True Love (27)

23 3 2
                                    

Aku akhirnya memilih menghampiri leon yang masih berdiri di depan dengan kedua koper di sampingnya. Leon masih tidak menyadari aku yangg sudah ada di sampingnya pandangannya masih sibuk dengan ponsel yang ia pegang. Entah apa yang ia lakukan, sepertiya leon sedang gelisah, karena aku lihat dari raut wajahnya nampak seperti resah dan sudah beberapa kali ia seperti sedang menghubungi seseorang.

"Leon." Panggil aku. Leon hanya menolehku sekilas saja. Dan kembali pokus pada ponselnya. Aku kesal merasa di cuekin oleh leon. "Leon". aku panggil lagi leon. Masih tetap tidak ada respon dia justru semakin resah dan berjalan bulak balik dengan masih menempelkan hp ke telinganya guna bisa menghubungi seseorang.

"Leon". Teriaku.

"Berisik maurin." Aku tersentak. Leon dengan cepat menyahutiku tapi dengan suara yang membentak. "Kamu dari tadi gabisa diem, aku lagi pusing karena orang yang mau jemput aku gabisa aku hubungi. Dan kamu malah semakin membuat aku pusing." Ada jedaan dari ucapan leon. Aku masih bungkam sambil terus melongo ke arah leon. "Kalo emang kedatangan kamu kesini cuma buat aku ribet, udah mending kamu gausah kesini sama sekali."

Degh.....- Aku tidak salah denger leon berkata seperti itu padaku. Aku semakin terdiam, air mataku jatuh secara pelan pelan. Di hadapan leon aku menangis. Menangis karena bentakan dan perkataan leon yang begitu menyakitkan. Leon yang tersadar aku hanya diam dan tiba tiba melihat aku menangis, dia langsung kaget.

"Rin, aku gak maksud buat bik"

"Maaf." Aku memotong ucapan leon. "Kalo emang kedatangan aku kesini cuma bikin kamu pusing dan ribet."

Air mataku sudah berjatuhan lebih banyak dari tadi, deraian air mata ku tak henti henti turun. Leon menggeleng sambil sesekali ingin menghapus air mata di wajahku. Tanganku langsung secara kasar menepisnya.

"Aku cuma mau bilang selamat tinggal dan kamu hati-hati di sana, jangan lupa jaga kesehatannya." Aku menghentikan bicaraku, sambil sesekali menghela nafas kecil. "Maaf kalo selama ini aku banyak ngerepotin kamu, maaf kalo kehadiranku disini buat kamu gak nyaman dan justru malah bikin kamu gak mood." Aku menyeka air mataku lalu tersenyum tipis ke leon. Dan disitu aku memilih pergi dari rumah leon.

Leon mencengkal kuat lenganku membuat aku yang baru melangkah ingin pergi dari tempat itu. Terpaksa berhenti, aku masih berdiam tidak berani membalikan badan atau sekedar menatap wajah leon. Tanganku masih leon pegang. Ia genggam dengan lembut dan erat
aku bisa merasakan leon yang mengusap punggung tangan kiriku.

"Jangan pergi, Rin! Aku mohon kamu tetap disini sampai mobil yang jemput aku datang." Aku tetap diam tak bergeming.

"Ini terakhir kali kita ketemu, aku gatau lagi mungkin selama tiga bulan kepergianku kamu bakal tetap jadi maurin yang aku kenal atau engga." Leon terisak pilu. Aku bisa mendengar suara leon dan tangisan leon. Ini pertama kalinya aku dengar leon menangis. "Aku takut, aku takut Rin kalo selama aku pergi. Ada orang yang bisa buat kamu tersenyum, buat kamu nyaman. Dan orang itu bener bener bisa gantiin posisi aku di hidup kamu. Yang lebih aku takuti lagi saat waktu tiga bulan itu udah selesai dan aku kembali lagi kesini. Aku takut kalo kamu berubah karena ada orang baru yang bener bener selama kepergian aku dia mampu mengisi kekosongan hati kamu."

Aku terdiam, setiap kalimat yang leon lontarkan sebenarnya mampu membuat hatiku teriris. Ingin aku berkata cukup berhenti leon aku tidak mau kamu sedih. Tapi, leon berhak mengutarakan semua unek unek yang ada di dalam isi hatinya.

Aku tetap pada posisi ku berdiri membelakangi leon. Tanpa enggan untuk membalikan badan. Kali ini genggaman tangan leon mengendor dari tanganku. Ia melonggarkannya dan tanganku terlepas darinya.

"Rin, liat aku". Leon tibatiba berada di hadapanku. Kedua tangannya memegang bahuku. Aku menunduk tidak mau menatap wajahnya. Leon perlahan memegang daguku mengangkatnya agar aku ataupun dia bisa saling bertatap. Susah payah dan kuat kuat aku mengangkat kepalaku dan memperlihatkan wajahku pada leon. Tapi pandangan mataku mengarah ke tempat lain.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang