidak lama lagi, ulang tahun sekolah akan di gelar. Aku sepertinya harus berjuang sampai akhir. Setidaknya, jika memang tidak bisa bersamanya. aku sudah berjuang sampai akhir. Semoga aku masih bisa menemukan kekuatan itu.

"Jadi kamu pas malem minggu keluar sama Kak Bintang?"

Aku menaikkan kedua alis. Aku tahu itu tidak akan bisa mengobati rasa penasaran Anggita yang tengah menggunung. Aku mengambil sendok dan botol minum dari dalam tas. bersiap menuju aula.

"Kak Bintang ngajak kamu kemana Rin? Trus kalian ngapain aja?"

"Kita cuma pergi ke taman kota! Dan aku sama Kak Bintang cuma duduk dan ngobrol aja." Begitu sampai di ambang pintu. Aku menoleh ke kiri dan kanan. Tadi pagi, aku memang kembali berbincang dengan Kak Bintang di bus. Tapi untuk saat ini aku sedang tidak ingin bersisian dengannya menuju aula. aku masih takut dengan perasaanku jika kami kembali berpaspasan  dengan Kak Khanza. saat seperti yang kami alami sebelumnya.

"Masa sih cuma ngobrol? Kalian gak pegangan tangan? Atau malah lebih dar....?"

"aku sama dia cuma ngobrol doang gak lebih, jadi kalian jangan mikir macem- macem ." Tegasku. Aku memotong cepat omongan Anggita setelah itu mempercepat langkah mendahului Anggita yang terlihat diam mematung. begitu enggan rasanya mendengar pertanyaan Anggita yang bertubi tubi
Aku juga tidak dapat mengatakan pada mereka tentang bayang-bayang Kak Khanza yang melintasi pikiran Kak Bintang. kalau sampai mereka tahu, mereka pasti akan menyalahkan ku. kemudian memaksaku berhenti untuk mengagumi Kak Bintang.

"kamu gak papa, kan Rin! omongan Anggita jangan di masukin ke hati dia cuma becanda ko." Jelas Vela tenang. dia ikut menyusul ku mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki ku.  Seandainya Vela tahu yang sebenarnya. dia pasti tidak bisa menanggapi ceritaku dengan senyum seperti itu.

"Maaf ya Rin! aku itu gak bermaksud ngomong gitu, emang gak seharusnya aku mikir sampe segitunya, ini itu efek dari kekepoan aku sih!" Anggita yang sempat diam. dia ikut menyusul menyesuaikan langkah.

"Hem,tau kok. udah gak usah di bahas lagi." jawabku.

Saat aku ingin fokus pada jalan di depan kami langkahku terhenti. Vela dan Anggita terdiam. Aku bahkan tidak mendengar suara mereka. Leon dan Kak Khanza melintas di depan kami. Mereka keluar bersama dari perpustakaan. berjalan melewati lapangan upacara menuju ke aula.

Apa yang terjadi sebenarnya? Setelah tidak bisa dijangkau selama dua hari. Dia tiba-tiba muncul bersama Kak Khanza. Aku segera menoleh ke arah Vela yang sedang mematung di sebelahku. Bola matanya mengikuti langkah Leon dan Kak Khanza.

"Mereka... ngapain? tumben banget jalan bareng?" tanya Anggita hati-hati. Dia mengatur volume  suaranya dengan ragu. Antara ingin menyadarkan vela dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Vela tidak mengeluarkan sepatah katapun dia justru tampak menelan ludah. membasahi kerongkongannya yang sepertinya menjadi begitu kering.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang