18

4.4K 347 16
                                    

Riko dengan buru-buru mengganti semua pakaian sekolahnya dengan pakaian biasa,hari ini dia berniat untuk menjenguk raka.

Sebelumnya tadi pagi saat dia mendengar jika mereka terlibat kecelakaan dari mulut raka sendiri,dia sudah berniat untuk bolos dan menjenguk sahabatnya itu tapi raka dengan segala cara mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan lebih baik dia datang sepulang sekolah.

Setelah mengambil kunci motornya,riki turun kelantai bawah menuju pintu keluar rumah itu namun langkahnya berhenti saat netranya menangkap pintu kamar papanya yang terbuka sedikit.

Riko mendesah berat kemudian memandangi pintu itu dengan sendu,akhir akhir ini hubungannya sama papanya semakin renggang.bahkan saling menyapa pun sudah tidak ada lagi.

Riko merindukan papanya yang dulu,yang menyayangi riko melebihi dirinya sendiri,memberikan semua keinginannya,melemparkan kata kata candaan saat berkumpul bersama,tertawa bersama.riko merindukan semuanya.

Tak ingin berlama lama larut dalam kesedihan,riko hendak berlalu dari sana namun lagi lagi langkahnya terhenti saat bayangan ayahnya yang berada di kamar itu seperti bicara dengan seseorang.

Karna sudah terlewat penasaran,riko perlahan mendekati kamar papanya itu kemudian membuka pintu itu semakin lebar,hingga dia bisa melihat punggung papanya yang menelepon seseorang sambil membelakangi ke arahnya.

Namun,kenyataan yang di ucapkan roby,papanya itu membuat riko seketika mematung dengan kepalan tangannya yang mengerat.

"Kamu yakin bukti-buktinya sudah lenyap?pastikan juga cctv disekitar lokasi kecelakaan itu lenyap"

"....."

"Baiklah,nanti sore saya akan mengirimkan bayaran untukmu.tapi tidak sepenuhnya karna kamu gagal membuat anak itu mati.untuk saat ini,kamu bersembunyi dulu.saya akan mengirim alamat tempat persembunyianmu nanti."

"...."

"Ya,lain kali saya masih membutuhkanmu tapi saya harap kamu tidak gagal lagi.raka harus mati.mengerti?"

"....."

"Baiklah,sekarang kamu siap-siap.anak buahku sebentar lagi akan sampai disana"

"...."

Tutt tuttt

Panggilan dimatikan oleh roby,sebelum mendesah kasar dan meletakkan ponsel itu di meja nakas sebelum tubuh itu menengang saat menangkap sosok putranya yang berdiri di pintu kamarnya itu.

Roby dapat merasakan tatapan riko mengarah tajam padanya bercampur dengan rasa marah dan kecewa.riko pasti sudah mendengar semuanya,batin roby yang mulai was was.

"Kenapa kamu disana?"tanya roby berusaha setenang mungkin,menunggu riko yang mendekatinya dengan tatapan kosong anak itu.

"Papa dalang dari kecelakaan raka dan riki?"tanya riko dengan nada yang bergetar.

"Kamu pasti sudah ngerti kalo aku melakukannya."

"Papa berniat membunuh raka?"kini tatapan riko menajam seiring dengan rahangnya yang mengeras.

"Bahkan dari dulu saya ingin melakukannya"sahut roby dengan santai.

"Kenapa pa?jadi papa milih jadi seorang buronan dari pada riko,anak papa sendiri?"

"Jangan pernah melakukan hal yang macam-macam candra"gertak roby membuat riko terkekeh meremehkan.

"Aku nggak peduli lagi dengan status kita orangtua dan anak,secepatnya riko bakal pastiin polisi menghakimi papa."ucap riko dengan penekanan kemudian berlalu dari sana meninggalkan roby yang terlihat frustasi.

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang