19.Salah tingkah

16 6 0
                                    

Pagi ini jam pertama kelas 11 IPA 4 sedang melangsungkan pelajaran Seni Budaya, yang diajarkan oleh Bu Elsi

"Ayo yang namanya Ibu panggil nyanyi, maju ke depan," ujar Bu Elsi sambil membuka absen.

Ya, minggu lalu memang Bu Elsi memberikan tugas pada murid 11 IPA 4 untuk bernyanyi dan memainkan alat musik.

"Osca, ayo maju," ucap Bu Elsi saat menyebutkan nama Osca untuk maju dan bernyanyi.

Osca benar-benar gugup karna harus maju pertama, ia berdiri dari bangkunya dan mulai berjalan ke depan kelas.

"Bisa sambil main gitar?" tanya Bu Elsi pada Osca yang sudah berdiri di depan kelas.

Osca mengangguk, "Bisa Bu." Lalu berjalan ke bangku Agil untuk meminjam gitar milik Agil yang sengaja dibawa.

"Tolong ambilin satu kursi taruh di depan," ucap Bu Elsi menyuruh siswa-siswi lain.

Dengan cekatan Luna berjalan ke belakang untuk mengambil kursi kosong yang tidak terpakai lalu meletakkannya di depan. Sekarang Osca sudah duduk di kursi yang tadi ditaruh di depan kelas oleh Luna, sedikit gugup karna ini pertama kalinya ia memainkan alat musik sambil bernyanyi di hadapan guru dan teman sekelasnya.

Osca mulai memetik gitar dan memainkan intro lagu Perpisahan termanis milik Lovarian.

"Bila nanti kita berpisah jangan kau lupakan kenangan yang indah kisah kita..." Osca mulai menyanyikan lirik lagu tersebut sambil terus memetik senar gitarnya.

Teman-teman sekelasnya diam mendengarkan suara Osca yang tidak begitu bagus, tapi tidak pula fals cukup enak terdengar ditelinga apalagi diiringin suara dari gitar yang Osca mainkan.

Banyak dari teman-temannya yang ikut bernyanyi tanpa suara, ada yang hanya mendengarkan, ada pula yang terbawa suasana dari lagu yang dinyanyikan Osca, seperti Jesya saat ini yang matanya mulai berkaca-kaca karna teringat perpisahannya dengan mantan pacar terindahnya saat SMP dulu.

"..jadikan ini perpisahan yang termanis yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu... Semua berakhir tanpa dendam dalam hati maafkan semua salahku yang mungkin menyakitimu." Osca menyanyikan lirik terakhir dari lagu tersebut dengan memejamkan matanya.

Sedangkan Bu Elsi mulai bertepuk tangan dan diikuti oleh seluruh penghuni kelas. Osca membuka matanya dan berdiri lalu kembali ke bangkunya.

"Oke selanjutnya Argi," ujar Bu Elsi dan menyebutkan nama Argi untuk tampil bernyanyi di depan.

Dengan tidak siap Argi maju ke depan sambil membawa gitar milik Agil yang tadi dipakai Osca.

Tok..tok

Seluruh penghuni IPA 4 termasuk Bu Elsi dan Argi yang sudah duduk di depan menengok ke arah pintu kelas yang terbuka.

"Permisi Bu," ujar Ginda--orang yang tadi mengetuk pintu--sambil masuk ke dalam kelas.

Setelah menyalimi Bu Elsi, Ginda yang merupakan siswi kelas 11 IPA 2 tersebut menyampaikan maksud kedatangannya pada Bu Elsi, setelah itu berbicara di depan kelas.

"Temen-temen yang ikut Olimpiade dimohon sekarang kumpul di kelas yang kosong yang di samping kelas duabelas IPA dua, terima kasih," Ucap Ginda lalu mengucapkan terima kasih juga pada Bu Elsi.

Setelah itu, siswa-siswi 11 IPA 4 yang mengikuti Olimpiade berdiri dari bangkunya dan meminta izin pada Bu Elsi untuk keluar dari kelas. Yang mengikuti di antaranya Osca, Hana, Luna, Stevi, Jesya, Syarif, dan Dania

Ya, Osca dkk memang mengikuti olimpiade, dengan Osca, Hana dan Jesya yang ikut bidang Astronomi, Luna dan Stevi bidang TIK, Dania bidang Biologi, dan Syarif bidang Fisika.

Saat sedang berjalan beramai-ramai dan melewati kelas 12 IPA 2 yang kebetulan para penghuninya yang sedang melaksanakan try out keluar dari ruangan.

Dan saat itu pula iris mata Osca bertubrukan dengan iris mata dari kakak kelas yang dikaguminya. Spontan Osca langsung menundukkan kepala untuk menahan debaran jantungnya yang menggila, Osca selalu salah tingkah setiap kali tidak sengaja bertatapan muka dengan Rayen Aldebaran, ia tidak suka ketika pipinya memerah tiap kali menatap mata Rayen. Padahal Rayen saja tidak perduli dengan pipi Osca yang memerah, bahkan tidak tahu memang dasar Osca saja yang salah tingkah.

Saat sudah sedikit jauh dari Rayen Hana yang berjalan di samping Osca menyenggol lengannya, Osca pun menengokkan kepalanya yang masih tertunduk kepada Hana.

"Kenapa nunduk coba? Dasar aneh!" ucap Hana saat Osca menengok padanya.

"Malu Han, sumpah gue malu banget ketemu dia," balas Osca sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Harusnya tadi lo gak usah nunduk supaya bisa liat muka dia dari deket."

"Gue bilang gue malu, gak pede tau ketemu dia apalagi di jarak sedeket itu."

"Dasar aneh!" cibir Hana yang bingung dengan sikap sahabatnya yang satu ini, katanya naksir dengan Kak Rayen tapi giliran bertemu malah menudukan kepala, di mana-mana orang itu kalau suka ya kasih senyum atau nyapa lah Osca malah buang muka.

Tapi ya sudahlah biarkan saja  namanya manusia kan berbeda-beda cara mengagumi seseorang termasuk Osca, jika cewek-cewek lain akan memberikan senyum dan menyapa atau bahkan berteriak histeris ketika berpapasan dengan cowok yang disukai sebaliknya Osca malah akan menundukkan kepala dan tidak berani menyapa, jangankan untuk menyapa memberikan senyum saja rasanya Osca tidak percaya diri.

Itulah Osca, ia memang berbeda di antara para sahabat maupun teman-teman sekolahnya. Ia lebih suka menyimpan semuanya sendirian, disaat gadis lain berlomba-lomba memberi kode pada gebetannya agar peka Osca hanya diam dan berharap dalam diam agar Kakak kelasnya itu peka dengan sendirinya tanpa perlu dikode ini itu, sebenarnya bisa saja Osca melakukan pendekatan dan semacamnya  tapi lagi-lagi rasa percaya dirinya tidak cukup untuk mendekati Rayen.

Baru ditatap saja pipinya sudah memerah, baru disenyumi saja sudah salah tingkah, baru diberi ucapan selamat saja sudah girangnya minta ampun. Duh, apalagi jika Rayen peka terhadapnya, mungkin Osca sudah koprol sambil tersenyum hingga giginya kering.

Tapi untuk membuat Rayen peka Osca sepertinya tidak mampu, ia terlalu pemalu. Bagi Osca, Rayen itu terlalu emas untuk dirinya yang hanya serbuk marimas.



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku hanya serbuk marimas buat kamu yang emas:(
Huuu sad banget sih Ca.

Aku rasa part ini gak banyak dialog ya? Ada typo gak sih?
Aku suka kesel kalau udah dicek teliti banget eh pas dipublikasi ada typo nyempil. Maklum ya aku ngetiknya make Hp kentang:v

Ih gimana part ini? Suka gak? Semoga kalian suka ya, see you:)

Tbc...

Silent Love [on Going] HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang