"Gimana suamimu?" tanya Dirgan dengan sedikit ketus pada Lusy. Lusy hanya menunduk, tak berani menatap apalagi menjawab papinya.
"Radit harus dioperasi" jawab Sulis dan menuntun Lusy ke kamarnya.
"Amma! Appa ke mana?" Sania menemui Lusy di ambang pintu, Lusy mengelus puncak kepala anaknya dan tersenyum.
"Appa dibawa ke rumah sakit, sayang" Jawab Lusy apa adanya. Tidak mungkin Sania tidak melihat pertengkaran tadi, tapi ia berharap Sania memang tidak melihatnya.
"Tadi kakung beltengkal ya sama appa? Sania takut" Sania memeluk Lusy sambil duduk di depan TV. Lusy membalas pelukannya, mengecup puncak kepala anaknya sambil menghela napas untuk menahan air matanya.
"Maafin kakung ya, cantik. Kakung nggak bertengkar sama appa kok" Sekuat tenaga Lusy mengontrol suaranya. Sania menatap Lusy dengan terkejut dan segera mengelap air mata yang mengalir di pipi amma-nya.
"Amma jangan nangis" Ucapnya, berhasil membuat Lusy terkekeh dan memeluk Sania dengan erat.
Lusy mengajak Sania tidur siang, ia akan pergi ke rumah sakit lagi menemui suaminya. Radit harus segera dioperasi, rumah sakit mulai penuh dengan pasien covid-19, Lusy tidak mau suaminya terpapar wabah ganas itu.
"Nanti amma mau ke rumah sakit, Sania sama bunda Chaca dulu ya" Pesan Lusy pada Sania yang sedang meminum susunya di botol. Sania hanya menangguk, ia memeluk bonekanya dan membelakangi Lusy.
***
"Saya sudah membuat jadwal operasi untuk bapak Radit di rumah sakit lain, rumah sakit ini hanya akan menangani pasien covid-19, jadi bapak Radit harus dialihkan ke rumah sakit lain" Jelas dokter yang menangani Radit. Lusy tidak menjawab, apapun keputusan dokter ia setuju demi keselamatan suaminya."Mohon, ibu jangan mengunjungi rumah sakit lagi sampai bapak Radit selesai dengan pengobatannya dan pulang ke rumah. Tetap di rumah dan jaga kesehatan ibu, anak dalam kandungan, dan keluarga di rumah" Sambung dokter, memberi pesan. Lusy mengangkat kepalanya, ia menatap dokter dengan dalam sebelum akhirnya mengangguk.
Setelah selesai berbincang, Lusy pergi ke ruangan Radit, ia hanya bisa menatap suaminya dari luar. Kondisi Radit memang tidak separah dulu, tapi kekhawatiran terus menyelimutinya apalagi dengan keadaan lingkungan yang sudah tidak sehat.
Lusy kembali ke rumah, seperti biasa Sania langsung menyambutnya dan meminta pelukan. Lusy menghentikan lari anaknya, "Amma bersih-bersih dulu ya sayang, nanti baru berpelukan" Ucapnya membuat Sania cemberut.
Lusy segera membersihkan badannya, menaruh pakaian yang tadi ia gunakan di mesin cuci dan membuang masker ke tempat sampah setelah menyobeknya. Itu ia lakukan agar tidak ada yang menggunakan kembali masker yang sudah dipakai, karena ia lihat di TV seperti itu.
Setelah selesai, ia menemui Sania dan langsung memeluknya. Sania bercerita kegiatan yang ia lakukan selama Lusy pergi, padahal Lusy pergi tidak lebih dari 2 jam.
"Sania harus baik sama dik Acha ya, nanti kan Sania mau punya adik juga" Sahutku setelah Sania bercerita.
"Dik Acha nangis terus amma, padahal Sania mau cium sedikit doang" Balasnya.
"Gimana nggak nangis, Sania habis cium Acha langsung cubit pipinya" Chaca menambahi. Lusy menatap Sania meminta penjelasan, sedangkan Sania hanya tersenyum.
"Dik Acha pipinya gembul, kayak Sania" Sania terkekeh dengan ucapannya sendiri, ia mencubit pipinya dan pipi Acha bergantian.
Lusy dan Chaca yang melihat tingkah Sania hanya tertawa. Acha yang sedang tertidur jadi tidak pulas karena mendapat serangan ciuman dari Sania.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kekasih Negaraku [END]
Cerita PendekKetika tugas mempertemukan kembali kedua insan dalam bentuk perjodohan *Sorry for typo, thankyou UPDATE SUKA-SUKA HATIKU SENANGGG!!! High rangking - beberapa kali 1 #ad -3 #tni (12-12-2019) Setelah baca ini, silakan mampir ke lapak sebelah 💘