🧡-Kerinduan

1.9K 92 6
                                    

10 hari berjalan begitu cepat tanpa kehadiran suamiku. Kalau mau sesuatu, biasanya suamiku yang menurutinya dan sekarang dia sedang jauh entah dimana. Terpaksa kakakku dan orang tuaku yang uring-uringan menuruti keinginan baby Azzam.

"Aduh.. Kalau gak sayang sama calon ponakan mah gak bakal mau mas kayak gini. Ini anak mau jadi apa sih?" Keluh mas Andi yang sudah berapa kali tak terhitung sambil mengikuti gerakan yang ada di layar laptopku.

Kak Amira dan keluarganya besok baru akan kembali ke Pontianak setelah 3 hari lalu datang.

Disaat kak Amira sedang sibuk mengemas barang yang akan dibawa, aku malah mengusili suaminya dengan menyuruhnya ballet di halaman belakang disaksikan denganku dan putra semata wayangnya.

"Maaf, mas. Kalau bukan sama mas Andi anakku gak mau. Ya, mungkin nanti besarnya mau jadi ballerina dia, mas" Kataku dan mematikan video yang sedang berputar.

"Huh.. Akhirnya selesai juga. Ayo, nak, kita bantuin mamah beresin barang. Bye-bye, aunty.." Meninggalkanku sendirian di ayunan kecil.

Sepeninggalnya mas Andi, aku hanya mengutak-atik laptop dan terkadang tertawa bahkan sedih sendiri.

Apa yang aku lihat? Jelas dokumenter kenangan bersama dengan suamiku. Dari awal berkenalan, mulai pacaran, lamaran, pernikahan, sampai sebelum ia berangkat tugas.

Semuanya seolah sedang terjadi. Seolah sekarang ini suamiku sedang duduk dihadapanku dan tersenyum. Mengeluarkan lelucon konyolnya dan gombalan recehnya yang membuatku tertawa.

"Hei... Kamu kenapa, dek? Sehat kan?" Mengibaskan tangannya pada wajahku.

"Lusy! Astaghfirullah.." Kesalnya dengan menarik hidungku sampai merah dibuatnya.

"Kakak apaan sih? Ganggu aja aku mau lihat senyum mas Azzam" Kesalku balik padanya dan meninggalkannya.

"Gak sehat itu anak" Gumam kak Chaca masih jelas terdengar saat aku ingin melangkah masuk.

Kenapa pula kak Chaca datang dan membuatku kesal? Salah dia sendiri kan? Padahal disitu aku sedang melihat mas Azzam berdiri didepanku dan tersenyum. Tapi dirusak oleh kak Chaca.

Aku menuju kamarku dan bersiap untuk melaksanakan sholat dzuhur. Kembali bersujud kepada-Nya, kembali menjadi butiran debu didepan-Nya, sampai dibuat menangis aku kala memanjatkan do'a kepada-Nya. Ah.. Rasanya aku ingin do'aku dikabulkan detik ini juga. Tapi apa daya aku yang hanya seorang hamba? Tugasku tak lain hanya berdo'a dan berusaha.

Setelah selesai berbincang dengan Sang Pencipta, aku memutuskan untuk langsung tidur siang karena badanku sudah menolak untuk beraktivitas kembali.

Selama mas Arga di Kanada, kak Chaca memutuskan tinggal sementara dirumah mamih dan papih sambil juga menemaniku.

"Sy.. Makan dulu. Nih kakak bawain makan siang untukmu" Terdengar suara pintu terbuka dan suara kak Chaca yang mendekat disusul dengan seseorang dibelakangnya. Aku tau itu, suara langkah kaki yang terdengar jelas ditelingaku.

Aku memang belum tidur sepenuhnya. Hanya memejamkan mata dan berguling sana sini untuk mencari posisi aman dan nyaman. Kalau sekarang disebutnya PW, posisi wenak.

Seseorang duduk dipinggiran ranjang dan kudengar suara teriakan khas anak bayi disusul suara teriakan kak Amira.

Sudah dipastikan kamar ini ada kak Amira, kak Chaca, Daniel, dan aku. Kehebohan terjadi ketika aku mengintip kegiatan Daniel yang menarik rambut pendek kak Amira membuat sang empunya rambut kesakitan. Inginku tertawa, tapi malu kalau ketauan cuma pura-pura tidur.

"Dek, udah lah kamu gak usah pura-pura tidur kayak gitu. Kakak tau kamu dari tadi ngeliatin nakalnya ponakan kamu ini. Ayo lah makan, sayang" Ucap kak Amira tiba-tiba.

I Love You Kekasih Negaraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang