24

4.7K 393 48
                                    

Hari-hari berikutnya masih sama untuk raka,keluarga yang mengabaikannya,riki yang masih ketus untuknya,detak jantung yang ikut menambah lukanya setiap malam,dan sahabat-sahabatnya yang datang menghiburnya.

Hanya seperti itu yang mengisi hari-hari raka namun pemuda itu juga masih sama,tersenyum di atas luka,berharap di atas kebencian mereka kepadanya,dan selalu berdoa supaya tuhan tidak menghentikan detak itu sebelum merasakan kehangatan yang hilang itu.

Semua masih sama dan entah sampai kapan.

Saat ini raka menaiki motornya tak tentu arah dengan pikiran yang berkecambuk dan melayang entah kemana,tidak sadar jika dirinya bisa saja mengalami kecelakaan yang akan melayangkan nyawanya saat itu juga.

Ckittttt

Raka dengan tiba-tiba mengerem motornya hingga ban motor dengan jalan itu bergesekan cukup kuat.

Raka mendesah,kemudian merogoh saku jaketnya mengambil benda tipis yang masih bergetar itu.

Raka menyerit sebentar,sebelum menerima panggilan itu.

"Gue lagi dijalan nih,mas riko ngapain nelpon sih?kalo raka kecelakaan gimana?lo mau tanggung jawab?"gerutu raka kesal,namun tidak ada sahutan dari sipemanggil membuat raka bingung.

Dia kembali melihat id si pemanggil dan itu benar nomor riko,lalu kenapa pria itu tidak menyahut.

"Mas riko,lo disana?"tanya raka mulai was-was.

"Ini papanya riko"suara berat itu langsung membuat raka terdiam.

"Halo paman,bagaimana kabar paman?"kata raka kemudian dengan gugup.

"Datang kerumah sekarang,ada yang ingin ku bicarakan denganmu.sekarang"tegas roby dari sebrang sana,raka menangguk kemudian mengumpati dirinya yang bodoh.mana bisa papanya riko lihat jawaban raka dari anggukan itu?.

"I_iya paman.raka kesana"ucap raka dan panggilan itu terputus begitu saja.

"Ya allah,apa lagi ini? IQ raka terlalu rendah,tapi kenapa Kau berikan ujian sesulit ini pada hambamu yang luar biasa ganteng ini"guman raka menengadah ke atas,berharap bisa melihat malaikat yang turun disana dan membantu mengurus hidupnya yang beribu masalah rumit ini.

Raka kembali mendesah,kemudian menyalakan kembali motornya dan memutarnya balik kearah rumah riko.

Setelah menempuh waktu yang cukup lama,akhirnya motor miliknya tiba di depan bangunan mewah milik keluarga sahabatnya itu.

Raka menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan.hei,kenapa perasaannya jadi tidak tenang begini?apa dia masuk atau pergi begitu saja?

Raka menggeleng,kemudian memberanikan diri memasuki bangunan itu.

Pelayan disana langsung membukakan pintu untuk raka seakan sudah mengetahui kedatangannya bahkan sebelum pintu di ketuk.

"Mmm tuan raka,silahkan masuk"kata maid itu dengan sopan.

Dan dengan canggung,raka memasuki rumah itu,suasana dingin langsung menyambutnya disana.raka berdehem untuk menghilangkan kegugupan nya.

"Bisa mati muda gue lama-lama disini"batin raka miris.

"Tuan besar ada di ruangannya sebelah kanan,tuan"kata maid itu tiba-tiba membuat raka tersadar,dia kembali mengulas senyum canggungnya.

Raka kembali berjalan ketempat yang maid itu tunjukkan tadi hingga tiba didepan pintu berwarna coklat,raka hanya memandangi pintu itu dalam diam tanpa berniat masuk.

"Kamu akan tetap disana?"pertanyaan itu membuat raka sedikit terkejut dan menghembuskan nafas leganya karna nyeri itu tidak muncul.

Karna raka juga bingung,semakin hari sakit itu semakin sering memergokinya hingga bernafas dengan tenang dalam sehari pun sangat sulit untuknya.dan untungnya,sakit itu tidak datang sekarang.

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang