Mentari dimatamu, Belati dihatimu.

77 2 0
                                    

Baiklah ku akui, aku yang paling kuat mengingat memang adalah yang paling merasa kehilangan. 
Itu karena aku menaruhmu terlalu dalam di hati. Sehingga untuk menghapusmu, aku seperti harus menyakiti diri sendiri. 
Bukan aku terlalu lemah untuk melupa. Tapi kau yang terlalu dalam menancapkan rasa bahwa kau adalah segalanya.
Tapi aku salah, percaya terlalu cepat. Kau dengan isi kepala mu yang sesungguhnya ternyata tentu bisa semudah itu. Ingat, saat Engkau yang mengambil paru-paruku. Tapi kau juga yang bertanya kenapa aku tercekik kehabisan udara.
Ingatan tentangmu itu seperti hujan, tak menyakiti, tak melukai. Dirinya hanya datang untuk membasahi hati dengam sendu, lalu beranjak pergi menghasilkan rindu. 
Aku seperti pekerja berat dan kau seperti waktu. Melihat sebentar kenangan bahagia kita dulu meronta seharian di kepala. Melihatmu sudah menemukan penggantiku, tiap satu detik dalam pejam terasa seperti berjam-jam.
Karena hatimu seperti rumah tak berpintu, kau persilahkan siapa saja untuk masuk. Sedangkan aku seperti jam dinding dirumahmu, kau melihatku ketika kau ingin membunuh waktu. 
Aku tau aku salah mencintai seorang seperti kau, dan kutau kau seharusnya tidak akan pantas mendapatkan siapapun. Mencintai itu bukan perihal siapa yang "paling" tapi ini perihal siapa yang "saling".
Dulu aku pernah berpikir untuk mematikan engkau dihatiku.
Kau yang bilang untuk tidak usah tergesa-gesa. Tergesa-gesa hanya akan membawamu pada pada hati yang salah. Buru-buru mencari tempat rebah, hanya akan membawamu ke banyak tempat singgah. 
Tapi kau pula yang tidak betah untuk menetap disatu tempat dan memutuskan untuk berkelana lagi.
Benar kata pepatah. Ketika kau telah memutuskan untuk jatuh Cinta, selalu siapkan satu tempat dihati untuk sakit hati dan terluka. 
Jatuh Cinta itu berarti memberikan izin kepada seseorang untuk menghancurkan hatimu kapan saja. Dan kepercayaanmu, adalah belati yang di genggamnya. 
Dan aku yang merasakan itu, dan bodohnya aku tidak menyiapkan kemungkinan terburuk untuk itu, kau yang begitu terlihat sempurna membuatku mencoba menepis semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Aku sudah yakin.
Lalu kau pergi.
Dan dari perihnya kepergian mu yang kau putuskan sepihak, kau masih menyisakan hal hal yang lebih menakutkan lagi. Yaitu adalah perpisahan yang menyisakan tanda tanya. Sehingga aku melangkah tak benar-benar pergi. Singgah di lain hati tetap terasa seperti masih sendiri. Seperti ada yang masih belum selesai. Dan itu menyiksa sekali, terlebih ketika kau sadar bahwa tak akan ada lagi kesempatan untuk meminta penjelasan. 
Aku harap aku akan berhasil kembali berdiri, melihat bayang bayang diri yang mulai meninggalkan sisi belakang lalu berputar mengartikan bumi pun mengitar.
Aku yakin cinta tak datang pada yang mencari. Cinta datang pada mereka yang siap menerima. 
Suatu saat aku akan menemukan mu. Mu yang lain yang tidak seperti Mu yang pergi. Sabarlah Mu, aku juga sedang berusaha mencapai ke sana secepat yang aku bisa. 
Memang yang terbaik, lahir dari yang di perbaiki. Bukan yang lahir dari cara meninggalkan demi mencari yang lebih baik. Tapi ketahuilah dan percayalah tidak untuk semua hal bisa diperbaiki, ada beberapa hal yang memang sudah rusak atau sekedar tidak pas. Seperti potongan puzzle yang dipaksa untuk berdempetan. Kita sama sama puzzle, aku puzzle pojok kanan atas, kau puzzle pojok kiri bawah.
Doaku hanya satu ketika suatu saat nanti kita kembali tidak sengaja bertemu.  Aku ingin melihatmu seperti sesosok manusia biasa sebagaimana aku pertama kali melihatmu dulu. Bukan seperti sesosok puisi sebagimana aku melihatmu sekarang, yang setiap kali ku lihat kata kata itu akan otomatis terbaca dan membiru kembali dikepala.
Entah ini salah siapa, aku pun tak tau.
Kau yang terlalu jahat, atau aku yang bodoh tidak membuatkan tempat dikepala ku jika tiba tiba kau berbuat jahat.
Aku benar benar tau, bahwa ada kalanya keadaan memang hanya sekadar mempertemukan, bukan mempersatukan. Memberikanmu pelajaran baru, menjadikanmu sedikit lebih dewasa dalam pemahaman bahwa dekat tak selalu berarti terikat.
Tapi aku tak percaya ternyata kisah seperti itu hadir darimu.
Aku adalah si pemaaf yang tak kenal lelah dan kamu adalah sipemberi luka yang tak pernah merasa bersalah.

~Siapapun yang tidak sengaja membaca ini, semoga cepat sembuh patah hatinya, semoga lekas pulih rasa traumanya, dan semoga semesta membantumu menemukan seseorang yang terbaik, tulus dan mencintai apa adanya kamu.

DiaryOnline.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang