Merelakanmu adalah ujian ikhlas yang tak pernah punya batas.
Perihal melupakanmu, perlahan menjadi sebuah episode tanpa ujung.
Kepingan bersamamu terus hidup bagai komedi putar yang terus bergulir.
Seakan tak mau berhenti.
Kelap-kelipnya seakan makin bersinar diujung pikiran.
Dulu aku pernah bilang mencintaimu adalah hal muskil.
Tapi sekarang, justru melupakanmu menjadi hal mustahil.
Seiring langkah menapaki jalan, ada jejak kenangamu yang tak pernah menghilang.
Kebiasaan yang sering kita lakukan, kini digantikan dengan orang lain.
Mulai melakukan repetisi yang sama dengan orang yang berbeda.
Semakin membuatku merasa kehilangan.
Disaat aku merasa sepi, aku benar benar kosong.
Mencari tahu tentang kehidupanmu justru menjadi sebuah kesalahan fatal.
Terus terjebak dengan memori masa lalu yang tak akan membuatku maju.
Di titik ini, aku masih merasa milikmu.
Kamu apa kabar?
Sudah bahagia?
KAMU SEDANG MEMBACA
DiaryOnline.
Teen FictionIni adalah sebuah baca'an sederhana. Untuk orang-orang yang terlalu menganggap berat membaca filsafat, dan terlalu menganggap enteng sebuah cerpen. Ini bukan novel, bukan juga cerpen, apalagi antologi puisi. Bukan. Ini hanya tulisan. Tentang kawan d...
