💛-Menangis

2.2K 80 5
                                    

"Huekk.. Ehemm.."

"Lu kenapa, Sy? Sakit?" Cemas Indah dan mendudukkan aku di kursiku.

"Kita ke UKS, ya. Biar lu istirahat..." Ucapnya terpotong karena rasa sakit dikepalaku tidak bisa ditahan dan semuanya tampak kabur.

Hingga akhirnya, hanya samar-samar terdengar suara Indah yang meminta tolong.

Author POV

"Iya, Ndah. Yaudah, hati-hati, ya, gue kesana sekarang" Kata Radit mengakhiri teleponnya dengan Indah.

Ia segera mengemudikan mobilnya diatas rata-rata kecepatan dan untungnya jalanan malam ini sangat sepi.

Sesampainya di rumah sakit, Radit langsung bertanya letak kamar istrinya kepada resepsionis.

"Melati nomor 23, Melati nomor 23, Melati nomor 23" Gumamnya terus menerus sampai pada lantai 3 dan mencari letak kamar itu.

"Nah, ini kamarnya. Assalamualaikum" Ucapnya setelah menemukan kamar VIP di lantai 3 yang berisi istrinya bersama Indah dan satu polisi laki-laki.

"Lusy kenapa, Ndah? Kok bisa sampai sini?" Tanya Radit setelah Indah menjawab salamnnya.

"Suami Nyonya Lusyana? Bisa tolong ke ruangan saya, ada yang ingin saya sampaikan" Ucap dokter yang terlihat masih muda itu kepada Radit.

Radit mengikuti langkah dokter itu dan sampailah mereka di ruangan dokter yang menangani Lusy.

"Sebelumnya, apakah ibu Lusy sudah lama mengalami mual dan pusing?" Dokter mengawali.

"Sepertinya baru-baru ini sih, dok. Soalnya istri saya juga gak pernah bilang tentang kondisinya. Baru kemarin ngeluh kalau perutnya sakit" Jelas Radit dengan jujur.

"Menurut diagnosa saya, ibu Lusy mengalami kekurangan cairan, darahnya ikut turun, dan magh yang diderita pasien karena sering telat makan yang menyebabkan ibu Lusy mual-mual dan pusing. Jadi tolong pola makannya di jaga, ya, pak, dan emosinya juga dikontrol." Lanjut dokter tersebut sambil mencacatkan sesuatu di kertas.

"Tapi, dok, kok sudah dua bulan istri saya kayaknya belum datang haid. Itu kenapa, ya, dok?" Tanya Radit.

"Oh, kalau itu bisa dikarenakan tingkat emosional atau mungkin memang siklus haid ibu Lusy sendiri yang suka macet-macet, itu sudah biasa, pak" Jelas dokternya lagi.

"Ini resep obatnya, pak. Bisa ditebus di apotek rumah sakit ini" Ucap dokter mengakhiri penjelasannya.

"Siap, dok. Terima kasih banyak" Jawab Radit dan berlalu.

"Buset, banyak amat obatnya. Gila, padahal gak separah itu sakitnya" Gumam Radit sambil berjalan kearah apotek di rumah sakit ini.

"Ini obatnya, ya, pak. Diminum tiga kali sehari sesudah makan, ini vitaminnya diminum dua kali sehari sebelum makan. Vitamin penambah darahnya jangan terlalu sering dikonsumsi, kalau darahnya sudah normal dihentikan, ya, pak. Takut ketinggian nanti susah lagi" Jelas resepsionis sambil menunjukkan obat-obat kepada Radit.

Radit hanya mengangguk dan berterima kasih setelah selesai mengambil obat.

Resepsionis yang tadi memandang punggung Radit dengan kagum yang menjauh.

Sudah jelas, karena Radit datang masih memakai seragam kebanggaannya. Seragam PDH hijau khas TNI-AD.

Lusy POV

Bau apa ini?

Lho, perasaan langit-langit kantor itu warna catnya kuning keemasan. Kok jadi putih?

I Love You Kekasih Negaraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang