Jeon Jungkook telah menantikan hari Selasa minggu kelima ini terjadi sejak memasuki awal bulan. Meski sebenarnya ia tidak cukup percaya diri dalam menjalankan rencana konyolnya, Jungkook pada akhirnya mau tidak mau harus memantapkan hati hanya demi membuat seorang gadis yang selama ini ia jaga dengan sepenuh hati 'mendapatkan' tempatnya sebagai yang teristimewa tepat di hari ulang tahunnya yang ke-23.
Ia memutuskan untuk menekan bel hingga beberapa kali, kemudian berbalik untuk membelakangi pintu. Posisinya saat ini dapat membuat ia menyorot jelas ke arah rumahnya sendiri yang berseberangan dengan rumah si gadis. Setelah mendapati satu menitnya terbuang percuma dan hanya berdiri di sana seperti orang tolol, Jungkook pun memutuskan untuk kembali menekan bel rumah kemudian berbalik membelakangi pintu, mendengus lalu hendak berbalik menghadap pintu lagi namun berakhir membatalkan niat begitu rungu menangkap derit daun pintu yang ditarik ke dalam.
"Sia⸺pa?" sesaat suara manis di belakangnya terhenti sehingga Jungkook mengulum senyum sambil terus menunggingkan bokongnya, lalu tiba-tiba kedua tangan itu menampar keras tiap belah bokongnya sendiri dan segera berbalik cepat menghadap Shin Jihwan, gadis tetangga, sahabatnya sejak kecil.
"Pikaaakooo!" teriak Jungkook heboh sambil kedua tangannya terangkat tinggi di atas kepala dengan jari telunjuk dan tengah membentuk huruf V seolah-olah itu adalah sepasang telinga. Bibirnya mengerucut seperti ikan, namun gigi kelincinya masih dapat dilihat dengan baik. Jihwan tentu saja langsung terlonjak kaget dan nyaris mundur ke belakang saat mendapati sosok lelaki di hadapannya berubah menjadi sangat⸺horor.
"B-berengsek," cicit Jihwan sambil memegangi dada, merasa jantungnya berdebar cepat entah karena terkejut atau malah ketakutan. "Ma! Ada siluman Pikachu cabul di depan rumah kita! Astaga, warnanya kuning sekali dan sepertinya minta ditendang!" teriak Jihwan sambil memeluk kedua lengannya dan bergidik, kontan membuat Jungkook menyorot kecewa lalu lekas mengempaskan kedua tangannya di sisi tubuh.
"Sudah dikatai berengsek, dituding siluman Pikachu cabul pula. Aku melakukan ini demi Hwanie, tahu!"
"Tapi kau kelihatan jelek sekali. Kuning dan ih⸺dapat ide dari mana sih melakukan hal tolol seperti ini?"
Dalam sekejap sepasang alis Jungkook telah bertautan. "Aku repot-repot melakukan hal ini karena teringat, waktu kecil kau bilang suka sekali melihat Pikachu dan ingin bertemu suatu saat nanti." Jungkook menyemburkan napas malas. "Sia-sia saja usahaku."
"Oh, kid. Aku tidak bermaksud meremehkan usahamu. Tapi harusnya kau lihat situasi dulu. Aku 23 tahun, oke? Aku tidak lagi punya cita-cita untuk melihat Pikachu⸺" Jihwan mendadak mengulum bibir saat melihat sirat murung yang menghiasi wajah Jungkook. Lelaki itu bahkan tidak mau melihatnya. Sebetulnya, Jungkook hanya ingin Jihwan tersenyum hari ini. Karenanya ia mau melakukan hal-hal konyol tanpa mengingat reputasinya sebagai seorang CEO muda sekali pun. "Ya ampun, Koo. Maaf sudah membuatmu sedih. Aku tidak bermaksud begitu, lho. Kau tahu sendiri kan kata-kataku memang sepedas ini," kata gadis itu seraya menggigit bibir bawahnya karena merasa bersalah.
"Pikakoo sedih. Bakalan merajuk jika tidak dipeluk. Jadi mau peluk tidak nih?" tanya Jungkook sambil menatap Jihwan dalam-dalam lalu merentangkan kedua tangannya.
Pertanyaan itu belum juga mendapat jawaban selama beberapa detik. Yang Jungkook tahu, Jihwan malah mendengus sambil merotasikan bola matanya; terlihat jengkel dan mungkin ingin sekali mencekik lehernya. "Pika⸺koo, ya?"
"Iya, Pikakoo-nya Hwanie. Lebih gemas dari Pikachu."
"Norak sekali, Babe," lirih Jihwan setengah gemas namun pada akhirnya memeluk lelaki yang sering ia panggil 'babe' tersebut dengan cukup erat. Jungkook tersenyum sambil membalas pelukan.
"Happy birthday, Hwan. Terima kasih sudah hadir dalam hidupku," ujar Jungkook lembut lalu merasakan tangan Jihwan mengusap belakang kepalanya yang berbalut tudung kepala Pikachu.
Beberapa menit kemudian, Jungkook memutuskan untuk melepaskan dekapan mereka sembari mundur ke belakang sebanyak tiga langkah, membuat Jihwan merasa sedikit bingung begitu senyum manis Jungkook merekah beriring munculnya dua gigi kelinci dari balik bibir atasnya yang tipis.
Dalam sekian detik berikutnya, Jihwan tidak lagi merasa bahwa nyawanya masih utuh. Sebab telinganya berdengung tak biasa usai merasakan panas merambati pipi serta isi kepalanya.
"Hwanie! Pika-pika mau jadi pacarmu. Harus diterima, ya! Pikakoo tidak terima penolakan! Aku tidak bercanda, lho."
Jihwan langsung memeluk tiap belah pipinya sendiri lalu berbalik dan segera masuk ke dalam rumah. Menutup pintu cepat-cepat sebelum Jungkook berhasil menyusulnya.
"Hwanie?" panggil Jungkook bingung sambil mengetuk pintu beberapa kali, lalu berikutnya mendengar sederet kalimat yang cukup mengejutkan sampai-sampai membuatnya tak mampu berkutik lagi di atas pijakan.
"Maaf, aku tidak bisa, Jungkook."
"Kenapa?"
"Karena aku berpacaran dengan Kak Namjoon, sejak tadi malam." []
***
Ini nggak lebih dari 10 chapter sih kayaknya. Cuma mau nulis Sweet Jeon yang dulu tertunda :> siapa tau bisa langsung beres gitu wkwk. Semoga suka ya! Harus suka sih >< vibesnya bakal mirip Secret di side acc aku 😂👌🏻
Big Luv,
Kiki
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jeon
FanfictionKita bersahabat, sudah seperti saudara malahan, katanya demikian. Shin Jihwan selalu mengatakan hal itu pada Jeon Jungkook. Seolah-olah, ia sedang berusaha membangun tembok di antara mereka supaya suatu saat tidak saling menaruh rasa. Meski begitu...