25. Menyerah

11 5 0
                                    

#HappyReading:)

Mencintaimu secara diam-diam itu menyedihkan
Berharap kau lihat tapi kau lirik pun tidak
Berharap kau tau tapi mustahil
Apalagi jika aku berharap kau balas dengan rasa yang sama, apakah mungkin?
Rasanya tidak mungkin makhluk tampan sepertimu jatuh hati pada aku yang sederhana ini
Terlalu mustahil
Tidak mungkin
Dan tak akan pernah.

-Osca Aranasya S

Osca menutup buku diary nya setelah selesai menuliskan puisi pendek yang ia buat, puisi itu berisi tentang Rayen, tentang rasa cintanya yang takkan pernah terbalas oleh cowok itu.

Osca merutuki kebodohannya yang dengan mudah menjatuhkan hati pada sosok Rayen yang dengan segala kelebihannya, dua tahun yang sia-sia untuk mencintai seseorang yang tak pernah mengetahui rasa cintanya. Osca sadar selama ini ia salah, harusnya ia tak mencintai Rayen. Tapi hati seseorang tidak ada yang tau akan jatuh pada siapa.

"Buku apaan tuh?" tanya Stevi yang baru masuk ke kelas dan langsung menghampiri Osca yang sedang melamun dengan menatap pada buku tulis kecil yang ada di mejanya.

"Eum, buk-bukan buku apa-apa kok." Osca gelagapan dan refleks memasukan buku tersebut ke dalam tasnya.

"Oh iya, tadi gue ketemu Kak Rayen di kantin," ujar Stevi yang langsung menarik perhatian Osca.

"Hah, kok bisa? Dia kan udah gak sekolah."

"Katanya dia mau liat-liat aja, bosen di rumah katanya," ucap Stevi.

Osca hanya diam saja, tidak biasanya gadis itu seperti ini. Biasanya jika mendengar berita tentang Rayen ia akan heboh, tapi kali ini respon gadis itu hanya diam seolah tidak perduli.

"Kenapa lo? Tumben diem aja," tanya Stevi yang merasa aneh dengan Osca. Sedangkan Osca hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap ke arah papan tulis.

"Lo nyesel gak ketemu dia ya? Atau gimana nih?"

"Kenapa nyesel?"

"Ya biasanya kan lo pasti seneng atau gak semangat gitu kalau gue nyeritain dia."

"Kayaknya gue selama ini udah buang-buang waktu Stev," ujar Osca.

"Maksud lo?"

"Iya, gue udah banyak buang-buang waktu gue buat suka sama Kak Rayen yang bahkan sama sekali gak notice gue, gue terlalu banyak berharap perasaan gue dibales sama dia, gue bodoh Stev."

"Kenapa lo gak bilang aja sih sama Kak Rayen kalo lo suka sama dia, siapa tau setelah dia tau dia bakal bales perasaan lo," ucap Stevi.

"Mana mungkin dia bakal suka sama gue, gue sama dia itu ibarat langit sama tanah kuburan, jauh banget perbandingannya."

"Tapi lo gak boleh nyerah gitu aja dong Ca, lo masih punya banyak kesempatan buat bisa kenal Kak Rayen."

"Kesempatan yang gimana lagi sih Stev? Udah jelas-jelas gue gak ada kesempatan lagi, dia udah lulus, dan gue gak bakal bisa liat dia lagi," ucap Osca frustasi.

"Lo gak akan pernah tau hasilnya kalau lo belum pernah coba Ca, dan asal lo tau dia lulus bukan berati kesempatan lo hilang gitu aja." Stevi menatap serius sahabatnya itu.

"Enggak Stev, mungkin udah waktunya gue berhenti. Dengan lulusnya dia gue yakin ini langkah awal gue buat move on dan ngelupain perasaan gue ke dia."

"Terserah lo Ca, tapi inget lo masih punya satu kesempatan buat ungkapin perasaan lo pas acara perpisahan nanti," ujar Stevi lalu meninggalkan Osca yang hanya diam di bangkunya.

Silent Love [on Going] HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang