8.Mulut ember Stevi

32 17 0
                                    

"Aku ini siapa? Hanya pecandu senyummu, bukan penyebab dari senyum itu."
.
.
.
.
.
.

Pertandingan Basket antara kelas 12 IPA 2 dan 11 IPA 1 telah selesai dan berakhir dimenangkan oleh tim Rayen yang berarti tim kelas 12 IPA 2 lah yang masuk final.

Osca tersenyum puas melihat kemenangan Rayen dan kawan-kawannya, apalagi ketika melihat senyum Rayen saat ber-tos ria dengan teman-teman timnya.

Saat sedang memperhatikan Rayen, mata Osca tak sengaja melihat Selin sedang memberikan sebotol air mineral pada Rayen setelahnya tangan Rayen terulur untuk mengacak rambut Selin.

Osca menarik napas panjang lalu kembali menghembuskannya, menahan rasa iri di hatinya. Mengapa Selin bisa semudah itu berada didekat Rayen? Ah Osca lupa, bukankah mereka satu kelas.

"Kak." Panggil Dhea adik kelasnya yang sedang bersamanya.

"Eh iya kenapa dek?" Tanya Osca yang mengalihkan perhatiannya dari Rayen dan Selin kepada adik kelasnya itu.

"Aku mau ke ruang Osis dulu, nanti pertandingan selanjutnya kita digantiin Risa sama Bintang." Ujar Dhea sambil melepas topi yang ia pakai.

"Oh ya udah." Balas Osca.

Setelah Dhea meninggalkannya, Osca kembali melihat ke arah Rayen dkk berkumpul, kali ini tidak ada Selin lagi entahlah mungkin Selin pergi saat ia mengobrol dengan Dhea tadi.

"Samperin dong jangan cuma diliatin." Ujar Stevi yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Osca.

Osca menengok ke arah Stevi berdiri, lalu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Lo gak ada niatan ngelakuin hal yang sama kaya Kak Selin tadi?" Tanya Stevi sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Osca lagi-lagi menggeleng namun kali ini sambil menunduk.

"Ck, lo tuh ya Ca! Sini ikut gue." Ujar Stevi sambi menarik pergelangan tangan Osca. Osca yang terkejut karna tiba-tiba ditarik hampir saja terjungkal jika ia tidak segera menjaga keseimbangannya.

"Mau kemana sih Step?" Tanya Osca.

"Stev Ca! Bukan Step lo kira penyakit?!" Koreksi Stevi karna namanya selalu saja diplesetkan oleh para sahabatnya.

Osca hanya memutar bola mata malas dan tetap mengikuti kemana Stevi menariknya. Sedetik kemudian Osca baru menyadari jika Stevi membawanya menuju di mana Rayen dan teman-temannya sedang berkumpul dengan sesekali tertawa.

"Step! Mau ke mana kampret?" Tanya Osca sambil berusaha melepaskan tangan Stevi yang menarik pergelangan tangannya.

"Ikut aja, lo gak bakal nyesel."

"Ya mau ngapain, kenapa ke situ sih?"

"Tempat Bang Ozy bentar, mau balikin kunci motor."

"Sendiri aja sana, ogah gue." Tolak Osca yang menghentikan langkah kakinya, membuat Stevi yang menariknya ikut berhenti.

"Bentar doang elah, lagian lo jadi bisa ketemu Kak Rayen " Ucap Stevi lalu kembali menarik tangan Osca untuk terue berjalan.

"Malu anjir!" Ujar Osca sambil berusaha menetralkan detak jantungnya, karna akan bertemu Rayen dalam jarak dekat.

Stevi sialan! Sudah tau dirinya tidak bisa bernapas normal saat berada di dekat Rayen, malah menarik-nariknya untuk menghampiri Ozy yang pasti sedang berkumpul dengan Rayen dan teman-temannya.

"Bang, nih kunci motor lo." Ujar Stevi sambil memberikan kunci motor milik Ozy yang sempat ia pinjam.

"Ini temen lo yang kemaren kan?" Tanya Ozy yang malah menanyakan Osca yang sedang menunduk kikuk.

Stevi menganggukkan kepala lalu melihat ke arah Osca lalu kembali lagi menatap Ozy.

"Nunduk mulu perasaan."

"Dia malu." Ujar Stevi dengan santai.

"Malu sama siapa?" Tanya Ozy bingung dengan gadis yang menjadi sahabat sepupunya itu. Memangnya kenapa harus malu?.

"Ada yang dia suka di sini." Bisik Stevi tapi masih mampu di dengar oleh Osca dan mungkin teman-teman Ozy juga.

Osca yang mendengar bisikan Stevi kepada Ozy semakin menundukan kepalanya menyembunyikan pipinya yang tengah merona. Memang pada dasarnya Stevi mulutnya ember, meskipun tidak menyebutkan nama terang-terangan tetap saja Osca malu, apalagi di sini banyak kakak kelas yang lain, lihat saja setelah pergi dari sini Osca akan mengomeli Stevi habis-habisan.

"Siapa?" Kali ini bukan Ozy yang bertanya tapi Sandi yang duduk di samping Ozy.

"Kenapa gak tanya langsung sama orangnya Kak?" Jawab Stevi yang membuat Osca rasanya ingin menyumpal mulut Stevi dengan batu besar yang ada di dekatnya.

"Siapa yang lo taksir di sini dek? Eh siapa nama lo?" Tanya Sandi langsung pada Osca kali ini.

"G-gak ada kok Kak, Stevi bercanda. Namaku Osca." Jawab Osca sambil terus menunduk menahan debar jantungnya saat tak sengaja melirik ke arah Rayen yang ikut melihat ke arahnya. Rasanya sekarang Osca ingin menghilang saja.

"Em udah ya kita mau pergi dulu, Bang Ozy makasih." Ucap Stevi sambil tersenyum puas karna sudah mengerjai Osca, lebih tepatnya bukan mengerjai ia hanya ingin membantu Osca mengatakan isi hatinya walaupun secara tidak langsung, yah walaupun harus sedikit membuat sahabatnya itu malu.

Setelah menjauh dari para seniornya itu, Stevi yang menarik tangan Osca berhenti melangkahkan kakinya karna merasakan bahwa Osca berhenti berajalan.

"Aduh ngapain berhenti di sini sih Ca?" Tanya Stevi sambil melepaskan cekalan tangannya pada pergelangan tangan Osca.

"Gue kesel sama lo Step!" Seru Osca sambil mengankat kedua tangannya seolah ingin mencakar Stevi sambil menggeram.

"Ck, masalah tadi? Lagian Kak Rayen juga gak tau gitu." Balas Stevi yang membuat hati Osca tercubit karna benar kata Stevi, Rayen tidak perduli.

"Tapi gue malu ditanya-tanya sama Kak Sandi." Ujar Osca masih dengan raut kesalnya.

"Duh Osca, udah deh lagian itu cuma candaan doang."

"Candaan pala lo botak! Tetep aja gue malu Stepi, dah ah kesel gue sama lo!" Ucap Osca lalu berjalan mendahului Stevi yang menghela napas pelan sambil menatap Osca yang sedang ngambek padanya, padahal niatnya kan baik ingin mendekatkan Osca dengan Rayen, eh malah berakhir begini dan yah Rayen hanya melirik Osca sekilas tadi. Padahal tadi posisi Osca berdiri hanya berjarak satu meter dari tempat Rayen duduk.

Jika begini Stevi jadi kesal sendiri dengan seniornya satu itu, makhluk macam apa tidak peka sama sekali seperti dia, tapi salah Osca juga kenapa menyukai manusia batu seperti Rayen jadi jangan salahkan jika rasanya tidak terbalas.














.
.
.
.
.
.
.
.
.
Annyeong haseo!
Gimana kali ini? Sudah kesel sama mulut ember Stevi? Atau malah kesel sama Rayen yang gak peka-peka?

Yuk ah votemment biar aku makin semangat buat ngelanjut cerita ini.

See you next part guys:)

Silent Love [on Going] HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang