tidak ada satu notifipikasi pesan Leon pun yang masuk dari hp ku. tidak biasanya leon seperti ini,padahal aku ingin segera bisa bertemu dengannya. Kak Yoga tidak ada. Aku bisa merasa bosan kalau terus menerus diam seperti ini. Baru tiga hari tidak bertemu dengannya aku merasa melewatkan banyak hal dengan leon. Aku juga sudah tidak sabar menunggu kepulangan leon dan ingin menagih janjinya waktu di telpon untuk mengajarkanku memainkan lagu.
Sepertinya harus aku saja yang mengunjungi leon di rumahnya. Siapa tahu Leon sudah datang dan berada di rumah, mungkin dia kelelahan karena berpergian jauh. jadi bisa saja itu alasan leon tidak sempat membalas pesanku. Aku memutuskan untuk pergi kerumah Leon, Aku melompat dari tempat tidur. memerhatikan bayanganku sebentar di cermin. Tanganku dengan cepat merapihkan sebentar rambutkku, Soal pakaian aku tidak perlu menggantinya lagi pula hanya kerumah leon saja dan rumahnya juga tak jauh dari rumahku.
Aku hanya perlu waktu lima detik untuk melangkah tiba di rumah leon. Dan aku sepertinya tengah beruntung, karena mendapati leon tengah duduk di teras rumah dengan gitar kesayangannya.
"Leon!" Panggilku sebelum akhirnya melangkah masuk ke pekarangan rumah. "Aku kangen!"Leon mengangkat wajah, menghentikan aktivitas jarinya pada senar gitar. Ekspresi wajahnya datar. Meskipun tidak suka disambut seperti itu, aku mencoba untuk mengerti. Mungkin leon sedikit cape setelah tiga hari perjalanan di kota orang.
"Rin, Aku gak ada bawa oleh-oleh," sahutnya sinis. Leon kembali menyentuh sinar gitarnya, hingga menciptakan melodi yang belum pernah kudengar sebelumnya.
"Santai dong, Aku gak lagi cari oleh-oleh. Aku kesini cari kamu!" Aku coba mengintip ke dalam rumah. mencari tahu siapa yang ada di dalam sana, Sepi. Bahkan tidak ada siapapun selain aku dan leon. tidak biasanya tante Lilis tidak ada di rumah biasanya kalau aku kesini selalu terdengar suara televisi dari ruang tengah.
"Pada kemana?
"keluar." Aku mengangguk.
"kamu kenapa gak bales pesan aku?"
"Aku belum lihat HP!"
kuperhatikan rambut Leon yang masih basah, Dia pasti baru selesai mandi. Baik, alasannya tidak membalas pesanku bisa sedikit ku terima. Nampaknya dia memang belum Melihat HP. aku mengangguk kecil beberapa kali, Tanganku terarah menyentuh badan gitar. kutepuk pelan hingga menimbulkan bunyi kecil. Leon tahu apa sebenarnya maksudku. Leon melepaskan kedua tangannya. membiarkanku mengambil alih alat musik tersebut.
"Aku udah lama gak latian main gitar," jelasku antusias. Leon meyelonjorkan kaki, kedua tangannya lurus ke belakang. menopang tubuhnya. "Gimana acara kemarin? Seru?"
"Biasa aja," Sahutnya sambil tetap memandang lurus ke depan. ia melipat kedua tangannnya di depan.
"Tapi, buat aku itu luar biasa. Kamu bisa bawa nama baik sekolah, itukan hebat," Ungkapku jujur, Aku sendiri merasa begitu bangga karena memiliki sahabat seperti Leon. Setidaknya dia memotivasiku untuk lebih baik lagi. Meskipun aku tidak bisa seperti leon membawa dan mengharumkan nama baik sekolah. Aku harus bisa menjaga nama baikku dan keluargaku.
Leon hanya tersenyum kecil. "Kamu kesini cari aku? Ada apa?"
"Aku mau-
"Mau ngelanjutin omongan yang kemarin, Soal lagu buat bintang itu?"
Tepat sekali dugaan Leon. Kak Bintang memang salah satu alasan aku datang kesini. Aku tidak perlu berbasa-basi dan membuang lebih banyak waktu lagi. Sepertinya leon sudah paham arah tujuanku.
"Kayanya cuma itu yang bisa aku lakuin buat ngungkapin perasaan aku ke Kak Bintang. Kamu tau kan,aku kesulitan buat ngomong suka ke orang."
Beberapa saat Leon hanya diam. dia menolehku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku mengedipkan kedua mata berkali-kali, tidak mengerti dengan sikap Leon akhir-akhir ini. Soal bahas Kak Bintang pasti dirinya selalu bungkam begini. kalau memang ingin marah pasti dia akan membulatkan bola matanya memelototiku seperti aku berbuat tindakan salah. tapi ini, terasa begitu teduh. tenang, Diam. Aku berhasil dibuat salah tingkah oleh sikapnya.
"kenapa?"
Leon menghembuskan napas keras. kupikir pasti dia bosan dengan sikapu yang seperti ini. Aku terlalu mendesaknya. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak memiliki cara lain. jalan satu-satunya untuk mengungkapkan perasaanku hanya dengan sebuah lagu.
"Leon, Kamu sakit? Kecapean?"
Leon masih belum menjawab. Dia menekuk kembali kakinya, lalu merebut gitar yang sempat ada di dalam pelukanku. "Kamu bener. Memang susah ngungkapin perasaan langsung ke orang yang kita sayang,"
Leon kemudian memainkan beberapa kunci. menciptakan sebua nada yang terdengar begitu indah. Aku diam beberapa saat, kurasa ada yang aneh Dari diri Leon malam ini. Aku perlu mencerna beberapa kali omongan yang keluar dari mulut leon barusan.
"Aku sengaja cariin kunci dasar biar kamu gampang maeninnya," katanya tiba-tiba. "Semoga pas ulang tahun sekolah kamu bisa maeninnya." Aku mengangguk senang dan langsung berhambur memeluk tubuhnya. leon tampak ragu membalas pelukan maurin. dia tersenyum dibalik punggung maurin. "Apapun bakal aku lakuin buat kamu rin. jujur aku sakit denger kamu suka sama bintang, tapi bagaimna lagi. kebahagian kamu lebih penting dari segalanya." Guhaman Leon dibalik punggung maurin.
"Makasih leon! makasih kamu memang sahabat terbaik Aku."ucapku senang setelah melepas pelukan dari leon.
Leon tersenyum kecil lalu tangan kanannya terulur mengacak rambutku pelan. "Sama-sama Rin! apasih yang nggak buat sahabat cantikku ini."
****
Leon sepertinya tahu bahwa bangku di sebelahku akan di tempati oleh Kak Bintang. Dia langsung saja berjalan menuju bangku belakang. Aku meletakkan tas punggungku di tempat biasa, kemudian menghampiri Leon. Mumpung di bus hanya ada kami berdua, jadi aku ingin mengatakan satu hal pada Leon. Sepulang latihan dirumahnya kemarin, ada banyak hal yang kupikirkan.
"Leon jariku...." Aku mengulurkan tangan kiriku pada Leon. jariku, kepalan kulit di bagian ujungnya mengeras karena begitu bersemangat mempelajari lagu yang dibuatkan Leon. Aku masih perlu banyak latihan lagi agar bisa menguasai lagu yang Leon buat.
"Makanya sering latihan," Kata Leon singkat.
"Don't worry! Mulai sekarang aku pasti bakalan terus latihan." Aku beralih menuju bangku di depan Leon. Tanganku ku lipat tepat di atas sandaran kursi. Aku terpaksa harus menaikkan kaki agar dapat menghadap ke belakang. membuatku bisa leluasa melihat Leon. Dia masih memalingkan wajah mengarahkan pandangannya keluar.
"Bisa minta tolong Pak Wiliam buat ganti playlist-nya?" Kataku setengah berbisik. Kalaupun jarak kami sekarang dengan pak wiliam jauh,aku tetap harus berhati-hati. jika sampai beliau mendengar,bisa-bisa aku diturunkan di tengah jalan. sudah satu tahun lebih suara Ebiet selalu mengiringi perjalanan kami.
"Kamu sebenarnya mau ngomong apa lagi?" Leon menggeser tubuhnya. ia menyenderkan kepalanya pada kaca bus. Aku hanya bisa menelan ludah ketika dengan mudah Leon bisa membaca apa yang ku pikirkan. Sejak tadi aku hanya memang sekedar basa-basi. Leon sejenak menolehku. sudah tertangkap basah.
"Kamu mau ngomong sekarang, atau tunggu sampai bus penuh?"
"Vela... dia itu baik lo." Meski rasanya tidak mudah aku memberanikan diri untuk mengangkat wajah. Aku siap kalau Leon akhirnya akan meluapkan kekesalanannya karena aku sudah mengusik ketenangannya sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceAku ingin membuat sesuatu hal yang indah untukmu. menyenandungkan ungkapan hati yang semakin lama tidak mampu ku tahan lagi, Tentang rasa untukmu, Tentang mimpi mimpi indah dimana kau hadir di dalam hidupku. Tentang setiap pedih dalam penantian yang...