❤-Pindah

3.4K 102 9
                                    

Sore harinya, aku bersama yang lain sedang berbenah di rumah baru yang akan ku tempati bersama bang Azzam nanti. Alhamdulillah, orang tua kami sangat tau selera anak-anaknya. Tinggal beberapa lagi yang sedikit di rombak.

Rumah dengan fasilitas yang lengkap ditambah dengan halaman belakang yang luas dengan kolam renang.

Semua barang-barang sudah siap sedia tinggal menambahkan beberapa lagi yang kubutuhkan dirumah dinas papih.

Bahkan, sudah tersedia 2 kamar dengan tema pink dan biru. Keluarga kami sangat menginginkan aku segera untuk hamil. Masya Allah, melakukannya saja aku masih sedikit ragu.

Yasudah, semoga nanti sepulang honeymoon aku bisa memberikan hadiah terindah untuk keluargaku. Lagian, semua yang kujaga selama ini akan kuberi untuk bang Azzam dan hasilnya akan menjadi hadiah ulang tahunnya beberapa minggu lalu.

Barang-barangku dan bang Azzam sebentar lagi akan sampai diantar oleh mobil pickup dan insya Allah mulai besok rumah ini akan aku tinggali bersama bang Azzam.

Malam harinya, di rumah dinas papih ada acara syukuran rumah baru. Entah mengapa papih mengadakan acara di rumah dinasnya.

Mertuaku sudah berangkat menuju Bandung tadi sebelum maghrib dan kabarnya sekarang sudah dalam perjalanan.

Balik lagi ke acara syukuran. Acara ini yang jelas dihadiri oleh ibu Persit, para tentara yang tidak dinas, dan tak lupa beberapa anak yatim-piatu.

Acara selesai pukul 20.30 WIB. Aku dan bang Azzam langsung naik ke lantai dua dan menuju kamar setelah mamih berseru.

Bang Azzam langsung masuk ke dalam kamar mandi sedangkan aku masih duduk di depan meja rias sambil membersihkan make-up tipis yang aku kenakan.

Setelah bang Azzam keluar, aku langsung ke kamar mandi dan berganti pakaian dari gamis ganti ke piyama yang lebih nyaman untuk tidur.

Selesai, aku keluar dan mendapati bang Azzam sedang tengkurap dengan handphone miring didepannya.

Aku mendekatinya dan duduk di sampingnya membuat ia membalikkan badannya dan menjadikan kakiku sebagai pangkuannya.

"Dek, kapan kita bikin cucu buat mamih sama mamah?" Ia meletakkan handphone-nya dan menatapku dalam.

"Hemm.. Yaaa... Malam ini juga bisa kok" Jawabku gugup.

"Beneran siap?" Tanyanya dan duduk berhadapan denganku.

"Tapi janji! Abang harus pelan-pelan!" Tekan ku padanya. Ia tertawa dengan seringaiannya dan langsung menindih ku.

Malam pertamaku dengan bang Azzam. Penuh cinta dan kasih sayang. Semoga itu bisa menjadi ibadah dan menghasilkan hasil yang membuat keluarga kami bahagia. Saat melakukan itu, aku meneteskan air mata. Bukannya sedih atau kecewa, tapi benar kata kak Chaca, itu sakit sekali.

"Sayang, tadi sakit, ya?" Tanyanya di balik selimut.

Kami masih polos dan menutup tubuh kami dengan selimut sampai leher.

"Hm.." Jawabku sambil menggeleng.

"Kok nangis? Terus juga kenapa ngerengek minta udahan?" Tanyanya lagi sambil memainkan sesuatu dengan tangan nakalnya.

"Udah, mas. Jangan bahas itu lagi" Jawabku mencicit.

"Mas?" Ia membeo.

"Iya, gak boleh emangnya? Aku cuma mau ganti panggilan aja biar gak disangka adik-kakak" Jelasku dan berbalik badan kearahnya dan memeluknya.

"Gak papa" Ucapnya dan mencium ujung kepalaku dalam sampai aku terlelap karena wangi maskulin nya yang mengantarku menuju alam mimpi.

Pukul 03.00 dini hari. Aku terbangun karena mimpi ku yang kurang indah dan merasakan sakit yang luar biasa di bawah sana.

I Love You Kekasih Negaraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang