33

8.3K 440 122
                                    

Typo bertebaran,harap di maklumin.😇😇


🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃



Semua menunggu cemas dan harap di depan ruang operasi riko,sudah satu jam berlalu namun belum ada kabar dari dalam sana membuat semuanya semakin cemas.

Disana,tomi lah yang paling gusar.pria itu dari tadi mondar mandir di depan pintu itu dan sesekali bibirnya berkomat-kamit berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan didalam sana.

Sedangkan riki,hanya melirik ayahnya sesekali kemudian sesekali mendoakan pemuda yang berada di dalam sana.

Dan santika,wajah wanita itu terlihat cemas luar biasa,hatinya kini terbelah entah kemana-mana.dia sangat mencemaskan riko yang sedang berjuang di dalam sana namun hatinya sangat gusar meminta dirinya untuk pulang sekarang.

Jujur,dia lebih mencemaskan putra bungsunya yang dia tinggalkan sendiri di rumah dari pada riko yang berjuang dalam meja operasi.

Sejak sebelum riko memasuki ruang operasi,dia sempat bertukar pesan dengan raka namun setelahnya,pemuda itu tidak membalas pesannya lagi.bahkan ponsel putranya juga tidak aktif membuatnya semakin khawatir.

Santika menatap riki hendak meminta pemuda itu pulang duluan namun urung saat pintu ruang operasi terbuka menampilkan seorang dokter dengan senyum leganya.

Tomi langsung mendekatinya begitupun dengan riki sedangkan santika hanya diam dalam duduknya.

"Dok,bagaimana dengan putra saya?"tanya tomi.

"Putra bapak baik-baik saja.operasinya berhasil,kita hanya menunggu selama beberapa hari sebelum perbannya di buka"ujar sang dokter membuat semuanya tersenyum lega.

"Makasih dok"kata tomi dengan wajah berbinarnya.

"Sama-sama pak.nah kalian sudah bisa menjenguk pasien setelah di pindahkan keruang rawat biasa,pasien belum sadar karna pengaruh bius.kalau begitu saya permisi"kata sang dokter sebelum berlalu dari sana.

Semua tersenyum lega kemudian saling berpelukan,tomi segera memeluk istrinya dan putranya itu dengan perasaan lega.

"Terima kasih tuhan,kamu telah mengabulkan doa saya"lirih tomi.

"Mas?"

"Iya?"

"Aku pulang duluan ya?"ucap santika dengan ragu membuat tomi menyerit begitupun dengan riki.

"Tapi kenapa bun?'

"Raka..."

"Kamu mengkhawatitkan raka?nggak papa,biar aku aja yang pulang.kalian disini aja ya.lagipula ada yang mau aku ambil dari ruang kerjaku.sayang,kamu nggak usah cemas gitu.raka baik-baik aja hm."potong tomi dengan senyumnya.

"Tapi mas..."

"San,aku mau minta maaf sama putra kita.aku mau memperbaiki semuanya malam ini jadi biar aku aja yang kerumah"ucap tomi dengan tulus membuat santika dan riki tersenyum mendengarnya.

"Makasih mas."kata santika kemudian memeluk suaminya itu dengan perasaan yang sedikit lega.

Sedangkan riki menatap kedekatan orangtuanya itu dengan senyum bahagianya,semua akan baik-baik saja.

"Adek,yang lo tunggu bakal terjadi.semuanya bakal seperti yang adek impikan.bertahanlah dek!"batin riki.

.
.
.

Raka menengadah ke atas,menutup matanya menikmati sinar matahari sore yang menimpa wajah pucatnya itu dengan senyum tipisnya.

Beberapa menit lagi,saudaranya itu akan berjuang di meja operasi membuat dirinya semakin gugup,padahal bukan dirinya yang menjalani.

My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang