4 : Hari yang melelahkan

134 35 3
                                    

●Happy reading●

««»»

Hari sabtu yang menyenangkan, berdiam di rumah dengan ditemani laptop kesayanganku dan tak lupa dengan cemilan favorit tentunya. Dan semenjak kejadian kemarin, aku merasa sudah bebas dari pria bernama Aldean. Terimakasih, Tuhan!

Namun, yang menyebalkan adalah perasaan bersalah yang menghantuiku sejak kejadian itu. Tidak apa-apa aku tidak bisa membalas perasaannya, itu sama sekali tak masalah. Toh, hati tidak bisa dipaksakan, bukan?

Nah, yang jadi masalah adalah caraku menolak yang sepertinya terlalu kasar dan mungkin menyakiti hatinya. Oh, ayolah Anin harusnya kamu bahagia bukan merasa bersalah!

Ah, tapi bukan salahku juga. Toh, dia saja yang gila! Mana mau aku berpacaran dengan orang yang baru ku kenal? Iya kan?

Oke baik. Anin, ini harimu bersenang-senang! Jadi, lupakan sejenak hal-hal yang mengganggumu!

Aku melanjutkan menonton film sebelum akhirnya aku terpaksa menghentikan kegiatanku karena tiba-tiba saja Renata dan Ocha sudah berdiri di depan pintu rumahku.

Tentu saja tidak tanpa alasan, mereka datang karena ingin mengajak berkumpul bersama teman-teman SMP-ku dulu.

"Anin, ayok buruan siap-siap! Yang lain udah nungguin tau, dirumahnya Tiara!" Ternyata Ocha pun masih sama, cerewet.

"Iya, iya! Bawel deh lo!" Balasku kemudian berjalan menuju kamar dan bersiap-siap.

Aku sudah selesai bersiap-siap, tapi aku memilih diam sejenak dikamar. Berkumpul dengan teman SMP ya? Itu berarti ada kemungkinan untuk Arka juga berada disana. Huh, aku belum siap bertemu dengannya lagi.

"Heh! Ngapain bengong?" Ocha sudah mendudukan diri di sampingku.

"Lo ngapain disini, Cha? Renata mana?"

"Renata dibawah, ngabisin makanan lo." Jawab Ocha dengan tawa khasnya.

"Yaudah, yuk pergi sekarang aja!" Ajakku.

"Nanti dulu,"

"Kenapa?"

"Lo tadi mikirin apaan sih, Nin? Arka lagi?"

Aku tersenyum, "Dia datang?"

"Gue harap sih enggak." Jawab Ocha, dia memang sedikit kurang suka dengan Arka semenjak ia meninggalkanku.

Oh ya, Ocha itu sahabat terbaikku di SMP. Ocha itu galak, bawel, tapi perhatian sama teman-temannya. Sayangnya sih, aku dan Ocha tidak satu SMA.

Wajah bulat Renata muncul dari balik pintu kamar, ia menyengir lebar, "Ayo, buruan!" Katanya.

———

Ya. Disinilah aku sekarang, dirumah Tiara, teman SMP-ku.  Kabar baiknya, Arka tidak datang. Kabar baiknya lagi, sepupu Tiara memilki wajah yang tampan dan kabar baiknya lagi, pria itu adalah kakak kelasku. Oke baiklah, Anin!

"Bang!" Sial. Tiara pake manggil segala lagi.

Pria bermata hitam itu melangkah mendekati tempat dimana aku dan teman-teman yang lain berada. Keep calm, Anin!

"Hai, gue Lutfi." Ia memperkenalkan diri di depan aku dan teman-temanku.

Semua memperkenalkan diri masing-masing.

Ido menyentil keningku pelan, "Napa diem aja lo?" Tanyanya.

Oh iya, Ido itu salah satu teman SMP-ku. Ia pernah memiliki perasaan lebih padaku, tapi saat itu aku masih memiliki kekasih. Untungnya, Ido tidak menjauhiku, kami justru bersahabat. Ia pengertian, aku suka!

Hai, Kamu... [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang