Weekend.
Yang ditunggu-tunggu setiap orang, dimana mereka bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih tanpa dibebani kesibukan seperti pada hari-hari biasa. Tak terkecuali dengan gadis mungil yang tengah merapikan dirinya di depan meja riasnya itu. Iya, aku. Anindya.
Hari ini Lutfi sedang bermain futsal bersama teman-temannya di tempat biasa aku menemaninya. Dan hari ini, aku juga bermaksud untuk memberikan semangat pada priaku , tanpa sepengetahuannya. Semacam kejutan?
Aku menyiapkan satu buah kotak makan berwarna biru berisikan makanan kesukaannya, tentu saja bukan aku yang memasaknya. Semua orang tentu tahu kalau itu sampai terjadi, mungkin Lutfi akan mati.
Setelah semuanya selesai, aku mengambil handphone kesayanganku dan dengan segera memesan ojek online.
"Anin!"
Ah, itu tentu suara driver ojek online yang kupesan. Aku berlarian kecil keluar gerbang, benar-benar tidak sabar untuk melihat wajah kaget Lutfi saat aku tiba-tiba datang padahal semalam aku menolak ajakannya untuk menemaninya bermain futsal hari ini.
_______
Aku sudah sampai tepat dimana Lutfi dan teman-temannya sedang bermain futsal, aku melihat Lutfi yang tengah membetulkan ikatan pada tali sepatunya.
Dengan tawa tertahan, aku mendekati Lutfi tanpa suara, mungkin lucu jika aku mengagetkannya sedikit?
Tapi, belum sempat aku melancarkan aksiku, seorang perempuan dengan rambut sebahu lebih dulu menghampiri Lutfi.
Entah aba-aba dari mana, aku memilih untuk menghentikan langkahku dan mengamati dua insan itu dari kejauhan, memperhatikan setiap gerakan mulut dari si laki-laki dan perempuan itu.
Setelah lima menit berdiam di kejauhan, aku merasa tidak ada yang aneh dari perempuan itu. Aku melanjutkan langkahku menghampiri Lutfi.
Tapi, kali ini aku merutuki keputusanku.
Karena detik itu juga aku mendengar langsung dengan jarak tidak kurang dari 1 meter, perempuan itu mengatakan sesuatu yang sulit untuk kulupakan hingga saat ini.
"Fi, lo jadi kan nemenin gue ke ulangtahun temen gue nanti sore?"
Sepertinya mereka berdua belum menyadari keberadaanku, aku mundur beberapa langkah, ya aku ingin mendengar jawaban Lutfi atas perkataan perempuan yang tidak kukenali itu.
"Iya, kelar gue futsal."
"Makasih ya, Fi. Lo baik, gak pernah berubah dari awal gue kenal lo."
"Santai aja, Na. Lo jangan sedih mulu, masih ada gue."
Sudah. Aku tidak bisa untuk melihat drama itu lebih jauh lagi, aku kembali mendekati kedua manusia itu.
"Hai, Fi!" Sapaku, pura-pura bersemangat.
"Eh, Nin? Katanya gak bisa dateng, mau hibernasi seharian kan?" Lutfi menjawab dengan raut wajah tenang. Ia sama sekali tak merasa bersalah setelah menyakiti hati perempuan cantik di depannya ini?
"Gak jadi. Kaki gue yang bawa gue kesini." Jawabku masih seolah tidak mendengar apapun.
"Kaki apa hati?" Goda Lutfi.
![](https://img.wattpad.com/cover/177945532-288-k443005.jpg)