Jam sudah menunjukkan pukul 07:15 namun Osca belum juga berangkat ke sekolah, ia masih setia menunggu ojek karna hari ini Hana yang biasa ia tebengi tidak berangkat sekolah karna sakit.
"Mampus telat gue," ucap Osca saat melihat jam tangannya.
Dengan perasaan gelisah Osca tetap menunggu, berharap ada tukang ojek yang lewat sambil terus celingukan.
"Ca, belum berangkat?" tanya seseorang yang tiba-tiba menghentikan motornya di depan Osca.
"Menurut lo gue masih di sini udah berangkat apa belom?" jawab Osca dengan bertanya balik pada lawan bicaranya dengan nada khas orang sedang kesal.
"Belum sih, Hana gak sekolah? Mau bareng gak?" ucap Agil menawarkan tumpangan pada Osca.
"Maulah! Ya kali gue nungguin ojek di sini sampe jamuran gak ada yang lewat."
"Ya udah naik gih," ujar Agil menyuruh Osca naik ke atas motornya.
Setelah duduk dengan nyaman di boncengan motor Agil, Osca menepuk pundak Agil sebagai isyarat untuk Agil menjalankan motornya.
"Jalan bang," ucap Osca bercanda.
Agil hanya mendengus menanggapi ucapan Osca tersebut, memangnya Osca kira dirinya tukang ojek apa? Masih untung diberi tumpangan.
"Aduh Gil, sumpah kita telat!" seru Osca yang berada di boncengan Agil.
"Udah lo diem deh ca, gue juga tau kalo ini telat," balas Agil sambil terus fokus mengendarai motornya.
"Upacara Gil, malu kalo telat."
"Pegangan gue mau ngebut!" Peringat Agil lalu menambah kecepatan motor yang dikendarainya.
"Aaaa..." teriak Osca di tengah jalan karna kaget saat Agil tiba-tiba mengebut, padahal tadi Osca sudah diperingatkan oleh Agil untuk berpegangan. Alhasil ia langsung memeluk tubuh Agil dari belakang karna terlanjur terkejut sambil memejamkan matanya.
"Ca," panggil Agil pada Osca yang masih memeluk tubuhnya dari belakang sambil meremas seragam Agil dengan kuat.
"Udah nyampe belum? Ngeri gue lo tiba-tiba ngebut," ucap Osca sambil membuka matanya.
"Lo mau terus meluk gue gini sampe sekolah?" tanya Agil yang sukses membuat Osca terkejut dan langsung melepaskan pelukannya.
"Duh maaf Gil, reflek lo sih pake ngebut segala."
"Yah, coba tadi gue ngebutin aja sampe parkiran sekolah biar bisa dipeluk lo lama," goda Agil.
"Heh modus!" ujar Osca sambil memukul pundak Agil. Sedangkan Agil yang dipukul hanya terkekeh.
"Gil buruan ish!" ucap Osca pada Agil yang sedang memarkirkan motornya.
"Duluan aja kali Ca," balas Agil dengan santai sembari menyetandarkan motornya.
"Yakali, malu gue lewat tengah lapangan sendirian, mana udah rame pula."
"Ya udah ayuk buruan bareng," ajak Agil sambil berjalan mendahului Osca.
Saat di tengah lapangan tidak sengaja Osca bertemu dengan Rayen dan Ozy yang sedang ingin menuju ke barisan kelasnya sambil memakai topi untuk upacara. Tidak sengaja juga mata mereka berdua saling berpandangan beberapa detik, sebelum Osca kembali mengarahkan pandangannya ke depan dan berjalan dengan menahan senyumnya. Bagai sehabis lari maraton jantung Osca langsung berdegup kencang seakan-akan ingin melompat dari tempatnya. Hingga ia sudah tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya termasuk Agil yang berjalan di sampingnya, sekarang yang ada dipikirannya hanya Rayen, Rayen, dan Rayen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [on Going] Hiat
Teen FictionPernah meyukai senior di sekolahan? Aku yakin kalian pernah berada pada fase di mana menyukai kakak kelas tapi tidak berani mengungkapkannya, seperti Osca satu tahun mengagumi seniornya Rayen Aldebaran secara diam-diam hingga akhirnya diketahui oleh...