True Love(10)

27 3 0
                                    

Leon sepertinya masih belum puas jalan-jalan. Dia memilih duduk di kursi dekat area parkir supermarket. Ada empat buah kursi di sana yang di susun melingkar.

"Lho, ko kesini kita kan mau pulang!"

"Masih mau nongkrong disini dulu? Sebentar aja Rin!" Leon mengeluarkan minuman bersoda kaleng dari dalam kantong plastik bertulisan supermarket. baiklah apalagi yang sedang Leon inginkan? Aku sudah risih saat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. menunjukan pukul 18:30. Meskipun label sekolah di lengan kananku tidak akan terlihat karena tertutup kardigan yang aku kenakan, tetap saja aku merasa tidak nyaman. dari kecil kedua orangtuaku selalu menasihati untuk tidak pergi kemana mana setelah pulang sekolah. Aku ikut duduk perlahan menjatuhkan pantat ku tepat di kursi samping Leon. rasanya hari ku saat ini letih, badanku sedikit pegal rasanya cape sekali beberapa jam menemani leon dan menuruti keinginan nya.

Selain itu aku merasa gerah. setelah beraktivitas sepanjang hari ini di sekolah. aku tidak bisa membayangkan berapa liter keringat yang sudah keluar dari tubuhku lalu menempel pada pakaian seragamku. belum lagi saat ini wajah ku terlihat cape, lesu, letih. belum lagi karena debu di jalan singgah ke permukaan tubuhku membuat kulit tampak kusam. benar-benar sedang tidak cantik.

"Kalau kita gak dapet, Angkutan umum gimana?"

"jam delapan malam masih banyak angkot yang berlalulalang jadi tenang aja Rin!" Leon menyodorkan beberapa bungkus wafer lapis dengan varian rasa "Mau yang rasa apa?"

Tanpa ragu aku mengambil rasa Vanilla. Mulutku pasti tidak ingin beristirahat terlalu lama. setelah makan siang, aku belum makan apapun. makanan ringan pun tidak ada yang kukunyah.

"Kenapa suka rasa itu?"

"Suka aja, Emangnya kenapa?"

"Kenapa diantara coklat dan Strawberry,kamu justru pilih itu?"

Aku menggerutuk kesal. Sejak tadi aku merasa Leon aneh. Pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kadang tidak masuk akal. tidak terlalu penting juga, Kebetulan aja aku lagi ke pengen makan wafer rasa itu. Apa pentingnya jawaban pertanyaan dari Leon.

"Aku suka warna pembungkusnya. Biru," jawabku. Leon mengangguk pelan seperti mengerti sesuatu. dia kemudian membuka kaleng minumanya. meneguknya beberapa kali, lalu di letakan kembali kaleng itu. melipat kedua tangannya di dada.

"Ada yang bilang penikmat Vanilla itu, adalah orang yang tawar. Awalnya aku gak terlalu percaya.Tapi setelah ngeliat kamu,ternyata ada benarnya juga,"

"Maksud Kamu? Aku orang yang tawar? emangnya aku Roti tawar apa!"

"Ya, mungkin aja!"

"Tapi, wafer ini gak tawar kok!" Aku mengamati bungkus wafer vanilla ini, Aku memicingkan kedua mata kemudian mencari penerangan yang cukup agar aku bisa membaca komposisi dari wafet ini. "Justru ada campuran susunya. Malah manis!"

"Berarti dia juga bisa menjadi manis kalau ada yang mendampinginya!"

"kamu lagi ngomong apaan sih? ini pasti efek terlalu capek!"

"Aku pernah baca artikel, tentang tipe seseorang kalau di hubungkan dengan rasa favoritnya. gak sedikit juga ada yang nulis karya puisi tentang ini!"

"Jadi kamu lagi Observasi!"

"Bisa jadi. Dan kamu adalah bahan percobaannya!"

"Oh, Jadi kamu ngajak aku kesini,ngajak muter-muter cuma buat jadiin aku bahan percobaan!"

Aku berkata dengan nada kesal, kemudian membuang muka dari pandangan Leon. Aku sedang tidak mood ingin melihat wajah Leon
Tapi aku tiba-tiba saja teringat seuatu. Aku harus mencari tahu apakah ada kemungkinan Leon menyukai Vela atau tidak. Aku mrmperbaiki posisi duduk ku seperti semula. Berdehem, berusaha mengalihkan perhatian dari Leon. kali ini semoga saja Leon bisa di ajak serius.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang