34(END)

11.8K 461 110
                                    

Typo dimana-mana.

Happy reading guys 😊😊😊


🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙

"Maaf,kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun  putra bapak sudah tidak bisa di selamatkan lagi.kami turut berduka cita"

Pernyataan dokter di depannya berhasil menampar telak tomi membuat seluruh tubuhnya bergetar begitu juga dengan  wajahnya yang memucat.pria itu menggeleng menolak pernyataan yang di katakan sang dokter.

"Kamu bohong,putra saya tidak akan menyerah secepat ini.periksa baik-baik sialan!!!putra saya tidak bisa meninggalkan saya secepat ini"tolak tomi mencengkram kerah dokter itu dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Bapak yang sabar,ikhlaskan dia supaya putra bapak tenang disana."

"CUKUP!!!SIAPA KAMU YANG BERANI MENCERAMAHI SAYA HAH?SAYA BILANG RAKA NGGAK AKAN NYERAH GITU AJA.dia putra saya,dia jagoan saya hikss dia tidak bisa pergi gitu aja hikss"tubuh itu akhirnya meluruh begitu juga dengan air matanya yang berlomba-lomba keluar.

Sang dokter yang melihat kehancuran tomi hanya menghela nafas merasa iba namun tidak bisa melakukan apapun lagi,pemuda itu sudah menyerah dan tuhan sudah mengkehendakinya.lalu apa yang harus dia lakukan?

Dokter itu menepuk pundak tomi bermaksud menguatkan pria yang telah hancur dalam penyesalan itu sebelum berlalu dari sana,menenangkan dirinya yang juga merasa bersalah atas kepergian sosok yang lumayan dia kenal beberapa tahun ini.

Tomi menunduk,bibir itu tetap meracau jika dia tidak terima kenyataan ini.kenapa harus putranya?kenapa bukan dirinya saja yang di hukum?

Tidak,bahkan hukuman untuknya saja sudah terlalu berat,baru saja dia akan memperbaiki hubungannya dengan putranya,namun rencana tuhan tidak ada yang tau.

Dia terlambat,sangat terlambat untuk meminta maaf pada putranya yang selama ini dia sakiti.dan sekarang dia sudah terjatuh dalam lubang penyesalan,dan akan menjalani harinya dalam keterpurukan.

"Mas,dimana raka?katakan,dimana putra saya mas?"santika datang dan langsung mencerca pertanyaan untuk suaminya yang terduduk dengan perasaan hancur.

Tidak ada jawaban untuk santika,tomi hanya menatap sendu istrinya sebelum menggumankan kata-kata maaf yang mungkin tidak ada gunanya lagi.

"Ayah,adek nggak papa 'kan?"lagi-lagi pertanyaan lain dari putranya membuat tomi semakin merasa bersalah dan jujur dia ingin menyusul putra bunsunya saat ini.

"Raka..raka udah nggak ada.dia udah pergi,adek udah ninggalin kita selamanya"sahut tomi kemudian segera memeluk istrinya yang sudah terpaku.

"Apa maksudmu mas?tadi adek masih baik-baik saja.kamu bercanda 'kan?kamu apakan putra saya hah?"racau santika kemudian menjauh dari tomi,menatap suaminya itu dengan tajam.

"Maafkan aku,aku ayah yang buruk,aku tidak pantas ada di dunia ini lagi.aku sudah membunuh putra saya sendiri hiksss maafkan aku,aku udah bunuh putra kita"isak tomi menyalahkan dirinya sendiri.

"Iya,aku udah bunuh raka hahahaha aku pembunuh hikss.maafkan ayah nak hikss jangan hukum ayah kayak gini"racau tomi menangis dalam kesendirian,tidak berani mengikuti istri dan putranya yang sudah memasuki dimana putra bungsunya terbaring tak bernyawa itu.

Dia tidak akan pernah sanggup melihat wajah itu,wajah pucat putranya yang selama ini dia sia-siakan.dan kini dia sadar jika penyesalan selalu datang belakangan.

Tuhan benar-benar menghukumnya tak main-main dan sampai kapanpun dia tidak akan pernah hidup tenang lagi,dia akan hidup dengan bayang-bayang putranya yang terus menghantui pikirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang