"Kalau mau senyum, senyum aja kali, Kak Rayen sekarang gak bakal liat." Bisik Jesya yang hanya bisa didengar oleh Osca dan Stevi. Sedetik setelahnya senyum Osca mengembang tidak dapat ia tahan lagi.
Stevi dan Jesya yang melihat senyum bodoh Osca hanya geleng-geleng kepala, dengan Stevi yang menyenggol lengan Osca berniat menggoda sahabatnya itu.
"Gue boleh kayang sekarang gak sih?" Tanya Osca dengan suara berbisik pada dua sahabatnya itu.
"Kalau mau kesurupan jangan di rumah gue Ca." Ledek Stevi lalu setelah itu tertawa.
Mendengar penuturan Stevi, Osca langsung menekuk wajahnya sebentar dan setelah itu ikut tertawa bersama Jesya dan Stevi.
"Luna sama Hana lama amat sih, udah laper nih gue." Ujar Jesya mengeluh karna Luna dan Hana belum kembali dari membeli seblak pesanan mereka, sambil mengusap perutnya pertanda ia sudah lapar.
"Sabar kali, siapa tau rame yang beli jadi ngantri," ucap Stevi.
Hening, mereka--Osca, Stevi, dan Jesya-- tidak ada lagi yang mengobrol ataupun bercanda lagi. Hingga akhirnya Luna dan Hana datang membawa plastik berukuran sedang berisi beberapa bungkus seblak pesanan para sahabatnya.
"Akhirnya dateng juga, lo tau Lun? gue hampir mati kelaparan gara-gara nungguin lo berdua," ucap Jesya lebay.
"Yah, Han coba tadi lamain lagi biar Jesya tewas dulu." Ujar Luna bercanda yang membuat para sahabatnya tertawa kecuali Jesya yang menjadi bahan ledekan.
"Jahat lo pada sama gue!" Dengus Jesya lalu mengerucutkan bibirnya.
"Gue mau ambil mangkuk dulu." Ujar Stevi lalu berjalan menuju ke dapur mengambil mangkuk dan sendok untuk mereka makan.
"Lun lo mau tau gak?" Tanya Stevi yang baru kembali dari mengambil mangkuk.
"Apaan?" Jawab Luna yang mulai kepo.
"Ada Kak Sandi di sini,"
"APA?!" Teriak Luna sampai-sampai keempat sahabatnya menutup telinga menggunakan tangan mereka, karna takut gendang telinganya pecah akibat suara Luna yang hampir mirip seperti suara petir.
"Bisa gak sih gak usah teriak gini kebiasaan!" Omel Osca sambil mengambil mangkuk untuk ia menuangkan seblaknya.
"Kok bisa? Lo semua bohong kan?" Tanya Luna yang tak menghiraukan omelan Osca mengenai teriakkannya.
"Mana? Kalau ada pasti dia di sini." Ujar Luna lagi tidak percaya pada sahabatnya.
"Serah lo, paling juga nanti kalok ketemu sok malu-malu monyet!" Cibir Jesya lalu meniup-niup seblaknya yang masih panas.
Tidak ada yang bicara lagi mereka berlima sibuk menikmati seblak mereka masing-masing.
****
"Ngapain nih kita bertiga?" Tanya Sandi yang sedang tidur-tiduran di atas karpet bulu milik Stevi.
"Mabarlah," jawab Ozy.
"Gak apdol nih gak ada makanan." Ujar Sandi sambil bangun dari posisi rebahannya menjadi duduk.
"Makan aja isi otak lo!" Cibir Rayen sambil memainkan ponselnya, ya apalagi jika bukan bermain game online.
"Halah, nanti juga kalo ada makananya pasti lo ikutan ngunyah," ucap Sandi.
"Bukan rumah gue, jadi gak bisa ngambil makan seenaknya." Ujar Ozy sambil melempar-tangkap bantal berbentuk hati yang pastinya milik Stevi sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [on Going] Hiat
Teen FictionPernah meyukai senior di sekolahan? Aku yakin kalian pernah berada pada fase di mana menyukai kakak kelas tapi tidak berani mengungkapkannya, seperti Osca satu tahun mengagumi seniornya Rayen Aldebaran secara diam-diam hingga akhirnya diketahui oleh...