3 : Gak suka?

139 47 8
                                        

Hari senin pagi dengan ditemani hujan rintik, upacara tidak diadakan. Semua siswa bersorak senang, jam pelajaran dimajukan dan bel pulang sekolah juga jadi lebih cepat.

Aku duduk di tempat dudukku tanpa pergerakan, tanpa ekspresi dan menyebarkan aura menyeramkan untuk seisi kelas. Setiap kali kedatangan tamu bulanan, seperti inilah aku. Menjadi lebih menyeramkan dari guru killer yang ditakuti satu sekolah.

Renata sedari tadi tidak berani mengusikku, ia sibuk mengotak-atik handphone miliknya yang kuyakini tidak ada hal penting di dalamnya.

Sesekali ia melirikku takut, percayalah aku sangat ingin tertawa melihat ekspresi ketakutannya barusan. Namun, apalah daya nyeri di perut ini membuatku tak berdaya, sekedar tertawa saja tidak bisa.

"Re, kantin yuk!" Ajakku.

"Ngapain?" Pertanyaan paling bodoh yang pernah ku dengar dari mulut si bloon, Renata.

"Lo kalo ke kantin ngapain? Gali kubur?" Balasku kesal, Renata membodoh di waktu tidak tepat.

Ia nyengir kemudian menjawab dengan semangat menggebu, "Ayok makan!"

Aku segera berdiri dan sedikit menahan nyeri di perutku, lalu berjalan beriringan dengan Renata menuju kantin.

"Lo mau makan apa? Gue pesenin aja, lo duduk sana!" Renata setengah berteriak, ya karena saat ini kantin memang sedang ramai.

"Samain, Re. Gue tunggu disana ya!" Jawabku sambil menunjuk bangku panjang berwarna putih di pojok kantin.

Aku duduk di bangku panjang berwarna putih yang warnanya sudah mulai pudar di pojok kantin, ditemani dengan sahabat keduaku setelah Renata, handphone.

Aku membuka grup alumni dan larut dalam obrolan bersama teman-teman SMP-ku, mereka masih sama menyenangkan. Rasanya aku tak butuh apapun lagi, mereka kebahagiaanku yang sesungguhnya.

Namun, kebahagiaanku seketika sirna. Masih ingat dengan pria menyebalkan yang mengejekku waktu itu? Siapa namanya? Oh iya, Aldean! Dengan cengiran tanpa dosanya ia duduk disebelahku dan hanya berjarak sekitar 5 cm.

Tuhan, tolong musnahkan pria menyebalkan yang bernama Aldean sekarang juga!

"Ngapain? Kerasukan tau rasa lo!" Katanya memulai obrolan sok akrabnya.

"Urusannya sama lo apa?" Balasku sengit.

"Gue cuma gak mau satu sekolah heboh gara-gara lo kerasukan! For your information sih ya, sekolah ini emang rawan kerasukan!" Ya. Ia menakutiku, tapi sayangnya aku tidak pernah takut dengan hal berbau ghaib.

Ia beranjak kemudian meninggalkanku dan berucap, "Hati-hati lo, gue udah bilangin." Wajahnya serius saat mengucapkan kalimat itu, aku sedikit merinding, tapi cepat-cepat aku usir jauh-jauh ketakutanku.

Sepertinya kali ini aku harus berterimakasih banyak pada Tuhan karena ditengah ketakutanku, Renata berjalan ke arahku dengan membawa dua mangkuk mi ayam.

Eits, tunggu dulu! Tidak. Lagi-lagi aku dipermainkan oleh semesta, beberapa centimeter dari Renata, berdiri pria menyebalkan yang menakutiku tadi. Belum selesai sampai disitu. Aldean juga membawakan dua botol air mineral yang kuyakini milik aku dan Renata.

Renata, mau cari mati lo?!

"Hai, Nin. Nih, mi ayamnya!"

Aku segera mengambil mangkuk mi ayam yang diberikan Renata dan berjalan dengan cepat menuju kelas, terserah dengan keberadaan Aldean, aku tidak peduli. Yang aku ingin sekarang hanya cepat-cepat sampai di kelas dan makan dengan tenang.

Hai, Kamu... [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang