❤-Pada Akhirnya

2.7K 103 0
                                    

4 Hari Kemudian...

Radit masih belum membuka matanya. Namun, dia sudah melewati masa kritisnya 2 hari yang lalu.

Seperti biasa selesai piket kedinasan pukul 14.00 wib dan pulang untuk meng-istirahatkan badan sejenak, Lusy datang ke Rumah Sakit dan menunggu Radit sampai sadarkan diri. Lusy bergantian dengan ajudan Radit untuk menungguinya.

Orang tua Radit harus pulang kembali ke Bandung di karenakan pekerjaan mereka dan anak anak mereka yang di tinggal dan harus bersekolah.

Lusy POV

Saat aku baru selesai membaca Ayat ayat suci Al-Qur'an, aku melihat ada pergerakan yang terjadi di tangan kanan bang Azzam. Aku sudah biasa melihat kondisi seperti ini.
Kata dokter, kejadian seperti ini wajar bagi orang yang baru melewati masa kritisnya. Jadi aku tidak panik jika melihat tangan atau kepala bang Azzam yang sedikit mengalami pergerakan.

Tapi saat aku lihat wajahnya, ia mengerutkan alisnya dan sepertinya ingin membuka matanya. Dan benar! Dia membuka matanya secara perlahan dan seperti merasakan sakit (?).

Segera aku memanggil dokter untuk mengecek keadaannya dan menghubungi keluargaku dan keluarganya juga para anggotanya untuk memberi tahu kalau bang Azzam sudah sadarkan diri.

"Bagaimana pak Radit? Apa masih merasakan sakit di sekitar kepala, kaki, atau yang lainnya?" Tanya dokter tersebut kepada bang Azzam. Dan bang Azzam hanya menjawabnya dengan gelengan dan senyuman lemahnya.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu. Jika terjadi sesuatu panggil saja. Assalamualaikum" Lanjut dokter tersebut dan berlalu ketika aku dan bang Azzam sudah menjawab salamnya.

Kini tinggal aku dan bang Azzam yang berada diruangan mewah ini. Rasanya aneh. Sungguh!

Aku dan bang Azzam saling menatap. Aku gugup ditatapnya. Tapi sungguh aku merindukan tatapan itu. Dan yang lebih aneh lagi, dia mengangkat sebelah alisnya kepadaku. Apa maksudnya? Dan ya! aku baru sadar sekarang. Aku langsung menghambur ke pelukannya dan melepas rinduku selama ini. Ia tertawa kecil dan mengelus punggungku sambil mengecup seluruh puncak kepalaku.

Tak lama kemudian, aku sadar dan langsung melepas pelukannya. Aku duduk kembali di bangku samping tempat tidurnya dan mulai berbicara. Sebelum aku berbicara, ia sudah memotongnya dengan meminta minum.

"Abang!.." Ucapku rada kencang karna kesal ia baru sadar setelah 2 hari yang lalu melewati masa kritisnya.

"Eemm Syy, abang minta minum boleh?" Tanyanya memotong pembicaraanku. Aku mengangguk dan mengambilkan nya minum dan membantunya untuk minum.

"Oke. Udah kan?" Tanyaku rada ketus padanya setelah ia selesai minum. Ia hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Abang kenapa baru sadar sekarang siih~?!" Rengek ku dan ia hanya tertawa kecil melihatnya.

"Ternyata Ana-nya abang masih sama kayak dulu hehe. Abang kira bakal berubah jadi dingin dan ketus. Ehh ternyata enggak hahaha" Ucapnya dengan santai di barengi tawanya yang membuat aku semakin kesal.

"Jadi gak seneng abang sadar sekarang?" Lanjutnya dan aku bingung harus menjawab apa. Yasudah, aku iyakan saja.

"Iya!" Jawabku dan memalingkan pandanganku ke arah samping.

Aku melirik nya dan ternyata dia malah senyum gak jelas dan malah memegang tanganku yang bebas.

"Oh gitu? Jadi gak seneng ya? Yaudah abang tidur lagi. Gak bakal bangun. Biar aja kamu nangis nangis abang gak bakal bangun!" Ucapnya dan menutup matanya. Aku yang melihat itupun malah panik dibuatnya.

I Love You Kekasih Negaraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang