20

4.9K 351 35
                                    

Di sebuah ruangan,telah berkumpul  beberapa orang untuk melakukan rutinitas pagi mereka yaitu sarapan pagi.

Suasana disana terlihat sunyi,karna sejak tadi tidak ada yang memulai pembicaraan hanya suara detingan sendok yang mengisi ruangan itu.

Riki,pemuda itu sudah memakai seragamnya sekolahnya kembali setelah seminggu lebih dia tidak masuk.kini dia hanya menatap sarapannya dengan malas kemudian melahapnya tak selera.

Lisa yang menyadari cucunya sedang tidak semangat itu segera mengulas senyum tulusnya.

"Kenapa sayang?nggak suka ya sama makanannya?mau oma ganti?"tanya lisa dengan lembut yang di balas riki dengan senyum tipis dan menggeleng.

"Suka kok oma."sahut riki kemudian memakannnya lagi.

Sebenarnya yang membuat riki terlihat lesu bukan karna makanannya,tapi raka.adiknya itu dari semalam tidak makan dan sekarang belum keluar kamar juga membuat riki khawatir.

Dia sudah berniat untuk membangunkan adiknya itu tapi dia tidak tega,adiknya itu pasti lelah dan mungkin butuh istirahat.

"Riki,ayah antar kamu kesekolah ya"ucapan tomi membuat riki meliriknya sekilas kemudian mengangguk malas tanpa berniat menjawab.

"Sayang,ini bekalnya jangan lupa'kata sang bunda yang lagi di balas riki dengan anggukan malas membuat semua orangtua itu mendesah berat melihat tingkah anak itu.

"Riki udah selesai.mau berangkat sekarang.ayah udah siap?"kata riki setelah menyudahi sarapannya itu.

"Yaudah,kita berangkat sekarang"sahut tomi pada akhirnya kemudian membereskan barangnya dan berpamitan kepada istri dan orangtuanya itu.

Sedangkan di lantai atas disebuah kamar itu,raka berdiri menatap dirinya lewat cermin itu dengan menyeritkan alisnya heran.

Dia sudah memakai seragam sekolah lengkapnya namun dia belum berniat untuk turun ke lantai bawah untuk sekedar sarapan.

Netra itu dari tadi hanya fokus pada memar kebiruan yang ada pada lengan dan lehernya itu membuat raka heran dan bingung dari mana datangnya memar itu.

Raka menekan pelan memar itu dan dia tidak merasakan apa-apa membuat raka mengangkat kedua bahunya tak acuh kemudian mengambil tasnya yang sudah tergeletak di kasurnya itu sebelum menatap dirinya kembali lewat pantulan cermin itu  dan menatap wajah pucatnya kemudian mengulas senyum manisnya itu dan berlalu dari ruangan itu.

Raka menuruni anak tangga itu dengan pelan mengingat tubuhnya itu masih terasa lemas hingga netranya menangkap oma dan opanya yang masih duduk di ruang makan yang sepertinya mereka habis sarapan.

Dia ingin mendekat untuk pamit tapi dia terlihat ragu,dia tidak mau mereka semakin marah dan pergi lagi dari sana.

Setelah mendesah pelan,raka melanjutkan langkahnya ke arah pintu keluar rumah itu namun langkahnya terhenti saat suara dingin itu memanggilnya.

"Mau kemana kamu?"tanya wanita itu membuat raka berbalik menatap wanita itu dengan senyum lebarnya.

"Raka mau sekolah bunda"sahut raka yang di balas tatapan sinis dari wanita itu yang ternyata santika,sang bunda.

"Bukannya kamu sekarat?ngapain kesana?mau cari perhatian?"kata santika dengan tajam.

"Nggak kok bun,sebentar lagi kita bakal melakukan ujian kenaikan kelas.entar raka banyak ketinggalan pelajaran."sahut raka dengan binar yang sudah redup itu.

"Tunggu disini"kata santika dingin kemudian berlalu dari sana meninggalkan raka yang berdiri dalam diam disana.

Menunggu,ya raka hanya menjalankan perintah sang bunda.hingga beberapa menit kemudian,santika muncul dengan membawa sebuah bekal membuat raka mematung.

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang