Sejak tadi seorang gadis gadis cantik tampak sedang menundukkan kepalanya di kamar. Wajahnya basah dikarenakan air matanya yang terus mengalir. Dirinya harap-harap cemas menunggu kedatangan yeonjun.
Pasalnya sudah sejam berlalu sejak yeonjun memasuki ruang kerja papa nya, ia tak kunjung keluar. Ia takut jika nanti perkataan papanya bisa menyakiti hati yeonjun.Dan kemungkinan yang paling ia takuti adalah jika hubungan mereka harus berhenti. Padahal memang mereka belum ada ikatan sama sekali. Tapi yeji tak peduli akan hal itu, yang penting ia ingin selalu bersama yeonjun.
Tok tok
Yeji langsung bangkit dan membuka pintu kamarnya setelah mendengar suara ketukan.
Dia peluk erat orang yang sedang berdiri di hadapannya itu. "maafin papa aku ya."
Yeonjun merenggangkan pelukan yeji dan menangkup wajah cantik itu sambil menyeka air mata yang terus keluar.
"jangan nangis." ucapnya lembut sambil tersenyum.
"tadi papa bilang apa?" tanya yeji dengan ragu. Ia ingin tau apa saja yang telah papanya katakan pada yeonjun, tapi ia juga tak siap mendengar jika itu adalah kabar buruk.
"YEJI!" teriak jaebum yang datang tiba-tiba dengan wajahnya yang sangat terlihat marah.
Sepasang sejoli itu menoleh ke arah sumber suara. "papa," lirih yeji dan langsung berlari untuk memeluk papanya.
"pa jangan gitu. Yeonjun udah baik selama ini buat jagain yeji, apa papa lupa? Papa liat sendiri kan gimana yeonjun ke yeji dulu, bahkan papa pernah bilang papa itu senang karena ada yeonjun yang selalu sayang dan selalu jagain yeji. Kemanapun yeji mau pergi, pasti selalu yeonjun yang temenin. Papa juga gak lupa kan kalau yeonjun itu adalah satu-satunya temen yeji waktu yeji gabisa ngeliat. Iya yeji tau yeonjun dulu pernah salah, tapi seenggaknya papa liat dong gimana pengorbanan dia, sampai dia pindah kerumah sebelah demi nemanin yeji terus. Itu cara dia buat nebus kesalahannya. Pa-- yeji mohon jangan marahin yeonjun lagi, hiks--" yeji terus berbicara dengan lembut sambil menangis, mencoba menenagkan hati sang papa. "maafin yeonjun ya pa."
"udah lepas dulu. Papa mau makan, lapar." jaebum melepaskan pelukan anakknya, tertawa sebentar dan langsung menuruni tangga.
Yeji hanya terdiam memandangi punggung sang papa karena tak percaya. Saat dia berbalik, dia menemukan yeonjun yang sedang tersenyum yang menampilkan gigi kelincinya.
Yeonjun menghampiri yeji yang masih terdiam disana, "pa jangan marahin yeonjun lagi--hiks." ucap yeonjun menirukan suara yeji yang menangis tadi.
Yeonjun terkekeh melihat ekspresi cengo yeji."heh kok bengong sih."
Yeji mengerjapkan matanya dan menggelengkan kepalanya lucu. Masih bingung dengan situasi.
"yeji." panggil yeonjun, "papa kamu itu tadi gak serius kok."
"hah?" yeji mendongakkan kepalanya melihat ke arah yeonjun.
"tadi itu papa kamu cuma mau ngetes aku. Papa takut, kalau aku dekatin kamu cuma sebatas rasa bersalah doang. Papa itu takut kalau aku nanti bakal kaya hyunjin yang ninggalin kamu, dan papa kamu cuma mau-- kalau kamu itu dapatin cowok yang baik--kaya aku," yeonjun cengengesan setelahnya, "kamu tau kenapa?" yeji menggelengkan kepalanya.
"karena papa bilang-- kamu itu sayang banget sama aku. Katanya sih, kamu pernah bilang dulu ke papa ekhem hem." lihat lah, yeonjun sudah mulai menggoda yeji lagi. Yang di goda pun langsung menunduk malu, "jadi papa gamau kalau anaknya sedih karna kehilangan orang yang di ekhemm sayang lagi."
"ihh yeonjun." yeji mencubiti perut yeonjun sampai si empunya meringis kesakitan.
"karna papa kamu dengar jawaban aku tdi, makanya dia ajak aku buat ngobrol berdua. Buat mastiin tentang perasaan aku ke kamu." kata yeonjun sambil merapihkan rambut yeji yang sedikit berantakan.