True Love(6)

28 9 0
                                    

Kak Bintang memang selalu bisa membuat tenagaku penuh semangat. Aku berusaha keras agar segera sampai di lantai tiga. Usahaku, bisa saja tidak berhasil jika aku terlambat sampai di atas. Vela dan Anggita masih setia membuntutiku dari belakang. Meskipun Aku tahu mereka begitu amat mendukung keputusanku untuk melihat Kak Bintang dari atas, aku bisa melihat bahwa Vela dan Anggita kewalahan menyusul pergerakan langkahku.

"Bisa pelan-pelan gak sih?" Sarkas Anggita.

Aku mengembangkan senyum termanisku. "The power of gc," Kataku bangga. "Ayo dong, buruan!"
Aku menghentakkan kaki beberapa kali, berharap mereka mendapat semangat baru dan segera menyamai semangatku.

Vela mengibaskan tangan kanan, memintakku untuk pergi lebih dulu. ia menunduk lelah, tangan kirinya memegangi lutut menahan berat badannya. Anggita sendiri menyandarkan tubuh pada dinding tembok. mereka sepertinya kelelahan aku tidak tega melihatnya Tapi aku juga tidak punya pilihan lain untuk sampai cepat-cepat di lantai tiga dan melihat Kak Bintang di sana.

"Aku duluan ya?"

Pandangan Vela masih ter-arah pada lantai tangga yang dipijaknya. Tanpa melihatku lagi, dia mengacungkan jari jempolnya tanda menyetujui perkataan ku. aku tidak bisa menunggu mereka lagi. Bukannya tidak setia kawan, aku hanya ingin segera melihat Kak Bintang dari atas.

Setiap kamis, sekolah kami mengadakan program "Pagi Sehat" semua siswa akan mengenakan pakaian olahraga. kemudian secara bergantian, kelas X,XI, dan XII wajib mengikuti senam. Halaman luas yang di kelilingi oleh lima gedung utama di sekolah, itulah menjadi tempat pertunjukan.

Begitu barisan kelas XI yang telah menyelesaikan senam di bubarkan
aku segera menuju lantai tiga. tujuanku hanya satu, Bisa melihat Kak Bintang sepuasnya.selain karena gedung ini yang paling sepi, dari ini setidaknya aku bisa leluasa melihat Kak Bintang Menggerak-gerakan otot tubuhnya.

Dan Akhirnya aku sampai. ku sapukkan pandangan ke lapangan berusaha mencari sosok Tampan yang selalu membuat hariku bersemangat sekolah. tidak perlu waktu lama,mataku menangkap keberadaannya dengan sangat cepat. Kak Bintang berbaris di tengah. kedua Tangannya telah terlentang mengikuti gerakan pemanasan yang di pergerakan oleh salah satu teman yang menjadi instruktur di depan barisan.

Kak Bintang tidak hanya sekali mengganggu teman di sebelahnya. telapak tangannya memukul lengan temannya yang tengah melakukan gerakan serupa.  Sesekali Aku tertawa geli melihat tingkahnya.

"Kamu seharusnya ngomong sama Kak Bintang, Rin!" Vela yang telah berdiri di sampingku turut memerhatikan Kak Bintang. napasnya masih terengah-engah. Aku merasa bersalah karena telah memaksanya untuk menemaniku.

"Iya, Vela bener. seharusnya kamu bilang aja sama Kak Bintang, Jadi setiap habis senam, kita gak perlu datang setiap saat ke tempat ini," Anggita berkata dengan napas yang memburu.

Kuakui apa yang dikatakan  oleh Vela dan Anggita sedikit mengusikku. tapi aku memilih untuk tidak mengomentrinya. pandanganku tidak lepas dari gerak tubuh Kak Bintang. Aku memang ingin selalu bisa berada dekat Kak Bintang, tapi kalau harus mengatakan perasaanku langsung. rasanya aku belum siap lagipula aku bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan isi hati. saat ini, aku merasa sudah cukup dengan bisa terus Memandangi Kak Bintang meskipun dari jarak sejauh ini.

"Kalau memang sudah jodohnya,pasti aku bisa bareng sama dia ko," Ucapku yang berhasil membuat Vela dan Anggita terdiam.

  ****

"Vela aku lagi berantem sama Leon," ungkapku jujur saat jam istirahat. Anggita tidak sedang bersama kami. dia sedang piket di ruang UKS. sejak masih kelas sepuluh dia memang begitu tertarik bergabung dengan ekstrakulikuler itu. katanya dia merasa senang bisa membantu dan merawat orang yang sedang sakit.

"kenapa bisa berantem?"

Aku mengangkat bahu dan alis secara bersamaan, menanggapi pertanyaan Vela. Aku tahu, dia selalu penasaran setiap kali aku menceritakan segala sesuatu tentang Leon.

"Kalian berantem beneran?"

Aku hanya mengangguk. Aku sebenarnya sedang menyusun rencana di balik ini. Vela pasti tidak akan suka jika melihat aku terus-terusan mendiami Leon.

"Kamu bisa tolongin aku, buat baikan sama Leon lagi?"

Vela diam sejenak, tapi aku tahu dia tidak akan mau menolak keinginanku. "Ya,aku sih mau aja, kalau kamu sama leon gak usah pake acara beranteman. Terus, aku harus ngapain?"

Aku mengambil secarik kertas yang sudah terlipat rapih dari saku baju seragam putihku. Aku sudah menyiapkannya sejak jam pelajaran kedua. Diam-diam aku menulis surat singkat untuk Leon. " kasih ini ke Leon ya!"

"Surat?" Vela masih belum mengambil kertas itu. Dia malah menatapnya bingung. "Tapi kenapa gak kamu yang ngasih langsung aja Rin!". sudah kuduga Vela pasti akan berpikiran seperti itu.

"Kamu tau sendiri kan aku lagi berantem sama leon. jangankan untung meminta maaf, bicara aja aku gabisa!" Leon selalu menghindar setiap kali ketemu aku." ucapku membohingi Vela.

"Tapi, kenapa gak kamu coba meminta maaf lewat SMS atau telepon dia."

"Kamu lupa? kan kita gak boleh bawa HP ke sekolah. jadi aku gak bisa SMS atau telepon Leon. kalau ketemu langsung, hmm... Rasanya.."

"Aku ngerti, Sini biar aku yang kasih ke Leon!"

Aku tersenyum di dalam hatiku yang paling dalam. Semua ini berjalan sesuai dengan rencanaku.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang