True Love(2)

62 15 0
                                    

Begini rasanya menjadi seorang siswa baru. setelah di nyatakan lulus dari MPLS atau lebih di kenalnya Masa pengenalan lingkungan sekolah bagi para siswa. aku akhirnya bisa menggunakan fasilitas yang di sediakan di sekolah ini. tidak banyak penumpang bus yang aku tahu. hanya Leon lah teman sekaligus sahabat yang pertama kali ku dapat di sekolah ini.

"kamu gamau duduk di belakang aja? Lebih rame," Leon menawariku duduk di bangku belakang. Leon mengangkat tangan kanan nya menyapa beberapa rekannya yang telah terlebih dahulu duduk tenang di pojokan sana. Aku tidak heran dengan leon yang tiba tiba lebih cepat akrab dan berbaur dengan siswa siswa lainnya bahkan saat ini leon sudah mendapatkan kawan baru. belum lagi leon seorang tipikal laki laki yang gampang dengan mudah berbaur cepat dengan yang lainnya. memang aku akui leon bisa di bilang manusia yang memiliki jiwa keberanian saat menyapa atau berkenalan lebih dulu dengan irang lain ya terbilang SKSD. namun sikapnya diterima dan di respon dengan baik oleh mereka.bahkan hingga kaka kelas pun mengenalinya.

Aku hanya menggeleng, menolak tawaran leon meskipun aku ingin berbaur bersama mereka dan mencari teman baru, aku paling tidak nyaman duduk di belakang.

"aku disini aja deh!" ucapku

"Oke, nanti juga pasti kursinya penuh. Aku tinggal, ya!"

Aku hanya bisa mengangguk pasrah saat Leon beranjak dengan tas punggung merah nya.

Bus terus melaju. Entah siapa lagi yang akan di jemput, Aku penasaran. Sekaligus antusias melihat wajah wajah baru yang akan menjadi teman satu bus ku. Satu per satu bangku kosong mulai terisi. suasana di dalam bus bertambah ramai. Tapi,semakin lama, aku merasa ada yang aneh. kenapa tidak ada satu orang pun yang mau duduk di sebelah ku?

Dari kaca depan aku bisa melihat bahwa hampir semua bangku terisi penuh. Sementara Aku, sepertinya akan tetap duduk seorang diri. kebanyakan dari mereka sudah terlihat begitu akrab. mengasikan sekali rasanya bisa berbagi dan bertukar cerita seperti mereka.

Tapi, sejujurnya mendengar orang orang di sekelilingku menceritakan banyak hal, aku jadi teringat pada teman teman Semasa SMP ku. kalau mereka bersama ku sekarang pasti akan jauh lebih menyenangkan. mereka selalu bisa mengubah dan menenangkan suasana hatiku. sayangnya, hanya aku dan Leon saja siswa SMP yang terdampar di sekolah ini.

Bus berhenti di depan kompleks ruko bertingkat tiga. Yang sebelah kiri merupakan toko buku atau novel. Aku bisa mengetahuinya dari nama yang tertampang di sana. Sejenak aku berhasil mengalihkan pandanganku. Aku mendongakkan kepala, Melihat orang seperti apa selanjutnya yang akan naik. karena kemungkinan besar orang itu akan duduk di sebelah ku mengingat tidak ada bangku lain lagi yang kosong selain di sebelah kiri ku. Mungkin akan menyenangkan jika aku bisa akrab dengan anak pemilik toko buku itu. Aku tidak usah repot repot jika ingin membeli sebuah novel. hehe tinggal hubungi saja dia dan akan dengan mudah lagi aku bisa menanyakan atau mencari cari novel yang bagus. tapi setelah hampir lima menit menunggu. tidak ada tanda tanda kedatangan orang itu.

"Gak sekolah mungkin,pak!". Suara kak Mega, koordinator dari bus yang sedari tadi setia mendampingi pak wiliam itu memupuskan harapanku sekarang ini.

