"Ca, ngebutan dikit dong, udah telat kita!" Seru Hana yang berada diboncengan motor yang dikendarai Osca.
"Ngebut gigi lo rontok! Lo ngajak mati?" Balas Osca yang kesal karna dari tadi Hana terus mengomel menyuruhnya menambah kecepatan motornya, padahal bagi Osca ini sudah cukup ngebut.
"Duh Ca, buruan dong!" Seru Hana lagi.
"Han, mending lo diem, gue jadi gak fokus ini!"
Akhirnya mereka berdua sampai di depan gerbang sekolah yang untungnya masih terbuka, sehingga Osca langsung saja mengendarai motornya masuk dan memarkirkan motornya. Setelah itu, Osca dan Hana sedikit berlari kecil untuk menuju ke kelasnya yang sedikit jauh dari area parkir.
Saat kedua gadis itu sampai di depan pintu kelas, mereka berdua belum melihat guru yang mengajar memasuki kelas, keberuntungan lagi bagi mereka berdua.
Dengan napas yang tidak teratur karna habis berlari-lari demi menuju kelasnya, Osca dan Hana berjalan santai menghampiri bangku mereka masing-masing.
"Heh, lo berdua ngapain coba? Kaya abis dikejer setan." Tanya Stevi yang sedang duduk bersama Luna di bangkunya.
Kedua gadis yang ditanyai itu sama sekali tidak menggubris pertanyaan Stevi yang sangat tidak penting, lagi pula apa ia tidak melihat sekarang sudah jam berapa?.
"Anjir gue dikacangin." Ujar Stevi yang merasa diacuhkan.
"Sabar Step, orang sabar kuburannya dikasih kipas angin." Ucap Luna asal, yang malah membuat Stevi makin kesal.
"Jidat lo dikasih kipas angin!" Ketus Stevi yang mendengar pernyataan Luna yang tidak masuk akal itu.
***
Jam istirahat adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa-siswi disaat bosan mendengarkan guru yang sedang menerangkan materi, apalagi jika cacing-cacing di perut yang mulai meronta-ronta.
Tapi kali ini Osca dkk, tidak pergi ke kantin karna malas, mereka memilih berdiam diri di dalam kelas sambil lesehan di lantai bagian belakang kelas yang lumayan lebar, sambil bercerita tentang gebetan mereka.
Tiba-tiba Hana menepuk pundak Osca dengan sedikit kuat hingga Osca yang ditepuk mengaduh.
"Aww, apaan sih Han?" Tanya Osca sambil memegang bahunya yang terasa linu karna bekas dipukul Hana.
"Lo liat Varo deh." Ujar Hana dengan excited.
"Ngapain? Emang Varo kenapa? Idungnya ilang?" Tanya Osca dengan nada malas.
"Dia mirip Kak Rayen, Osca!" Ujar Hana yang langsung membuat Osca melihat ke arah Varo yang sedang duduk di kursinya dan bercanda dengan teman-temannya.
Osca hampir saja berteriak jika saja Hana tidak buru-buru membekap mulut Osca dengan tangannya.
"Astaga Hana, dari samping mirip banget!" Seru Osca sambil memukul-mukul paha Hana.
"Mirip sih mirip tapi gak usah mukul-mukul juga keles!" Ucap Hana sambil menahan tangan Osca yang ingin kembali memukul pahanya, memangnya Osca kira paha Hana samsak tinju yang bisa dipukul seenaknya apa?.
"Ehe, ya maap abis kaget hehe." Ujar Osca diiringi cengiran khasnya di akhir kalimatnya.
"Tapi, awas lo sampe naksir Varo." Peringat Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [on Going] Hiat
Teen FictionPernah meyukai senior di sekolahan? Aku yakin kalian pernah berada pada fase di mana menyukai kakak kelas tapi tidak berani mengungkapkannya, seperti Osca satu tahun mengagumi seniornya Rayen Aldebaran secara diam-diam hingga akhirnya diketahui oleh...