Sejak Sajak Sejuk Hadir.

67 3 0
                                    

(Genre: Surealisme)

Sajak yang tumbuh dari dasar.
Memuntahkan senja yang merana.
Tersirat dari pujangga.
Aksara menepi di bibir-bibir pantai.
Berkarat di sum-sumnya.

Seteguk lara yang melambai.
Raga yang ragu kian tercapai.

Bunga kering, langit tumbang, kapas yang menyambar.

Sejak itu.
Sajak itu.
Sejuk itu.
Hadir.

Seandainya negeriku serupa rahim ibu.
Aku menjadi begitu baik bahwa setelah beberapa saat garis kabur antara kebenaran dan fiksi saya.

Hahaha..Sejak Sajak Sejuk Hadir.

Agresi oleh negara lain.
Kupu kupu berenang kepermukaan.
Tatih yang melatih seraya tertatih.
Mati saja hati yang terus meraung.

Ketika tinta pengkhianatan tumpah diatas aksara kisah.
Fotoku dan dirinya sudah menjadi bola kertas.
Mobil kol tua melaju kencang di jalanan berbelok.
Malam ini biarlah lelah tubuh tersandarkan di pelantaran.

Seperti kata "semeru" seolah terpatri kuat.
Entah bagaimana caranya, aku akan menemukan jalan.
Sore berganti malam.
Singgahlah ke kapal.
Makin aku merasa siap, desir ombak terus berharap tidak menurunkan hujan.

Pagi ini terasa begitu dingin.
Bukan dari angin.
Tapi dari fakta.

Gerimis yang masih betah merintik.
Dapat terlihat diujung horizon yang mulai menguning.
Ombak mampu bercumbu dengan pasir putih.
Tapak jejak yang segera terhapus oleh gelungan gelombang.
Lalu terimakasih.
Dan terimakasih.
Lagi terimakasih.

Terimakasih sudah hadir.

Lalu pergi.

Ternyata hadirmu tidak membawa apapun.

Justru pergimu membawa ribuan hal.

Pedih, perih, luka, cedera, cacat, berkulur, nestapa, rindu, dukacita, gelebah, gelisah, gulana, sungkawa, pelajaran, pengalaman, pengetahuan, dan ilmu yang bermanfaat.

Terimakasih.

Sejak sajak sejuk hadir.

Lalu pergi.

Terimakasih.

DiaryOnline.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang