Cuaca siang ini terlihat gelap karna mendung yang menyelimuti langit.
Osca bersama empat sahabatnya sedang duduk di pinggir lapangan menyaksikan Rayen dan teman-temanya bermain basket.Memang setiap hari kamis jadwal seluruh kelas pada jam pelajaran terakhir adalah waktunya ekstrakulikuler.
"Kedip kali Ca, mata lo udah mau keluar noh." Ledek Hana yang duduk di samping Osca.
Osca berdecak malas sembari memutar bola matanya malas, sahabatnya itu selalu saja menggangunya yang sedang memperhatikan Rayen yang sedang dengan lihainya mendrible bola basket.
Malas menanggapi ucapan Hana, Osca memilih kembali melihat senior pujaan hatinya itu bermain di lapangan.
"Dikacangin gue kampret!" Ucap Hana yang tidak berhasil menggoda Osca dan malah sama sekali tidak digubris.
"Jes, lo juga ngapain sih diem mulu? Biasanya juga ngoceh." Tanya Hana pada Jesya yang hanya diam saja seperti Osca yang sibuk memperhatikan permainan basket.
"Udah Han, noh mending lo liatin si berondong lo lagi ngadem dibawah pohon." Ujar Stevi yang duduk di antara Jesya dan Luna.
"Kiki maksud lo?" tanya Hana memastikan.
"Siapa lagi coba? Kemaren pas upacara aja dia curi-curi pandang ke lo mulu."
"Hah serius?"
"Bercanda, ya beneranlah jubaedah!" Ucap Stevi yang mulai jengah dengan Hana jika membahas adik kelas yang disukainya itu.
Hana hanya senyum-senyum seperti orang yang sedikit kurang waras karna fakta yang baru saja diungkapkan oleh Stevi.
"Sarap nih bocah." Ucap Stevi singkat sambil bergidik ngeri, takut jika Hana ternyata kerasukan setan penunggu sekolahannya.
"Lun temen lo noh." Ucap Stevi pada Luna yang sedang senyum-senyum sendiri seperti Hana, sebenarnya sahabatnya hari ini pada kesambet apa coba? Hana dan Luna senyum-senyum sendiri layaknya orang gila hanya karna gebetannya, Osca dan Jesya yang tiba-tiba sok serius melihat pertandingan padahal yang diperhatikan hanya satu orang yaitu gebetan mereka masing-masing.
Stevi kembali bergidik melihat sikap keempat sahabatnya yang aneh saat ini, apakah hanya karna gebetan semua sahabatnya mendadak menjadi orang gila seperti Luna dan Hana, atau menjadi orang bisu seperti Osca dan Jesya. Lama-lama Stevi pusing sendiri.
Tiba-tiba bel tanda pulang berbunyi dengan nyaring, para siswa-siswi yang sedang menonton ataupun menjalankan eskul mereka masing-masing pun menghentikan kegiatan mereka dan kembali masuk ke dalam kelas untuk mengambil tas masing-masing.
"Gue mager ke kelas, nitip tas dong," Ujar Luna dengan enaknya.
"Mau ngapain lagi lo di sini? Liat Kak Sandi? Noh orangnya aja udah minggat gak tau kemana." Ucap Stevi lalu berdiri meninggalkan Luna sendirian karena tiga sahabatnya sudah duluan ke kelas.
"Lah iyaya, ngapain juga gue di sini kalo gak ada yang seger-seger." Ujar Luna bermonolog karna Stevi sudah pergi meninggalkannya.
"Woi Step bareng!" Seru Luna saat menyadari jika Stevi sudah tidak duduk di sampingnya.
Stevi yang mendengar seruan Luna malah makin mempercepat langkah kakinya dan berusahan acuh, seolah tidak mendengar apapun.
****
Di parkiran tiga orang gadis sedang duduk di atas motor mereka, sambil menunggu parkiran agak sepi agar tidak perlu bersusah payah mengantri untuk keluar dari area sekolah karna ramainya motor dari siswa-siswi lain yang berdesak-desakan ditambah lagi berisiknya bunyi klakson motor yang terus bersautan sudah seperti jalan raya yang macet saja.
"Jes," Panggil Osca pada Jesya sambil menepuk lengan Jesya.
"Apa?" jawab Jesya.
"Kak Rayen bonceng cewek masa," Ucap Osca dengan raut cemberut.
"Masa sih?" Tanya Jesya sambil melihat kesekelilingnya untuk mencari keberadaan Rayen yang katanya membonceng seorang cewek.
"Tuh kan harusnya gue yang di sana," ujar Osca.
"Macem lirik lagu aja, yaelah itu mah Kak Selin Ca, kayak gak tau aja gimana deketnya mereka."
"Gue jadi heran, ada hubungan apa coba Kak Rayen sama si Selin itu?" Ucap Hana yang tiba-tiba ikut nimbrung obrolan Jesya dan Osca.
"Kak Selin, Han." Koreksi Jesya pada Hana yang memanggil Selin tanpa embel-embel 'Kak'.
"Hilih, sama aja kali lagian orangnya juga gak denger." Ucap Hana sambil kembali menatap layar ponselnya.
"Serah lo deh, serah."
"Masalah panggilan aja lo berdua debatin, ribet banget." Ujar Osca yang sedari tadi menyimak perdebatan unfaedah kedua sahabatnya.
"Oh iya, ngomong-ngomong Luna sama Stevi mana?" tanya Jesya.
"Balik duluan tadi katanya sih ada urusan." Jawab Osca sambil memutar-mutar kaca spion motor yang terparkir di samping motor Hana yang sedang di dudukinya.
"Sok sibuk tuh kutil dua," ujar Jesya.
Kini ketiganya kembali diam, hingga tiba-tiba Hana menangkap gelagat Osca yang terlihat panik.
"Heh kenapa lo Ca? Panik banget." Tanya Hana saat melihat ekspresi Osca.
Jesya yang awalnya sedang melihat-lihat kuku tangannya pun ikut menatap pada Osca yang sangat terlihat panik.
"Kabur Han kabur!" Ujar Osca tidak Jelas.
"Kabur apaan sih?" tanya Jesya yang ikut-ikutan bingung.
"Adauh lo berdua gue panik nih!"
"Ya lo kenapa onta?!" Tanya Hana dengan sedikit ngegas.
"Gue motelin spion orang." Bisik Osca pelan pada dua sahabatnya itu.
"Mati lo Ca, kabur ayok bangke." Seru Hana lalu langsung menyalakan motornya.
Osca yang panik langsung saja naik ke atas motor Hana, sedangkan Jesya yang ikut kelimpungan menghidupkan motornya lalu mereka pun pergi meninggalkan parkiran karna takut kena omel si pemilik motor yang spionnya tidak sengaja copot karna ulah tangan Osca.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc...Wayolo Osca motelin spion motor orang, main kabur seenaknya lagi:v
Oke gak ada percakapan Rayennya ya? Next part deh:v
Jangan lupa Vote & komen gengs:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [on Going] Hiat
Teen FictionPernah meyukai senior di sekolahan? Aku yakin kalian pernah berada pada fase di mana menyukai kakak kelas tapi tidak berani mengungkapkannya, seperti Osca satu tahun mengagumi seniornya Rayen Aldebaran secara diam-diam hingga akhirnya diketahui oleh...