26. Move on

12 5 0
                                    

Kali ini Osca dkk sedang berkumpul di kantin setelah menyelesaikan ulangan harian sejarah dadakan yang diberikan Bu Merry, guru mereka yang satu itu memang ajaib. Masuk kelas hanya curhat soal hidupnya, menyuruh mencatat, dan tiba-tiba mengadakan ulangan harian seperti tadi yang membuat penghuni kelas 11 ipa 4 bingung karna belum sempat mempelajari materinya.

"Gue yakin nilai sejarah gue gak jauh dari 50," ucap Stevi lalu menyeruput es jeruknya.

"Masih mending 50, lah tadi punya gue yang kejawab cuma tiga, itupun entah bener apa salah," ujar Jesya.

"Udahlah, lagian mau ulangan kok dadakan ya mana sempet belajar." Luna menimpali.

"Lo berdua kok tenang-tenang aja sih Han, Ca," ucap Jesya pada Osca dan Hana yang terlihat santai.

"Ya terus gue harus ngapain? Salto sambil nangis gara-gara nilai sejarah anjlok?" tanya Hana santai.

Sedangkan Osca hanya tertawa melihat tingkah sahabat-sahabatnya yang pusing memikirkan nilai sejarah mereka.

"Eh, kalian tau gak sih?" tanya Luna.

"Enggak," jawab keempat sahabatnya kompak.

"Ck, dengerin ya gue mau cerita soal Kak Sandi. Jadi masa kemarin dia ngasih react Love ke story facebook gue." Luna mulai bercerita.

"Terus lo baper gitu?" tanya Stevi.

"Enak aja, ya enggaklah! Dia itu aneh banget sumpah, kemaren-kemaren pas gue naksir sama dia gak dinotice, giliran sekarang dia udah lulus eh malah kaya gitu padahal nih ya, dia itu udah punya pacar baru lagi!" ucap Luna berceloteh.

"Loh emangnya dia udah putus sama yang adek kelas itu?" tanya Osca penasaran.

"Udah lama kali Ca," jawab Jesya.

"Kok gue gak tau sih."

"Lo kudet," ujar Hana lalu menyuapkan batagor ke mulutnya.

"Maksudnya apa coba kaya gitu, Gue aduin pacarnya baru tau rasa," ujar Luna lagi.

"Ya udahlah Lun, lo juga gak usah baper lagi, dia cuma kasih react love bukan hatinya buat lo," ujar Stevi yang sangat mengena di hati Luna.

"Ish, gue kan udah agak gr, agak loh ya, bukan gr banget." Luna membela diri.

"Halah alesan lo," cibir Stevi, yang membuat Luna cemberut.

Osca dan 3 sahabatnya hanya menertawakan ekspresi kesal Luna, ada-ada saja sahabatnya yang satu itu.

"Oh ya, Ca lo masih suka Kak Rayen?" tanya Jesya sambil menatap Osca.

Osca yang ditanyai hanya bergidik tidak tau, lagian dirinya juga bingung apakah ia masih menyukai seniornya yang satu itu.

"Dia bilang kemarin mau move on," ucap Stevi mewakili Osca yang hanya diam saja.

"Bagus, gue setuju banget Ca," ujar Hana.

"Yakin lo Ca?" tanya Jesya memastikan. Dan dijawab Osca dengan anggukan kepalanya.

"Udah deh ganti topik," ucap Luna sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Liat gerakan Luna gue jadi inget waktu kita pertama kali gaul sama Argi." Hana berkomentar lalu tersenyum.

"Lo suka Argi Han?" tanya Stevi tepat sasaran.

"Hah? Ya-ya enggaklah enak aja!" balas Hana gelagapan.

"Halah ngaku aja kali," ledek Luna.

"Lo tau kan gue suka sama siapa?" ucap Hana.

"Lo itu suka sama, Kiki terus Varo, Lingga, sama Agil terus ketambahan Argi." Osca mengabsen nama-nama cowok yang disukai Hana.

"Sebenernya lo itu sukanya sama siapa sih Han? Banyak banget, gak sekalian lo borong cowok satu sekolahan ini," ucap Jesya heran.

"Gue cuma suka Varo! Gue udah gak suka adek kelas songong itu, apalagi si Lingga sama Agil apalagi sama Argi," ujar Hana menjelaskan pada sahabat-sahabatnya.

"Yakin? Lo kan suka plin-plan," ujar Luna.

"Udahlah males gue bahas ginian, gak penting," ucap Hana meminta untuk para sahabatnya tidak lagi membahas siapa yang ia sukai, karna hingga detik ini Hana saja masih bingung sebenarnya ia menyukai siapa.

"Eh, bentar lagi bel, balik ke kelas yuk," ajak Osca sambil melirik jam tangannya.

"Ya udah yuk," ucap Stevi yang diikuti anggukan oleh tiga sahabanya yang lain.

Mereka pun berjalan menuju kelas sambil bercanda, hingga terkadang membuat orang yang ada di sekitar mereka heran dengan apa yang di tertawakan oleh lima gadis tersebut, selucu itukah? Atau memang selera humor mereka yang anjlok.

***

"Ca, ada yang nyariin lo tuh," ucap Dania pada Osca yang sedang bercanda dengan sahabat-sahabatnya.

"Siapa Dan?"

"Lo liat aja sendiri."

Osca langsung berdiri dari kursinya dan keluar kelas untuk menemui orang yang mencarinya, sampainya di depan pintu ia melihat Fery tengah berdiri di depan kelasnya.

"Lo yang nyari gue?" tanya Osca pada Fery.

"Iya," jawab Fery sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana abu-abunya.

"Ada apa? Nanti mata-mata pacar lo liat bisa perang dunia ketiga," ujar Osca was-was.

"Santai aja, gak bakal."

"Terus lo ngapain ke sini?"

"Pengen ketemu lo aja," ucap Fery dengan santai.

"Kurang kerjaan tau gak lo, bentar lagi bel masuk, gih balik ke kelas."

"Lo ngusir gue secara halus nih ceritanya? Masih pengen sama lo, kita udah lama kan gak ngobrol."

"Tapi waktu lo nyamper gue gak tepat! Ini bentar lagi masuk," ucap Osca sembari memutar bola matanya malas.

"Oke, gue balik ke kelas, tapi nanti lo pulang bareng gue."

"Hah? Lo sehatkan Fer? Rumah lo itu jalan dari sini aja lima menit nyampe, sedangkan rumah gue jauh, udah gitu beda jalur juga."

Fery menggidikkan bahu, "pokoknya nanti lo pulang bareng gue, gak ada penolakan oke."

"Dasar pemaksa! Sinting!" seru Osca yang tidak diperdulikan oleh Fery yang malah melenggang pergi untuk kembali ke kelasnya.

"Dia itu waras gak sih? Lama gak pernah ngobrol, eh sekalinya ngobrol ngajak pulang bareng maksa lagi! Nyebelin banget sih!" gerutu Osca yang masih berdiri de depan pintu kelas.

"Siapa yang ngeselin Ca?" tanya Luna yang tak sengaja mendengar gerutuan Osca saat ingin keluar kelas untuk membuang sampah.

"Fery, dahlah males gue!" ucap Osca lalu kembali masuk ke dalam kelas dengan raut wajah sebal.

"Aneh tuh orang, keselnya ke siapa, ngegasnya ke siapa," ujar Luna heran.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC......

Semoga suka sama part ini:)
See you next part.

Silent Love [on Going] HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang