"Suka lo."
Aku mematung sejenak, "Suka gue?" Ulangku.
"Hm." Balasnya singkat.
"Terus, kenapa kita putus?" Tanyaku heran.
"Emang gue yang mutusin?" Ia balik bertanya.
"Tapi kan lo bisa ngajak gue balikan!" Balasku tak mau kalah.
"Ngajak lo balikan sedangkan lo aja masih bingung sama perasaan lo sendiri? Gue cari penyakit namanya," Jawab Lutfi santai.
Aku diam. Malas. Selalu saja kalah.
"Kok diem?" Ia bertanya lagi.
"Gak tau mau ngomong apa." Jawabku jujur.
Lutfi tertawa lepas sekali, "Jadi, lo ngambek?"
Aku menggeleng.
"Harusnya lo belajar dari masalah kita, kita kayak gini karena lo yang gak terbuka sama gue."
"Apa hubungannya?" Protesku.
"Kalo marah bilang marah. Kalo gak suka bilang gak suka. Kalo mau apa-apa, bilang. Gue bukan Tuhan yang bisa tau semua isi hati lo, Nin. Cowok itu bukan budaknya perempuan. Sampe sini, paham?"
"Gue gak marah. Gue cuma males berdebat sama lo. Udah, itu aja."
Lutfi hanya mengangkat bahunya kemudian fokus dengan jalanan di depannya.
"Fi?" Panggilku.
"Ya?"
"Gue masih sayang sama lo. Kasih gue kesempatan, bisa?"
Diam. Lama sekali.
"Lutfi, jawab!" Desakku.Lutfi memberhentikan motornya di pinggir jalan, ia menatapku sambil tersenyum, "Nin, gue gak akan pernah bisa nyembunyiin fakta kalo gue juga masih sayang sama lo. Sayangnya, ada banyak resiko yang harus gue pertimbangkan buat ngasih lo kesempatan lagi, Nin. Keadaannya udah gak semudah dulu lagi, ini jauh lebih rumit dari yang lo tau."
"Maksudnya?"
"Tunggu hati gue mantap lagi. Hati gue lagi gak karuan sekarang." Jawab Lutfi jujur.
"Karena gue?" Tanyaku.
"Dan Manda."
"Oh, jadi bener ya berita kalau kalian lagi deket?" Tanyaku berusaha tersenyum.
Lutfi mengangguk, "Tapi saat bareng Manda gue gak pernah ngerasain apa yang gue rasain saat sama lo."
"Jadi?" Tanyaku.
"Tunggu gue selesain semuanya dulu. Dan tugas lo, yakinin hati lo sekali lagi kalau lo gak salah udah milih gue."
Aku mengangguk, "Tapi, jangan lama-lama dong, hati juga ada kadaluarsanya kali."
Ia tersenyum menatapku, kali ini lama sekali, aku sampai menundukkan wajahku karena malu. Ia memang sedahsyat itu.
"Jalan lagi gak nih?" Tanya Lutfi.
Aku hanya mengangguk, tak berani menatapnya.
________
Aku duduk sendirian di kantin sekolahku, bel pulang sudah berbunyi hampir satu jam yang lalu. Semua siswa sudah pulang, hanya tersisa beberapa. Semalam Manda mengirimkanku pesan melalui akun instagram ku, meminta untuk berbicara setelah pulang sekolah.
"Hai, Nin!" Sapa Manda.
"Eh, hai! Langsung aja kak," Aku tak ingin berlama-lama.