Pandangan matanya mengarah padaku. Seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Tapi, aneh! Aku sedikit dibuat salah tingkah dengan perlakuannya tersebut.
"Nanti, kamu pasti tau! Udah mau magrib, sekarang kamu pulang aja."
"Tapi..."
"Udah magrib, Rin! Aku besok harus berangkat pagi-pagi. Jangan debat dulu, ya!" Pinta leon lembut. Aku baru sadar ternyata aku sebegitu lama di rumah leon. Waktu sore sudah tergantikan petang. Huh... aku mendengus atas perlakuan leon padaku. Kalau memang leon belum siap. Aku tidak boleh memaksa, aku harus mengerti mungkin ini juga bukan waktunya yang tepat. Aku tidak ingin membuat leon badmood sekarang ini. Besok kan dia harus berangkat pagi sekali aku tidak ingin kalau dia memikirkan soal pertanyaan ku mengenai cewek yang di sukai leon.
Aku akan jauh lebih menyesal jika aku terus kekeuh memaksa leon untuk segera memberi tahunya. Aku tidak ingin sampai bertengkar dengan dia.Aku akhirnya mengangguk lemah. Jujur jauh dari hatiku yang paling dalam. Ada sedikit rasa kecewa karena tak ada hasil yang aku dapat dari leon.
"Kamu, baik-baik ya di sana!" Pesanku sembari beranjak hendak meninggalkannya. Leon mengangguk dan tersenyum kecil. "Sebenernya aku ngerasa keberatan atas kepergian kamu." Leon ikut berdiri dan berkata.
"Kenapa?"
Raut wajahku nampak lesu. Tapi aku harus bisa mengikhlaskan leon untuk pergi. Leon pergi bukan untuk bermain main atau sekedar jalan jalan. Aku harus tetap mendukungnya.
"Nanti aku kesepian". Leon nampak menaikan alisnya. Mimik mukanya tiba tiba sendu. Ia maju satu langkah mendekat jarak denganku.
"Kamu gak kesepian, Rin! Kan ada kak yoga". Aku menggeleng lemah. Membuat leon semakin bingung.
"Ada ataupun gada nya kak yoga, aku tetep ngerasa kesepian. Leon, Kak yoga kan sibuk terus dia jarang di rumah".
Tangan leon menyentuh kedua pundaku. Dia seperti memberi penenangan dan kekuatan untukku. Aku menatap mata leon. Kami berdua bertatap muka.
"Rin, kamu gak usah ngerasa kesepian meskipun aku gada disini. Kamu kan masih punya dua dayang kamu yang bisa selalu ada buat kamu dan nemenin kamu kapanpun". Aku menurunkan tangan leon dari atas pundakku. Lalu berbalik badan membelakanginya. Leon tidak tahu meskipun vela dan anggita teman dekatku, tapi mereka juga punya kesibukan sendiri, mereka punya keluarga jadi gabisa always sama aku terus.
"Vela sama Anggita itu punya keluarga, punya kesibukan masing masing juga. Jadi gabisa setiap saat sama aku terus." Aku kembali membalikan badan menatap leon, kedua telapak tanganku aku lipat di atas perut. Leon masih menatapku. Dia sedikit rasa kasihan padaku, aku bisa melihat dari raut mukanya. "Aku gamau juga ngerepotin mereka, udah terlalu banyak aku bikin mereka repot".
Kini leon yang berjalan maju dari aku gantian dia yang membelakangiku.
"Jadi kamu tetep ngerasa kesepian". Leon berbalik badan kembali menatapku jauh lebih intens. "Meskipun ada kak yoga, Anggita dan juga vela." Aku spontan mengangguk."kalo Bintang yang nemenin, kamu kesepian. Gak?" Aku terdiam, dengan pertanyaan leon berikutnya entah kenapa leon bertanya seperti itu. Diamnya aku mampu membuat leon berpikir yang tidak tidak. Kenapa aku jadi kaya orang bodoh seperti ini apa susahnya jawab tidak. Rasanya tenggorokan ku seperti yang sakit, lidah ku kelu. Mulutku keras untuk aku gerakan. Aku yang hanya diam begini dan leon yang menatapku mematikan seperti itu. Dia menggeleng kecil sambil tersenyum singkat. Entah aku tidak mengerti dengan arti senyumannya itu.
"Euh,, Leon! Aku udah lupa sama dia jadi please! Kamu jangan sebut nama dia di hadapan muka aku". Kataku sedikit lemah. Entah kenapa mendengar leon menyebut nama itu. Pikiranku kembali pada pesta ulang tahun sekolah minggu lalu. Luka hatiku yang sedikit sudah mulai kering tiba tiba kembali basah. Hanya karena nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceAku ingin membuat sesuatu hal yang indah untukmu. menyenandungkan ungkapan hati yang semakin lama tidak mampu ku tahan lagi, Tentang rasa untukmu, Tentang mimpi mimpi indah dimana kau hadir di dalam hidupku. Tentang setiap pedih dalam penantian yang...