True Love(20)

22 5 0
                                    

Sekolah nyaris sepi. Beberapa guru sudah lewat dsngan kendaraan mereka masing-masing. Kulihat Bu Citra mengendarai mobil merah barunya melewati gerbang.

"Maurin?"

Aku hanya tersenyum saat Bu citra menyapaku. sebenarnya aku merasa gugup bila berhadapan langsung dengan Bu Citra. dia sangat galak jadi semua siswa pun tidak banyak yang dekat dengan bu Citra. padahal jika dia anggun dan bersikap baik sedikit pasti cantiknya akan bertambah. soal fisik bu Citra oke . memiliki wajah yang mulus serta cantik, body yang langsing menciptakan lekukan di tiap bagian tubuhnya bisa membuat para lelaki memujanya. karena sikapnya yang terkesan galak saat di jam pelajaran membuat Bu Citra ini banyak di perbincangkan semua murid yang di ajar dengannya. padahal kalo aku lihat-lihat seperti bu citra baik tidak galak. hanya pas di jam pelajarannya saja. kalau di luar pelajaran rasanya tidak.

"Maurin kamu kenapa belum pulang? kamu ketinggalan bus?

"Nggak kok Bu, saya lagi tunggu Leon di toilet. bentar lagi juga pulang Bu"

"yasudah kamu hati-hati jangan banyak pikiran sekolah ini sudah mulai sepi. kamu gapapa kan ibu tinggal".

"Nggak papa bu duluan aja. bentar lagi juga saya pulang bu,"

Mobil bu Citra melenggang pergi dari pekarangan sekolah.

Aku hampir saja merasa kesal karena kelamaan menunggu sebenarnya kemana Leon dan Kak Khanza. Mereka berdua tega membiarkanku menunggu di sini seorang dirin Aku bahkan sempat di interogasi oleh satpam. Aku hanya duduk menunggu dengan resah, Aku melihat keduanya berjalan. wajah cantik di sebelah Leon menatap ke arahku. aku menelan ludah, aku sedikit menundukkan kepala membarikan salam pada Kak Khanza yang sudah berdiri di sebelah Leon dengan senyum sempurnanya.

Kalau Kak Khanza masih menyimpan perasaan pada Kak Bintang, seharusnya saat ini dia bisa saja bersikap tidak baik padaku. Beberapa kali bola matanya yang indah menangkap kebersamaanku dengan Kak Bintang. Di luar dugaanku dia masih bisa bersikap  sebegitu manis padaku. tiba-tiba kemungkinan yang tidak menyenangkan muncul dalam benakku. jangan-jangan benar dia dan Leon memiliki hubungan khusus.

"Kamu ngapain masih disini?"

"Aku ketinggalan bus!" terangku lemah. Ekor matakku masih terus memerhatikan Tubuh Kak Khanza. seharusnya Leon merasa iba dengan kondisiku yang seperti ini. Tapi seperti biasa Leon selalu menyambutku dengan nada suara tinggi.

"Kamu ketinggalan bus?atau nungguin aku?"

"Aku bilang,aku ketinggalan bus!"

"Karena nungguin aku?"

"Kamu jangan ke pd an aku memang tertinggal bus, lagi pula aku gatau kalau kalian berdua masih ada di sekolah"

Leon diam. Aku berbohong pada Leon. Ka Khanza memandang aku dan Leon bergantian. Dia kemudian tertawa geli melihat kekalahan Leon.

"Kalau kamu mau, kamu bisa ikut pulang bareng kita," Tukas Ka Kahanza mencairkan suasana tegang antara aku dan Leon. "Supirku sudah menunggu di parkiran. kalian bisa pulang bareng aku," Tambahnya sembari menunggu respon darikku.

Rupanya ini alasan kenapa Leon tidak naik bus sekolah tadi pagi. Dia ternyata ikut menaiki mobil Ka Khanza. Dan sekarangpun mereka akan pulang bersama.

"Aku minta maaf, sepertinya rencana kita hari ini di pending dulu. Aku sama Maurin bisa pulang naik angkot. jadi Maaf kalo sudah merepotkan," Leon berkata pelan sangat jauh beda dengan gaya bicaranya kepadaku.

"Oke, ga papa nanti kabarin aja, ya! kalau begitu, aku pulang duluan." tanpa banyak basa-basi Kak Khanza mengiyakan permintaan Leon. Sebelum benar-benar meninggalkan kami, dia kembali berbalik badan. "See you Leon"

"iya" see u too"

  Aku masih belum mengalihkan pandangan dari tubuh Kak Khanza yang berjalan menjauhi kami. Rambut lurus pirangnya bahkan masih terlihat begitu indah setelah seharian berada di sekolah. pasti dia tidak setengah-setengah melakukan perawatan. Pandanganku pada Kak Khanza tiba-tiba terhalang oleh tubuh tegap Di depanku. Leon berdiri dengan ekspresi wajah kesalnya.

"udah puas liatinnya?"

Aku mengerahkan tenaga untuk menggeser tubuhnya. jari telunjukku mengarah pada Kak Khanza.

"Kamu ada hubungan apa sama dia?"

Leon tersenyum miring. kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana seragamnya. "Sudah kuduga.Memangnya kenapa kalau aku dekat dengan dia? kenapa kamu sampe repot-repot nunggu aku di sini?" suaranya Leon sedikit keras dan terkesan tinggi. Aku sempat diam sekejap mengerjapkan mata beberapa kali. ada apa dengan Leon kenapa jadi emosi seperti ini toh aku kan nanya dengan baik-biak.

"Dia kan kakak kelas."

"Trus kenapa?"

"kamu ga takut kalau dianggap berondongnya dia?"

Leon menggeleng santai. "Memangnya ada aturannya kalo Adek kelas gak boleh punya hubungan dengan Kakak kelas?"

"jadi kamu beneran punya hubungan khusus sama dia?"

"kalau iya, kenapa? ada yang merasa keberatan?"

"Jelas ada!" Leon membenarkan posisinya kedua tangannya terlepas dari saku celananya. dan berganti menjadi bersedekap dada. "Vela" lanjutku.

Leon menghela napas panjang. "Aku kan udah pernah bilang ke kamu.jangan buat dia berharap lebih lagi dari aku."

"Gak segampang itu. Dia itu serius suka sama kamu."

Leon seperti enggan mendengarnya."Aku ada banyak tugas sekolah. Semakin cepat sampai di rumah, semakin lebih bagus juga."

"Sebenarnya kamu lagi ada tugas apa sih? Susah banget dihubunginnya." Aku berusaha menyusul langkah panjang Leon. Pandangannya masih lurus ke depan. lebih banyak diam seperti ini, kecil harapan aku untuk dia memberikan penjelasan untuk semua yang sudah terjadi.

"Bukannya kamu yang lebih sibuk sama Bintang sampe-sampe kamu batalin latihan malam minggu kemarin."

"Soal itu.... "

"Aku gak mau dengar apa-apa,"

"Kalau gitu, kasih tau aku. Sebenarnya kamu ada apa sama Ka Khanza!"

"Aku akan jelasin semua ke kamu. Nanti."

Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk bisa mendapatkan penjelasan langsung dari Leon. tidak adil rasanya jika menunggu lebih lama lagi. "Kapan? Kamu juga masih punya hutang ke aku. kamu belum cerita soal cewek yang kamu lagi suka, atau jangan-jangan cewek yang kamu suka itu....Kak Khanza?"

"Aku juga pasti bakal cerita ke kamu Tapi Nanti, kalau waktunya sudah tepat."

"Apa bedanya sekarang sama nanti?"

Leon balik menatapku tajam. Dia terganggu dengan pertanyaanku yang bertubi-tubi. Aku sebenarnya tidak ingin menganggu ketenangannya. Tapi, kalau tidak di desak aku tidak tahu sampai kapan rasa penasaranku hilang.

"Kamu bebaskan ngatur-ngatur jadwal. kapan kamu mau ngomong, pergi sama Bintang. Trus, aku gak boleh ngatur-ngatur jadwalku sendiri?" Ada rasa takut yang menyelinap dalam hatiku. Aku tidak bisa melihat Leon marah seperti ini "Ini masalah kesiapan hati. jadi tolong kamu mengerti." Imbuh Leon.



Duh makin gaje aja ya ini part btw mohon maaf kalo ceritanya kurang menarik so aku buat juga sekedar penghilang bosan. emang gampang apa bikin cerita susah Ya Allah harus butuh kesiapan fisik, ketenangan hati dan pikiran huhu. so buat kalian terimakasih yang sudah membaca dan memvote cerita abal-balku ini. Jadi kalo menurut kalian asik mangga lanjut baca kalo tidak yupss sono pergi jauh-jauh.... aku gak maksa juga.hehhe canda baby... ya kalo kalian suka dengan cerita ku aku ikut senang juga hehe.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang