1.Naksir kakak kelas

118 27 7
                                    

Sebelum baca  cerita ini  aku mau ngbacot dulu ya hehe:v

Oke selamat datang para readersku tercinta, aku kembali hadir membawa cerita absurd yang tak bermakna ini.
Ini cerita kedua aku ya hehe, aku harap kalian suka hehe:)

Happy Reading:)

Oscca Aranasya Sarasvina nama gadis yang sedang duduk di pinggir lapangan seorang diri, sambil memperhatikan seorang cowok yang sedang mendrible bola basket.

Osca tidak pernah bosan memperhatikan secara diam-diam salah satu dari beberapa cowok yang sedang bermain basket di lapangan tersebut.

Orang yang di maksud adalah Rayen Aldebaran, kakak kelasnya di SMA Kejora.

Rayen menurut Osca itu, ganteng, tinggi, jago bermain basket, dan nilai plusnya Rayen merupakan mantan anggota OSIS di SMA Kejora.

"Osca!!" Panggil gadis seumuran dengan Osca, itu Jesya sahabat Osca.

"Dari tadi juga dicariin taunya di sini merhatiin doi." Ucap Jesya sambil duduk di samping Osca.

"Hehe, abisnya lo tadi ke kantin gak ngajak-ngajak gue, ya udah gue ke sini aja liat Kak Rayen main." Ujar Osca sambil terus memperhatikan Rayen yang sedang melindungi bola dari tangan lawan.

"Susah emang kalau suka tapi gak berani ngungkapin,"

"Lo sendiri apa kabar sama Kak Ozy?"

"Ck, sama aja kayak lo!" Kesal Jesya karna Osca balik meledeknya.

"Kek gitu segala ngomongin gue, huh!"

"Ya sorry,"

"Stevi, Luna sama Hana mana?" Tanya Osca karna baru menyadari ketiga sahabatnya yang lain tidak menghampirinya bersama Jesya.

"Masih di kantin." Jawab Jesya sebari menyodorkan sebungkus permen tangkai rasa susu.

"Tumben lama di kantin?" Tanya Osca sambil menerima permen yang disodorkan oleh Jesya.

"Kek gak tau aja Luna kalau udah liat Kak Sandi gimana,"

Osca mengangguk paham, lalu membuka sebungkus permen yang tadi diberikan Jesya padanya.

"Lo gak capek?" Tanya Jesya tiba-tiba.

"Capek karna?" Osca bertanya balik pada Jesya karna tak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Ngelihatin Kak Rayen mulu dari jauh, berharap dia tiba-tiba peka," Jelas Jesya pada sahabatnya yang tengah jatuh hati pada seniornya tersebut.

"Gue gak capek kok, lagian siapa tau kan Kak Rayen peka gitu yah, seenggaknya tau kalau gue itu ada,"

"Sampe kapan coba? Sampe lo kesamber geledek juga dia gak bakal peka kalo lo gak mulai duluan!" Gemas Jesya pada Osca yang ah sudahlah.

"Lo doain gue kesamber geledek?!" Tanya Osca tidak terima.

"Ya, kan perumpamaan,"

"Gini ya Jesya sayang, gue itu bukan spesies kayak lo yang kalok naksir orang langsung gas poll, cuma dibalas 'yoai' pas gue chat biar di save aja udah untung." Ucap Osca setengah curhat.

"Terus nomer lo di simpen?" tanya Jesya.

"Sudah jelas iya!"

"Buktinya?"

"Dia lihat story gue." Jawab Osca dengan percaya diri.

Jesya hanya mengagguk-anggukkan kepala mendengar penuturan sahabatnya yang satu ini.

Memang kalau sedang jatuh cinta itu beda, hanya disimpan nomor Whatsappnya saja sudah senangnya seperti orang mendapat hadiah uang jutaan rupiah dari tutup botol.

****

Rayen dan kawan-kawannya sudah selesai bermain basket, ingin rasanya Osca menghampiri senior pujaan hatinya itu untuk memberi sebotol air mineral. Tapi itu hanya angan-angan saja karna faktanya jangankan memberi sebotol air mineral, tidak sengaja bertemu dalam jarak dekat saja Osca sudah tidak bisa benapas dengan normal karna degupan jantungnya yang menggila.

Saat ini Rayen sedang berkumpul bersama teman-temannya di pinggir lapangan tepat di sebrang Osca dan Jesya duduk.

Tampak Selin memberika sebotol air mineral pada Rayen, yang diterima oleh Rayen dengan senang hati. Andai saat ini Osca yang ada di posisi Selin, pasti setelah itu Osca akan koprol saking senangnya.

Ngomong-ngomong Selin adalah teman sekelas Rayen, bisa di bilang ia merupakan satu-satunya sahabat perempuan Rayen Aldebaran.

"Ca, kesurupan lo?" Tanya Jesya yang masih duduk di sampingnya.

"E-eh, enggak kok amit-amit deh." Ucap Osca baru sadar jika ia melamun.

"Nah itu trio rombeng." Ujar Jesya sambil melihat ke arah di mana tiga cewek sedang berjalan beriringan menuju ke tempatnya dan Osca duduk.

Osca pun langsung melihat siapa yang dimaksud 'trio rombeng' oleh Jesya.

"Udah puas liatin Kak Sandi nya Lun?" Tanya Jesya meledek Luna yang baru saja datang.

"Huaaa, omaigatt tadi tuh Kak Sandi ganteng banget." Ucap Luna heboh sendiri, yang hanya ditatap datar oleh keempat sahabatnya.

"Ish, lo orang kok malah liatin gue gitu amat dah, gak seneng lo liat sahabat lagi bahagia?" Oceh Luna pada keempat sahabatnya.

"Gaje lo Lun." Saut Stevi sambil menatap aneh Luna.

"Lo ngapain bedua di pinggir lapangan gini? Nunggu hujan duit?" tanya Hana.

"Noh, Osca biasa liatin doinya yang lagi main basket." Jawab Jesya sambil menyenggol lengan Osca yang sedang salah tingkah.

"Samperin dong Ca, jangan cuma ngarep dari jauh." seru Hana.

"Iya, masa kalah sama Jesya." ujar Stevi menimpali.

"Lah apa hubungannya sama gue onta!" Seru Jesya yang namanya di bawa-bawa.

"Apaan sih lo semua, udah deh ya males gue." Ucap Osca sambil berdiri dari duduknya.

"Mau kemana Ca?" tanya Luna.

"Kelas yuk!" Ajak Osca pada empat sahabatnya.

"Kuy." Jawab mereka berempat serempak.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gimana? Gemes dengan karakter teman-teman Osca yang mulutnya bawel?
Atau gemes sama authornya? Heheh

Jangan lupa tinggalkan jejak ya:)

Tbc...

Silent Love [on Going] HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang