"Suka sama orang diem-diem itu sakit, iya sakit ketika kita menyadari bahwa kita mencintainya tapi tidak berani mengatakannya."Jam istirahat kedua terasa begitu lama dari biasanya, Osca kali ini hanya bersama Luna karena Hana dan Jesya pergi ke kantin, sedangkan Stevi sedang ngerumpi bersama Dodo dan temannya yang lain di depan kelas.
"Ca, mending lo duduk risih gue liat lo mondar-mandir gak jelas." Ucap Luna yang sedang duduk di bangku milik Ergi sambil membaca novel yang ia pinjam dari Osca.
"Gabut Lun, ah gak asik!" Ucap Osca sambil membalikkan badan menghadap ke arah pintu kelas.
Tepat saat itu ia melihat Rayen bersama Ozy sedang memberikan kertas pada Dodo, Osca yang melihatnya langsung membalikkan badan dan berjalan mendekati jendela untuk menetralkan degupan jantungnya. Luna yang sadar akan tingkah aneh Osca langsung melihat ke arah pintu kelas, dan ternyata ada Rayen di sana pantas saja Osca jadi aneh.
"Ada doi Ca." Ujar Luna sambil melihat Osca yang masih menatap keluar jendela kelas.
"Udah tau!" balas Osca tanpa menatap Luna.
"Lah terus ngapain lo liat ke sana? Noh doi di depan pintu."
"Udah deh lo mending lo baca nih novel." Ucap Osca sambil menghadap pada Luna.
Sebenarnya saat menghadap ke arah Luna, Osca sedikit melirik ke arah pintu dan ternyata Rayen masih berdiri di sana sambil berbicara dengan Dodo.
"Udah pergi belum?" tanya Osca pada Luna.
"Udah," jawab Luna setelah melihat keluar.
Osca menghembuskan napas lega saat memastikan bahwa Rayen benar-benar sudah pergi dari depan kelasnya.
"Lo aneh banget sumpah, ada doi malah ngumpet," ujar Luna yang merasa aneh dengan sikap Osca.
"Ck, udah deh Lun."
"Ah, lo menyia-nyiakan kesempatan emas untuk memandang doi dari jarak dekat Ca."
Osca hanya memutar bola mata malas mendengar celotehan Luna, lagian Osca itu tidak mau melihat Rayen karna ingin menetralkan debaran jantungnya.
****
"Ray, lo tadi sempet liat ke dalem kelas IPA empat gak?" tanya Ozy saat dirinya sedang berjalan bersisian dengan Rayen sehabis mengantarkan piagam pada adik kelasnya yang bernama Dodo.
"Enggak, emang kenapa?" tanya Rayen sambil terus berjalan.
"Gue ngeliat gelagat cewek aneh banget, pas ngeliat lo dia langsung balik badan," jelas Ozy.
"Ngada-ngada lo, kebetulan kali," balas Rayen dengan santainya.
"Serius, cewek itu tuh yang temen sepupu gue yang waktu itu lo bilang suaranya bagus," ujar Ozy dengan sangat yakin.
"Gak usah ngawur, gue tau lo laper jadi bawaanya ngawur."
"Serah lo deh, susah ngomong sama lo."
"Ya udah gak usah ngomong sama gue, simpelkan?" balas Rayen.
"Tai lo!" Ujar Ozy lalu berjalan mendahului Rayen yang sedang terkekeh.
"RAYENNN!" Panggil seorang perempuan dari depan kelasnya dengan suara yang sungguh merusak gendang telinga. Rayen yang masih berjalan di tengah lapangan mempercepat langkah kakinya agar perempuan yang memanggilnya tadi tidak lagi berteriak-teriak memanggil namanya.
"Apa?" tanya Rayen saat sampai di depan gadis itu.
"Dari mana aja sih? Gue cariin juga," sembur Selin dengan raut kesal.
"Dari kantin terus dipanggil Pak Suhartono buat ngasihin piagam ke adek kelas, lagian ngapain cari gue?" jawab Rayen.
"Jadi gue mau nebeng pulang sama lo lagi boleh ya?"
"Yaelah gitu doang sampe lo teriak-teriak manggil gue?" tanya Rayen dengan raut kecut di wajahnya.
"Hehe, abisnya kalo nanti pas bel pulang bunyi lo kan nyelonong aja pulang seenaknya, jadi daripada gue ditinggal mending gue ngomong sekarang," ucap Selin lalu tersenyum.
"Ya udah iya, tapi emang lo gak bareng David?"
"Dia bilang mau kumpul sama anak futsal dulu."
Rayen hanya menganggukkan kepala mendengar ucapan Selin. Oh iya jadi sekarang Selin sudah resmi berpacaran dengan gebetannya yang bernama David.
****
"Ca, nyesel lo gak ikut ke kantin." Ujar Jesya pada Osca yang duduk di sebelahnya.
"Nyesel kenapa?" tanya Osca bingung.
"Tadi ada Kak Rayen di kantin sama Ozy, nah si Kak Ozy tuh lagi makan terus Kak Rayen lagi benerin rambut." Ucap Jesya menceritakan apa yang ia lihat di kantin kepada Osca.
"Ya elah Jes, tadi Kak Rayen kesini kali sama Kak Ozy," saut Luna yang duduk di belakang mereka.
"Iya nganterin piagam ke Dodo," ujar Stevi ikut-ikutan menyahut.
"Hah? Ciee seneng dong bisa liat doi dari deket," goda Hana yang sedang duduk di meja guru.
"Halah, orang doi di depan situ dia malah liatin kebelakang," ucap Luna.
"Ih dasar ogeb! Harusnya lo itu seneng bisa liat dia dari deket," ucap Hana.
"Gue malu kali." Ucap Osca yang akhirnya membuka mulutnya.
"Ngapain malu? Dia kan gak tau lo suka sama dia." Celetuk Hana lagi dan kalimat terakhirnya sukses membuat Osca tersenyum kecut.
Ya, Rayen memang tidak mengetahui perasaannya, mungkin tidak akan pernah tahu jika Osca menyukainya secara diam-diam, semenyakitkan inikah takdir?.
"Udah jangan bahas dia." Ujar Osca sambil berdiri dan berjalan menuju bangkunya sendiri dengan tidak bersemangat saat menyadari fakta bahwa ia hanya mencintai Rayen tanpa adanya timbal balik.
Menyakitkan? Sudah pasti, tapi mau bagaimana lagi? Setiap orang memang punya hak untuk jatuh cinta, tapi sama sekali tidak berhak untuk memaksa orang lain mencintai dirimu. Perasaan seseorang tidak ada yang tau. Kadang kita mengabaikan seseorang yang tulus mencintai, hanya untuk orang yang bahkan tak perduli.
Ya, perasaan memang semiris itu. Yang dicintai malah memilih mencintai orang lain yang tidak menghargai dan tidak perduli. Dengan tega menyakiti yang tulus hanya untuk yang lebih mulus. Miris.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Duh Osca galau padahal baru aja liat si doi.Oke semoga kalian suka sama part ini, mohon dimaafkan jika banyak typo yang bertebaran, jangan lupa vote dan komennya.
Ayo kita berdoa supaya pandemi ini cepat berakhir:)
See you next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [on Going] Hiat
Teen FictionPernah meyukai senior di sekolahan? Aku yakin kalian pernah berada pada fase di mana menyukai kakak kelas tapi tidak berani mengungkapkannya, seperti Osca satu tahun mengagumi seniornya Rayen Aldebaran secara diam-diam hingga akhirnya diketahui oleh...