17

4.6K 367 47
                                    

Sebuah ruangan serba putih berbau obat-obatan menjadi ciri khas tempat itu.

Tak lupa seorang pasien yang terbaring di ranjang pesakitan dengan alat medis yang menempel di tubuhnya.

Sepi,ruangan itu terlihat sunyi hanya suara monitor yang teratur mengisi kesunyian di ruangan itu.

Hingga jemari pasien yang tak sadarkan diri sejak sepuluh jam yang lalu kini mulai bergerak kecil disusul dengan kelopak matanya yang bergerak dan terbuka perlahan namun kembali menutupnya saat cahaya ruangan yang menyilaukan mata itu langsung menyambutnya.

Kembali pemuda itu mengerjap pelan untuk menormalkan penglihataannya dan dia pun menoleh ke arah kiri kanan kemudiam mendesah kecil.lagi lagi dia kembali keruangan itu.

Pemuda yang tak lain raka itu memejamkan matanya kembali seraya mengingat ingat kenapa dia bisa berada disini kembali dan netra itu langsung terbuka kasar saat teringat akan kejadian semalam  itu.nafas raka tiba tiba tercekak dengan keringat sebesar biji jagung meluncur dari kepalanya.

"Riki..."lirih raka kemudian dengan susah payah dia duduk di ranjang itu dan membuka masker oksigen yang sejak tadi menempel di mulut dan hidungnya,mencabut jarum infus yang melekat pada pungung tangan kanannya dengan kasar sehingga mengeluarkan darah segar dari sana.

"Ahkkkkk"pekik raka kesakitan saat dia mencoba berdiri namun yang ada tubuhnya semua seolah remuk tidak ada tenaga.

Raka kembali berdiri dan berpegangan pada ranjang di sisinya itu dengan susah payah.kemudian mulai ke luar dari ruangan itu dengan susah payah.

"Shit!!!"umpatnya kesal karna percuma dia keluar jika tidak tau di mana ruangan kembarannya itu.jika bertanya untuk resepsioner disana,dia tidak akan sanggup mengingat tempat itu masih jauh darinya.

Raka duduk di kursi ruang tunggu yang ada disana kemudian bersandar pada dinding itu seraya menormalkan deru nafasnya yang memburu.

Ck,baru beberapa langkah,tenaga udah habis.dasar lemah'batin raka pada dirinya sendiri.

"Raka!ngapain kamu disini?"hingga suara yang di kenal raka mendekatinya dan menatapnya dengan khawatir.

"Om?riki om,dia baik baik aja 'kan?"tanya raka mengabaikan pertanyaan pria yang tak lain om nya itu.

"Kenapa kamu keluar hah?sini,om antar lagi"ucap dr.farhan hendak memapah raka untuk kembali keruangannya namun langsung di tolak raka.

"Nggak,gue mau lihat keadaan riki om"

"Tapi ra.."

"Antar raka kesana om.semalam riki nyelamatin aku,aku takut om.raka nggak mau kejadian yang lalu terjadi lagi,gara gara nolongin raka,tante jadi meninggal dan gue nggak mau kejadian itu terulang lagi.om,raka takut.ini semua gara gara raka hiksss"kini raka sudah terlihat linglung sambil berguman tak jelas membuat dr.farhan tidak tega melihatnya.

"Baiklah,tapi raka pake kursi roda ya"ujar farhan yang di balas anggukan pelan oleh raka,jujur dia bahkan seperti tidak bisa menggerakkan tubuhnya itu lagi.

Dr.farhan segera membawa kursi roda dan membantu pemuda itu duduk disana kemudian mendorongnya ke arah ruangan dimana riki terbaring.

Farhan hendak membuka ruangan itu namun langsung di tahan oleh raka.

"Om,ayah dan bunda ada didalam?"tanya raka dengan takut.

"Tidak,bunda kamu semalaman nggak tidur untuk nungguin riki sadar dan satu jam yang lalu mereka sudah pulang untuk istirahat.mereka pasti akan kembali lagi"sahut farhan membuat raka bernafas lega,setidaknya dia bisa melihat riki meski hanya sebentar.

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang