Leon melangkah enggan menuju ke arahku. Aku berhasil mengganggunya dengan datang ke kelasnya tanpa di undang. Gara gara harus berangkat terlalu pagi, aku lupa membawa sendok untuk makan siang. di wajibkan untuk setiap siswa membawa sendoknya masing masing. sekolah hanya menyediakan piring mangkuk dan gelas. jadi tidak heran jika benda itu bisa di temukan di setiap tas para siswa. Dan hari ini aku sampai lupa membawanya, sebenarnya tidak mengapa jika ada siswa yang lupa membawa sendok tenang saja siswa itu akan tetap bisa ikut makan siang. hanya saja resikonya satu ya makan pakai tangan. Tapi aku ada beruntung juga mempunyai sahabat seperti Leon dia selalu siap bersiaga membawa sendok dua seperti berjaga dan mengetahui bahwa aku tidak membawanya hari ini dan sekarang ini dia meminjamkan nya untuk ku.
"kamu kira aku tukang sendok?" kata Leon yang sedikit kesal atas ungkapan ku barusan mengenai benda itu yang tidak ku bawa.
Aku melipatkan kedua tangan di depan dada. "sorry kan kamu tau sendiri kalau tadi pagi aku buru buru. lagian kamu juga selalu bawa sendok lebih ke sekolah. jadi apa salahnya kalau aku meminjamnya satu!"
Leon sepertinya masih kesal. dia memukulkan ujung sendok ke keningku.
Aku mengerucutkan bibir. Serangan dari Leon tadi memang tidak terlalu keras. tapi tetap saja itu sedikit membuatku mengelus ngeluskan kening.
"Aku berhasil masuk jurusan IPA setidaknya aku berhasil membuktikan kalau aku gk bodoh-bodoh amat. dan aku bisa masuk jurusan ini karena IQ ku tidak terlalu buruk.
"Jadi menurut kamu, siswa jurusan lain bodoh?" Tukas leon. dia sedikit kesal menanggapi komentarku. padahal aku tidak bermaksud seperti itu.
"Eh, Bukan gitu. Maksudku."
"Kalau bukan begitu, terus gimana? Tanya leon sinis. Aku menepuk kepala, bingung bagaimana harus menjelaskannya. Aku tidak sama sekali bermaksud untuk merendahkan ataupun membanding bandingkan leon. itu terlalu berlebihan.
"itu kan tergantung keinginan mu. kalau kamu lebih minat dan suka jurusan Bahasa, sedangkan aku lebih suka IPA" Terangku. Saat itu, tiba saja ekor mataku berhasil menangkap sosok Zara yang sedang menatap tajam ke arahku dan leon.
Cewek super jutek itu bernama Zara Mahetta adalah teman sekelas Leon. sekaligus salah satu penganggum berat sahabatku. Secara fisik sebenarnya dia cantik, bibir mungil yang kemerahan alami meskipun tanpa polesan lipstik sedikitpun. bulu mata lentik serta kedua bola mata yang bulat itu berhasil membuat para siswa tidak pernah bosan memandangnya.
"Kayanya si Zara gak suka tuh aku ada di sini," kataku pelan.
Leon Tidak menggubris ucapan sahabatnya. Meskipun Zara adalah salah satu dari jejeran The most wanted girls, di sekolah ini. tapi Leon tidak terpengaruh sedikitpun. Leon paling tidak suka kalau mendadak aku membahas tentang Zara. leon kemudian berjalan mendahuluiku menuju ke ruang makan yang berada di aula lantai dua.
"Leon, Tungguin kan gak asik jalan sendirian!" Teriak ku.
Beruntung Leon masih mau sedikit perduli. ia menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan ke arahku. Dia tidak berucap sepatah kata pun tapi aku paham bahwa dia memintaku bergerak cepat.
"Dayang- dayang kamu ke mana?" Tanya Leon tiba tiba.
"Siapa? Vela sama Anggita?" Leon mengangkat alisnya. " Mereka itu teman baikku, bukan dayang-dayangku Leon".
"Ya, Apapun itulah terserah kamu!" ucap leon dengan kembali melanjutkan langkahnya.
"Mereka lagi nyari tempat strategis di ruang makan!" kataku lagi yang sembari mensejejerkan langkahku dengan leon.
"Strategis apa? Kalian mau ngapain?"
Aku tersenyum kecil begitu pertanyaan tersebut keluar dari mulut leon. Dalam otakku bayang- bayang kak bintang yang tidak lagi duduk berhadapan dengan kak Khanza di ruangan makan tergambar semakin jelas di benakku.

KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceAku ingin membuat sesuatu hal yang indah untukmu. menyenandungkan ungkapan hati yang semakin lama tidak mampu ku tahan lagi, Tentang rasa untukmu, Tentang mimpi mimpi indah dimana kau hadir di dalam hidupku. Tentang setiap pedih dalam penantian yang...