Aku mengeluh, menempelkan pipiku pada kaca bus. benar benar tidak ada satu orang pun yang bisa ku ajak mengobrol saat ini. Aku mengedarkan pandangan mataku pada Leon yang duduk di bangku kedua barisan kiri. Perlahan bus kembali bergerak. Aku mencoba menikmati perjalanan yang terkesan sedikit membosankan ini.

"pak, wiliam stop!!!" Teriak ka Mega berhasil membuat pak wiliam menginjak rem. Aku yang sejak tadi tidak pokus, Alhasil badanku terpental. Dan aku harus merelakan keningku membentur sandaran bangku di depanku.

Spontan aku menggosok-gosok keningku yang sedikit nyeri akibat terbentur. tiba-tiba Aku merasa badanku kembali memantul karena seseorang telah menjatuhkan tubuhnya di sebelah ku.

"Sorry!" ucap lelaki tersebut.

Sedetik, lelaki itu mengukir kedua ujung bibirnya. sebuah senyuman pertama yang begitu indah dari si pemilik sebuah lesung yang terdapat di sebelah pipi kirinya. Aku refleks menarik tangan dari keningku. Memalukan rasanya kalau dia sampai melihat insiden yang baru saja menimpa ku.

Lelaki itu mendongakkan kepala, Dan melambaikan tangannya ke arah ka mega. sepertinya, dia telah mengenali ka mega cukup lama terihat dari cara dia menyapa dan tersenyum ke arahnya. selanjutnya lelaki itu duduk di bangku kosong sebelahku dengan cepat tangan kirinya merogoh kedalam tas hitamnya dan mengeluarkan sebuah buku, lalu buku itu ia kipaskan ke arah tubuhnya.

kadang AC bus ini gak bisa di ajak kompromi. Apalagi kalau situasinya seperti ini, lelaki itu kembali memalingkan wajahnya ke arahku. Entah mengapa jantungku rasanya berdegup sangat cepat. aku sejenak dibuat terpesona oleh tingkahnya. ya ampun kenapa mendadak aku nerveus begini?

Aku yang semulanya hanya duduk sendiri, kini telah di temani oleh sosok malaikat tampan. bisa ku tebak lelaki yang duduk bersanding di sebelah kiriku adalah seorang kaka kelas. ia memiliki kulit yang bersih. hidung yang mancung dengan bagian rambut pendeknya dibuat sedikit naik hingga menyerupai jambul. Dan dia rupanya telah menyelamatkan ku dari rasa bosan berkepanjangan di hari pertamaku naik bus sekolah ini.

"kamu siswa kelas satu baru, ya?"

"Eh,iya," kukirik sekilas wajah lelaki itu,"iya...kak!"

Dia mengangguk pelan, kemudian menunduk, memerhatikan name tag yang tertera di sebelah kanan baju ku. matanya sedikit menyipit menyelidiki rangkaian huruf yang tertulis pada bajuku. " Maurin Adya Putri. jadi panggilannya siapa? Maurin, Adya atau Putri?"

"Hah?"

Aku sedikit dibuat gugup dan gelagapan karena tidak menyangka lelaki itu akan berinisiatif membaca namaku bahkan menekan pengejaan di setiap akhir katanya.

"Oh, Jadi nama panggilnnya Hah?"

Ya ampun, kenapa jadi kata itu yang keluar dari mulutku. Aku jadi semakin sedikit salah tingkah. aku tidak bisa membayangkan bagaimana kaka Tampan di hadapanku ini akan menyapaku nanti.

"Eh, bukan gitu ko kak, panggil aja Maurin!" Aku berusaha mencairkan suasana yang agak sedikit mencanggungkan. dia hanya mengangguk paham.

"kakak.... Bintang Wahyu Wibowo Putro?"

Dia segera menutupi nama pada bajunya, mungkin dia merasa tidak nyaman kalo aku mengucapkan nama lengkapnya dengan lantang begitu saja.

"panggil aja Kak Bintang!" sahutnya.

Aku hanya memanggut- manggut sambil tersenyum ke arah Kak Bintang.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang