5 : Perpustakaan

104 29 2
                                    

"Suka baca buku ya?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Aldean.

Ya. Setelah bel istirahat berbunyi tadi, ia datang ke kelasku dan mengajak ke perpustakaan dengan tawaran menggiurkan 'di perpustakaan banyak novel baru'.

Dan disinilah aku berakhir, dikelilingi rak buku dan ditemani obrolan sederhana dengannya.

"Iya, baca novel sih lebih tepatnya." Jawabku sambil mencari novel yang kuinginkan.

"Lusa ke gram*dia, mau?" Ajaknya.

"Boleh tuh," Sial, aku tak pernah bisa menolak jika sudah tentang novel.

"Lusa ada bazar gitu katanya,"

"Loh, tau darimana? Emang lo suka ke toko buku ya?" Tanyaku penasaran dengan ia yang sepertinya lebih sering ke toko buku dibandingkan aku.

"Nggak. Gue ke toko buku cuma 4 kali. Dan itu selalu dipaksa sama teman-teman satu kelompok gue karena dikasih tugas sama beberapa guru," katanya dan diakhiri dengan cengiran menyebalkan.

"Terus lo tau darimana kalau lusa ada bazar?"

"Dari instagram."

"Lo follow instagram accountnya gram*dia ya?"

"Nggak, gue stalk doang."

"Kurang kerjaan banget lo stalking akun instagramnya toko buku," ledekku.

"Spesial buat lo." Ia menatapku untuk pertama kalinya.

Entah ini pertama kali atau kesekian kali ia menatapku, yang jelas ini pertama kalinya aku menyadari ia sedang menatapku. Dan kalau ingin jujur, tatapannya teduh sekali.

"Ga jelas lo!" Balasku berusaha bersikap biasa saja.

"Gue mau tanya serius deh,"

"Apa?"

"Lo beneran gak baper sama gue?"

Pertanyaan konyol jenis apa itu?

"Nggak." Aku menjawab cuek.

"Kok gitu?"

"Ya gitu."

"Padahal biasanya gue deketin cewek gampang-gampang aja deh,"

"Lo pamer?" Tanyaku dengan tatapan kesal.

"Gue cuma mau lo tau, gue beneran suka sama lo."

"Udah berapa cewek yang jadi korban lo?"

"Maksud lo apa sih, Nin?"

"Cowok yang gampang banget bilang suka kayak lo ini nih, perasaannya gak akan tahan lama." Kataku sinis.

"Perasaan gue permanen kok buat lo!"

Aku menertawakannya. Bullshit.

"Gue ke kelas duluan!" Ya. Setelah mengambil satu novel yang mencuri perhatianku, aku memutuskan untuk menghindari obrolan yang tidak lagi 'sederhana' itu, melainkan sudah masuk tahapan rumit.

———

Kalau dipikir-pikir, Aldean itu kurang kerjaan sekali ya? Dia tidak punya kegiatan lain selain menggangguku?

Dan perihal ia yang 'katanya' menyukaiku, aku hanya menganggap itu angin lalu. Pria yang mudah sekali bilang suka, pasti juga akan mudah meninggalkan dengan alasan bosan.

Bingung. Dia itu maunya apa sih?

"Dia itu maunya hati lo, Nin."

Hai, Kamu... [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang